MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sepanjang Agustus ini, Kota Malang me- ngalami deflasi sebesar -0.07 persen. Sum- ber utama deflasi berasal dari beberapa komoditi. Yakni kelompok makanan, minu- man (mamin) dan tembakau. (baca grafis)
Meski begitu, untuk angka inflasi, Bank Indonesia (BI) Malang mencatat secara tahunan Kota Malang berada di angka 2,13 persen.
Angka ini dianggap masih berada pada capaian yang baik, karena rentang sasaran inflasi pada Tahun 2025 sebesar 2,5 ± 1 persen. Ini disampaikan Deputi Kepala Kan- tor Perwakilan BI Malang, Dedi Prasetyo.
“Deflasi Bulan Agustus ini disebabkan Kelompok Makanan Minuman dan Tem- bakau andil deflasinya 0,78 persen. Setelah itu komoditi pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen andilnya, disusul kelompok perumahan air listrik gas dan bahan bakar lainnya sebeesar 0,2 persen,” tutur Dedi, Rabu (1/10) kemarin.
Meski deflasi, angka inflasi juga ter- catat secara spasial berada di angka 2,13 persen. Ini tercatat secara tahunan. Dedi menjelaskan bahwa inflasi per tahunnya di wilayah Kota Malang selalu disebabkan komoditas bahan pokok yang hampir sama setiap tahunnya.
“Ada lima komoditas penyumbang inflasi utama di wilayah Kota Malang. Yakni emas perhiasan, bawang merah, beras, BBRT (Bahan Bakar Rumah Tangga), dan minyak goreng,” jelas Dedi.
Dijelaskannya lagi emas menjadi penyum- bang inflasi per tahunnya di Kota Malang. Yakni sebesar rata-rata 0,48 persen.
Meski begitu, tambah Dedi, jika dilihat per bulannya, penyebab inflasi Kota Malang ada di komoditi beras. Yakni sebesar 0,08 persen (month to month). Tidak itu saja, kebutuhan di bidang pendidikan dalam rentang waktu tertentu juga menyebabkan inflasi.
“Di kebutuhan pendidikan itu juga me- nyumbang inflasi. Apalagi saat mulai ta- hun ajaran baru itu banyak harga komoditi pendidikan yang naik. Ini menyumbang sebesar 0,04 persen di periode tersebut untuk inflasi,” pungkas Dedi. (ica/van)
