Di balik seragam biru laut yang gagah, tersimpan kisah perjuangan seorang perempuan muda yang tak pernah berhenti berlari mengejar mimpinya. Dialah Sertu Kom/W Farah Aurellia Salsabillah, seorang prajurit TNI Angkatan Laut asli Malang, yang kini bertugas di Markas Besar TNI Angkatan Laut (Mabesal), juga dikenal sebagai atlet lari jarak jauh berprestasi.
Awal kisah Farah bermula saat menjalani tes jasmani pendaftaran Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Tanpa dasar atletik, ia mampu menembus 2.300 meter dalam 12 menit, yang cukup jarang ditemui.
“Sejak itu, saya merasa punya potensi. Saya terus berlatih dan ternyata lari menjadi sesuatu yang saya cintai,” kenangnya.
Selama bertugas di kapal, Farah tetap menjaga fisik dengan berlari. Ombak besar, jadwal padat, hingga dominasi prajurit laki-laki tak menghalangi niatnya. Ia selalu menyelipkan waktu untuk jogging.
“Bagi prajurit, fisik adalah senjata utama. Jadi meski berlayar, saya tetap harus kuat, fisik harus terjaga dan tetap prima,” ujarnya.
Titik balik datang ketika ia bertemu Siprianus, pelatih nasional atletik. Dari sekadar jogging, Farah mulai digembleng dengan latihan endurance, interval, hingga teknik dasar atletik.
Proses enam bulan mengubah formasi larinya dari gaya prajurit menjadi seorang atlet. Perlahan, ia ikut kejuaraan daerah hingga nasional. Medali pertama datang di lomba 5K Tangerang Selatan dengan catatan waktu 23 menit.
Namun jalan menuju podium tak selalu mulus. Bagaikan perjalanan hidup, selalu ada jalan terjal hadir di tengah perjalanan. Maret 2025, Farah mengalami kecelakaan tabrak lari. Satu bulan penuh ia harus berhenti berlatih.
“Hampir putus asa rasanya. Tapi orang-orang terdekat menguatkan saya. Dari situ saya bangkit lagi,” ceritanya.
Bangkitnya Farah terbukti dengan prestasi di Kejurnas Solo dan Panglima Open Tournament 10K 2025, tak lama berselang.
Sejak itu, ia terus mengasah diri di nomor jarak jauh. Marathon menjadi tantangan terbesar. Farah juga rutin turun di ajang besar seperti Maybank Marathon, Setia Waspada Run (Paspampres), hingga Hardikal Run. Total, sudah 17 prestasi resmi dan nonresmi ia koleksi.
“Latihan bisa sampai 37 kilometer. Berat, tapi rasa puas saat berhasil menembus finish tak bisa digambarkan,” katanya.
Di balik kesibukan sebagai atlet, tugas utama sebagai prajurit TNI tetap dijalani. Pernah, ia harus membagi waktu antara lomba lari HUT TNI dengan tampil sebagai musisi band mewakili Kowal.
“Pagi latihan lari, malam latihan band. Istirahat yang kurang saya gantikan dengan tidur di mana saja. Prajurit harus siap di kondisi apapun,” ungkapnya sambil tersenyum.
Motivasi terbesar Farah datang dari ibunya. “Ibu yang mengantarkan saya sampai di titik ini. Saya ingin terus berlari untuk membanggakan beliau,” tuturnya.
Sebagai perempuan di dua dunia yakni militer dan olahraga, Farah juga selalu siap menghadapi komentar miring. “Dua telinga bisa menutup banyak mulut. Yang penting terus tunjukkan prestasi,” tegasnya.
Kini, Farah berharap mendapat kesempatan penuh untuk fokus berlatih, tanpa melupakan tugas pokok sebagai prajurit. Baginya, tujuan utama bukan hanya meraih medali, tapi juga mengibarkan Merah Putih di pentas nasional maupun internasional. “Tidak semua proses instan. Saya hanya ingin terus berlari, dengan disiplin, konsistensi, dan keyakinan,” pungkasnya. (rex/jon)