MALANG POSCO MEDIA – Sampah sering kali dipandang sebagai masalah. Namun, di Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, sampah justru menjadi berkah. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh tim dosen Universitas Wisnuwardhana (Unidha) melalui pendanaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Nomor DIPA: SP DIPA-139.04.1693320/2025 revisi ke 04, Tanggal 30 April 2025, masyarakat setempat kini mulai melihat sampah sebagai sumber daya bernilai, bukan sekadar limbah.

Menurut Firina Lukitaningtias, S.Si., M.M. selaku Ketua Tim PKM Universitas Wisnuwardhana, Program ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui teknologi tepat guna dan pelatihan dalam kerangka ekonomi sirkular. Sejak awal, tim bersama pemerintah desa dan pengurus Kampung Zakat membangun kesepahaman bahwa masalah sampah tak bisa ditangani hanya dengan “buang” atau “angkut”, melainkan harus diolah agar memberi manfaat kembali.
Langkah pertama yang dilakukan adalah sosialisasi dan koordinasi. Dari pertemuan ini lahirlah semangat kolektif, warga ingin Desa Jambangan menjadi percontohan desa ramah lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut, tim menyerahkan mesin gibrig—alat pemilah sampah organik dan anorganik—kepada pengurus Kampung Zakat. Mesin ini memudahkan proses pemilahan, sehingga sampah bisa langsung diarahkan ke jalur pengolahan yang sesuai.

Tak berhenti di situ, masyarakat juga dibekali dengan pelatihan pembuatan ecoenzym dan kompos. Ecoenzym, cairan hasil fermentasi limbah kulit buah, dapat digunakan sebagai pupuk cair alami, pembersih rumah tangga, hingga pengusir hama. Sementara itu, kompos menjadi solusi bagi kelompok tani untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Dengan dua keterampilan ini, warga tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga menghasilkan produk bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari.
Tim pelaksana program ini terdiri dari tiga orang dosen yaitu Firina Lukitaningtias, S.Si., M.M., Dr. Yekti Sri Rahayu, S.P., M.P. dan Dr. Ir. Sunyoto, S.T., M.T serta dua orang mahasiswa yaitu Ivan dan Zaki. Dalam pelaksanaannya, tim ini juga menjalin kerjasama dengan Bank Sampah Kipas Darling, yang berada dalam satu wilayah Kecamatan Dampit dan telah menjadi proyek percontohan pengelolaan limbah di kawasan tersebut.

“Kolaborasi ini diharapkan semakin memotivasi masyarakat Desa Jambangan, karena mereka bisa belajar langsung dari pengalaman nyata yang sudah berhasil diterapkan di lingkungan terdekat,” ungkap Firina Lukitaningtias, S.Si., M.M.
Menariknya, program ini menekankan pendampingan berkelanjutan. Dalam waktu dekat, warga akan didampingi dalam memanen ecoenzym dan kompos pertama mereka. Selain itu, akan dibangun konsep rumah pilah sampah sebagai pengembangan unit daur ulang.

“Dari sinilah diharapkan lahir wirausaha sosial berbasis sampah, yang bisa digerakkan oleh kelompok ibu-ibu PKK, karang taruna, maupun remaja masjid,” lanjut Firina Lukitaningtias.

Dampaknya mulai terasa yaitu kesadaran warga meningkat, volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang, dan muncul rasa bangga bahwa Desa Jambangan sedang menuju desa mandiri, bersih, dan produktif. “Sekarang kami tidak lagi malu soal sampah. Justru kami bangga bisa mengolahnya jadi berkah,” ungkap Khusnul, anggota Kelompok Tani Barokah I.

Program ini membuktikan bahwa dengan pendekatan tepat, sampah bisa berubah wajah dari masalah menjadi peluang. Program yang dilakukan di Desa Jambangan hanyalah langkah awal. Harapannya, model ini dapat direplikasi di desa-desa lain, sehingga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari konsep sederhana namun berdampak besar, sampah bukan masalah, tapi berkah. (adv/bua)