Friday, October 3, 2025
spot_img

Tangis Keluarga Korban Pecah Kenang Tiga Tahun Tragedi Kanjuruhan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Air mata seorang ibu bernama Siti Mardiyan alias Cholifah saat mengunjungi makam anaknya di TPU Kasin, Rabu (1/10) pagi. Tepat di momen ini, tiga tahun lalu, sang buah hati Mita Maulidya berpulang karena menjadi korban Tragedi Kanjuruhan, di antara 135+ korban lain yang meninggal.

Cholifah mengatakan, luka dan duka itu masih terasa mendalam bagi dirinya. Hingga kini, ia masih rutin berziarah ke makam anaknya dan mengikuti proses di pengadilan, meski rasa lelah kerap menyergap.

-Advertisement- HUT

“Perasaannya masih sama, seperti awal dulu waktu pertama kali dengar anak saya jadi korban. Lemas, sakit, tapi saya tetap ikhlas,” ujarnya dengan suara bergetar.

Ia menceritakan, bahwa putrinya yang merupakan anak ke-3 dari empat bersaudara itu, adalah ‘teman’ ke mana saja ia pergi. Bahkan hanya untuk sekadar berbelanja di pasar, Cholifah selalu ditemani almarhumah Mita.

“Saya tidak tahu kadang orang lain melihatnya bagaimana. Tapi saya sadar, kadang melakukan sesuatu ingat anak saya. Ke pasar, saya kadang tiba-tiba menangis kalau ingat anak saya,” ceritanya.

Meski begitu, ia mengaku bersyukur karena banyak pihak yang terus memberi doa dan dukungan, baik dari tokoh agama maupun komunitas Aremania. Ikatan doa bersama disebutnya menjadi penguat dalam menjalani hari-hari setelah kepergian sang anak.

Soal proses hukum, ia tak menampik sudah pesimis. “Kalau keadilan, dari dulu saya sudah pesimis. Nggak mungkin ada keadilan. Lawan kita ini negara, bukan Pak RT atau Pak RW,” tuturnya.

Meski begitu, ia menyebutkan restitusi sudah diterima, walau baginya tak pernah sebanding dengan kehilangan nyawa anak. Di balik kelelahan menuntut keadilan, sang ibu tetap teguh menjaga kenangan anaknya.

Hampir setiap hari, ia datang ke makam untuk melepas rindu dengan putrinya. Meskipun pertanyaan yang disampaikan tak akan pernah terjawab langsung, namun cara ini yang bisa membuat tenang hatinya.

Peringatan tiga tahun Tragedi Kanjuruhan diwarnai doa, tahlil dan khataman Al Quran. Keluarga korban berharap momen ini bukan hanya menjadi pengingat duka, tetapi juga titik balik untuk memastikan tragedi serupa tak pernah lagi terjadi di stadion sepak bola Indonesia.

“Anak saya itu satu-satunya perempuan di antara saudara-saudaranya. Dan semasa hidup dulu, setiap hari, curhat apapun saya sama dia,” ucapnya. (rex/jon)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img