MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Bupati Malang, HM Sanusi mentargetkan, tahun 2026 angka stunting dan gizi buruk di Kabupaten Malang bisa mencapai 0 persen alias Zero Stunting. Memang berat, tetapi bekerja harus ada targetnya. Apalagi pekerjaan ini menyangkut kualitas manusia di kabupaten Malang di masa akan datang.
‘’Jangan mengeluh dulu. Mari kita kerjakan secara maksimal dan sistematis. Perjuangan yang keras pasti tidak akan menghianati hasil,’’ tandas drg. Wiyanto Wijoyo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (Kadinkes) Kabupaten Malang di Pendopo Agung Pemkab Malang, Kamis pagi.
Secara panjang lebar Dokter Wi, begitu biasa disapa, lantas menguraikan sistematis penanganan stunting di wilayah Kabupaten Malang yang luasnya mencapai 34 kecamatan. Salah satu diantaranya, memaksimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas di tiap-tiap kecamatan.
Kemudian untuk memudahkan koordinasi, antara satu Puskesmas dengan Puskesmas lainnya akan dibentuk korwil-korwil. Setiap korwil ada ketuanya yang fungsinya mensosialisasikan progam penanganan stunting secara intensif.
‘’Pola ini diharapkan bisa lebih memaksimalkan tugas dan fungsi Puskesmas sebagai garda terdepan Dinas Kesehatan menekan angka stunting. Secara berkala saya akan keliling ke korwil-korwil Puskesmas mengawasi pelaksanaan progam penting ini,’’ ungkap Dokter Wi.
Progam apa yang akan dimaksimalkan nanti ?
1. Tatalaksana Gizi, Aktivitas Fisik, dan Lama Waktu Tidur
Tatalaksana stunting dilakukan oleh dokter spesialis anak. Terdapat tiga aspek pada tatalaksananya, yaitu:
1. Pemberian makanan yang cukup
2. Jadwal tidur yang teratur, yaitu dimulai pukul 9 malam
3. Olahraga/aktivitas fisik selama setengah-1 jam dengan frekuensi 3-5 hari dalam seminggu
2. Bayi Prematur/KMK
Bayi prematur membutuhkan asupan protein dan mineral yang lebih banyak ketimbang bayi yang lahir cukup bulan, sehingga untuk menangani masalah ini, human milk fortifier diberikan untuk meningkatkan kandungan zat gizi pada ASI.
Bayi dengan KMK (Kecil Masa Kehamilan) akan diberikan hormon pertumbuhan.
3. Imunisasi pada Bayi/Anak Stunting
Anak yang stunting lebih rentan terhadap infeksi, sehingga pemenuhan vaksin sesuai dengan usia menjadi hal vital. Ikuti PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi).
4. Stimulasi
Anak yang stunting biasanya juga mengalami keterlambatan perkembangan. Diperlukan rehabilitasi medis dan intervensi dari multidisiplin untuk menangani masalah ini.
Stimulasi akan diberikan sesuai dengan usia dan ditambah dengan tata laksana gizi.
5. Penyakit Penyerta
Kalau anak yang stunting ada penyakit penyerta, maka akan diberikan pengobatan untuk penyakit penyerta tersebut.
‘’Insya Allah, kalau semua lini selaras dan mau kerja keras, target pak Bupati bis akita wujudkan. Yang penting harus optimis dulu,’’ tandas Dokter Wi.
Sementara itu dari data yang dihimpun MPM menunjukkan, prevalensi stunting di Kabupaten Malang bulan timbang Februari 2025 mengalami kenaikan dibandingkan bulan timbang Februari 2024. Prevalensi stunting bulan timbang Februari 2024 lalu sebesar 6,15 persen. Sedangkan prevalensi stunting bulan timbang Februari 2025 naik menjadi 6,26 persen.
Kenaikan ini didasarkan jumlah balita yang melakukan penimbangan. Bulan timbang Februari 2024 sebanyak 9.515 balita yang ditimbang dan diukur dari total balita di Kabupaten Malang sebanyak 156.791 anak. Sedang bulan timbang Februari 2025, terdapat 9.829 balita yang ditimbang dan diukur dari total balita sebanyak 156.948 anak. ‘’Pak Bupati memiliki misi tahun 2026 zero stunting. Misi ini tantangan yang sangat berat karena banyak sekali hal-hal yang perlu kita perbaiki. Stunting itu tidak hanya masalah kesehatan, melainkan sanitasi dan air bersih juga,” pungkas Dokter Wi dengan menyebut data stunting di Kabupaten Malang tercatat sebesar 19,5 persen. (has)