Saturday, October 4, 2025
spot_img

Bersama AMSI dan BBC, Mengenal FIMI

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-FIMI, apakah ini? Belum banyak yang mengetahui, termasuk sekitar 30 media yang mengikuti “Empowering Fact-Checking: Tools Workshop and Integrity Insights” di AONE Hotel Jakarta, Kamis 25 September 2025 lalu. Berikut catatan Buari, Wartawan Utama Malang Posco Media (MPM) yang kini dipercaya sebagai Marketing CommunicationManager.

Pada awal September, MPM mendapat undangan dari AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) pusat. Kebetulan MPM adalah anggota aktif di AMSI wilayah Jawa Timur. Termasuk juga ikut bergabung dalam Koalisi Cek Fakta yang digagas oleh AMSI beberapa waktu lalu. MPM juga punya kanal khusus untuk cek fakta, yaitu cekfakta.malangposcomedia.id.

-Advertisement- HUT
HUT

Bisa jadi, dengan beberapa pertimbangan itu, MPM diundang oleh AMSI pusat mengikuti pelatihan sehari bersama media-media terpilih lainnya dari seluruh Indonesia. MPM memberangkatkan Buari, lantaran sesuai permintaan AMSI, yang hadir di Jakarta adalah mereka yang sebelumnya sudah pernah mengikuti pelatihan cek fakta.

Sekedar diketahui, Koalisi Cek Fakta dibentuk pada tahun 2019, diinisiasi oleh AMSI, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO). Koalisi ini telah berkembang pesat, menyatukan puluhan media nasional dan lokal serta platform teknologi, terutama selama siklus pemilu, untuk melawan hoaks dan mendorong upaya verifikasi kolaboratif.

Meskipun ada kemajuan, banyak jurnalis dan media masih menghadapi keterbatasan dalam mengakses dan memanfaatkan alat verifikasi digital, sementara pemahaman publik tentang integritas media masih belum merata. Peningkatan kapasitas dan pembekalan jurnalis dengan perangkat praktis dan wawasan strategis masih sangat diperlukan.

Maka AMSI, bekerja sama dengan BBC Media Action, menyelenggarakan pelatihan satu hari, dengan mengusung tema “Memberdayakan Pengecekan Fakta: Pelatihan Alat dan Wawasan Integritas”. Tujuannya adalah memperkuat kapasitas teknis media anggota Koalisi Cek Fakta dalam menggunakan perangkat verifikasi digital dan wawasan baru di dunia digital.

Wawasan baru dalam hal ini adalah tentang FIMI. Singkatan dari Foreign Information Manipulation and Interference  atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut Manipulasi dan Interferensi Informasi Asing. Tentu istilah baru, termasuk buat bagi kami yang berkecimpung di dunia jurnalistik. FIMI memang sebuah istilah baru, yang awalnya di Eropa.

FIMI adalah istilah yang banyak dipakai oleh Uni Eropa, NATO, dan lembaga keamanan global untuk menggambarkan upaya pihak asing dalam menyebarkan informasi yang salah, menyesatkan, atau dimanipulasi dengan tujuan memengaruhi opini publik, merusak demokrasi, atau melemahkan stabilitas suatu negara. Kami coba mengenal itu, dan mempelajarinya.

Ada dua pemateri dalam pelatihan singkat di Jakarta itu. Pertama dari BBC Media Action, satu lagi dari Kompas.com sebagai representasi dari AMSI. Lalu siapakah BBC Media Action? Kita selama ini mungkin lebih sering mendengar BBC News. Mereka bersaudara. Jika BBC News lebih pada produk jurnalistik, BBC Media Action lebih banyak melakukan research.

Kalau menurut Google, BBC Media Action sebelumnya dikenal sebagai BBC World Service Trust, adalah badan amal pembangunan internasional BBC, didanai secara independen oleh hibah eksternal dan kontribusi sukarela. BBC (British Broadcasting Corporation) menggunakan media dan komunikasi untuk membantu masyarakat di seluruh dunia.

Pemateri pertama Rosiana Eko, Research Manager BBC Media Action, memberikan pemahaman yang lebih mendalam dengan menyajikan penelitian terbaru yang dilakukan oleh BBC tentang persepsi publik terhadap integritas media di Indonesia. Khusus terkait FIMI, menyampaikan efek negatifnya, taktik yang dilakukan, dan menginvestigasi berita mengandung FIMI.

“FIMI itu terstruktur, terkoordinir dengan bagus, ada aktornya, ada campur tangan antek asing dan sangat halus, sehingga kita tidak menyadarinya. Motifnya bisa ekonomi, geopolitik dan pengaruh idiologi,” terang Rosi yang selanjutnya memaparkan hasil penelitian BBC Media Action perihal FIMI yang dinilai sudah cukup memberi pengaruh.

Pemateri kedua adalah Heru Margianto dari Kompas.Com. Ada sesi, Heru menyampaikan tentang pemanfaatan AI (Artificial Intelligence) dalam produksi misinformasi dan disinformasi, juga tentang penyebaran serta mengidentifikasinya. Hadirnya AI, menurutnya ikut menyebabkan lonjakan produksi dan penyebaran misinformasi dan disinformasi.

Ada alat deteksi yang disampaikannya, meski menurut Heru belum bisa sepenuhnya sempurna. Selain menggunakn alat, terpenting juga dari sisi manusia. Kita sebagai pengecek fakta harus bisa merasakan hasil dari AI atau bukan. Selain itu, Heru juga melanjutkan pemaparan tentang FIMI yang bisa jadi juga memanfaatkan misinformasi dan disinformasi.

“FIMI itu pertarungan hegemoni, yang bisa mempengaruhi pola pikir, mempengaruhi alam bawah sadar, dengan melakukan serangan gangguan informasi, sehingga itu bisa mengubah persepsi, tentu ini tidak bisa dalam waktu yang singkat. FIMI bukan hanya soal hoaks, tapi gangguan informasi, dengan tujuan tertantu,” yakin Heru.

Banyak hal yang disampaikan kepada kami tentang FIMI, yang sebagian adalah off the record. Pada dasarnya, kami sebagai media, penyampai informasi yang benar, jangan sampai ikut menjadi bagian dari penyebar FIMI. Karena gangguan informasi itu dampaknya bisa membuat kekacauan. Justru media harus bisa mengeduksi, khususnya seputar cek fakta.

FIMI bukan hanya soal berita salah atau benar. FIMI bisa jadi membuat orang bingung, sehingga tidak sadar diatur oleh narasi global yang dikendalikan oleh aktornya. Kami sebagai media, tentu tak ingin menjadi alat propaganda. Meski kami sadar, ‘perang pengaruh’ sekarang banyak memanfaatkan medsos. Mungkin, termasuk kejadian beberapa waktu lalu. FIMI sudah masuk Indonesia? (buari)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img