MALANG POSCO MEDIA – Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mengungkap kerugian akibat aksi unjuk rasa anarkistis di 10 kota wilayah hukum Polda Jatim mencapai Rp 256 miliar. Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto menyebut kerugian tersebut meliputi Rp 42 miliar dari pihak Polri dan Rp 214 miliar dari pemerintah daerah.
“Sayang sekali, seharusnya dana sebesar itu bisa digunakan untuk hal yang lebih baik. Karena itu, saya imbau masyarakat bijak menggunakan teknologi dan media sosial, jangan mudah terprovokasi,” kata Nanang di Surabaya, Kamis (18/9) kemarin.
Selain kerugian materiil, aksi anarkistis itu menimbulkan korban luka. Tercatat 111 warga mengalami luka dan seluruhnya sudah menjalani rawat jalan. Korban dari aparat terdiri dari 105 anggota Polri dan 12 personel TNI.
“Sebagian sudah kembali pulih, sebagian lainnya masih dirawat di rumah sakit. Ini menjadi pembelajaran agar tidak terulang,” ujarnya.
Luka yang dialami aparat disebabkan lemparan batu, bom molotov, serpihan kaca, hingga benda berbahaya lainnya.
“Kami akan kejar sampai sejauh manapun karena jejak elektronik tidak bisa dihilangkan. Semua bukti akan kami kumpulkan untuk menindak tegas otak atau pelaku di balik peristiwa ini,” tegas Nanang.
Polda Jatim juga telah mengamankan 997 orang sejak 29 Agustus hingga 16 September 2025. Dari jumlah itu, 582 merupakan orang dewasa dan 415 anak di bawah umur.
“Dari 997 orang yang diamankan, 682 dipulangkan. Sementara 315 lainnya masih menjalani proses hukum,” katanya.
Kapolda menyesalkan banyaknya anak di bawah umur yang terlibat.
“Memang ada yang dipulangkan karena anak di bawah umur, dan tentunya kami akan menyerahkan langsung kepada orang tua. Karena hampir semuanya orang tua tidak pernah tahu kegiatan anak-anaknya,” ujarnya.
Nanang mengingatkan para orang tua agar lebih bijak mendampingi anak-anak mereka.
“Ini sangat disayangkan sekali. Saya yakin semua orang tua akan sayang setelah dapat anaknya kembali,” kata Kapolda.
Ia juga menekankan pentingnya literasi digital di tengah derasnya arus informasi.
“Berbijaksanalah di dalam penggunaan media sosial karena kita tahu bahwa sekarang ini dengan adanya IT di tangan kita, apapun bisa cepat sekali menyebar. Dan pada saat itulah kita harus bijaksana untuk melihat mana yang positif, mana yang negatif,” pesannya.
Nanang berharap peristiwa ini menjadi pelajaran penting agar tidak terulang kembali.
“Supaya tidak membawa dampak di belakang hari. Dan ini sudah terjadi, ini suatu proses pembelajaran yang mahal supaya tidak terjadi lagi,” ujarnya. (ntr/aim)