MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Mahasiswi Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) Nurul Afni Hanifa sukses meraih tiga medali Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) XIX 2025, Hani sapaan akrabnya, meraih juara dari cabang olahraga (cabor) catur.
Kompetisi catur tersebut diselenggarakan di Balairung Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, pada 19-27 September 2025 lalu. Perolehan medali Hani adalah Medali Perak Kategori Mix Catur Cepat, Medali Perunggu Kategori Perorangan Catur Cepat dan Medali Perunggu Kategori Mix Catur Kilat.
Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D., menyatakan ITN Malang perasaan bangga dan senangnya. Sebagai apresiasi, ITN Malang bisa mengonversi prestasi tersebut di beberapa mata kuliah yang bisa mendukung. “Semoga Hani bisa bersinar terus prestasinya,” ujar rector, Senin (6/10).
Capaian ini memperkuat rekam jejak Hani di tingkat nasional, setelah sebelumnya menyumbangkan medali perunggu catur cepat beregu putri di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI pada September 2024 lalu. Perjuangan Hani di Pomnas kali ini jauh dari kata mulus. Ia harus menghadapi lawan-lawan tangguh, terutama dari kontingen DKI Jakarta yang dikenal memiliki atlet-atlet tangguh, bahkan berstatus pemain Sea Games. “Pas lawan DKI hanya kalah Solkoff penentuan juaranya,” ujarnya.
Hani harus mengikuti total 35 babak dari semua kategori yang ia ikuti. Yakni Catur Cepat, Catur Kilat, dan Catur Standar (Klasik), baik perorangan maupun beregu. Jumlah babak ini disebut Hani sebagai yang terbanyak dalam sejarah keikutsertaannya di turnamen catur.
Hani mengungkapkan, tingginya intensitas pertandingan dan tuntutan berpikir cepat dalam waktu lama memicu masalah kesehatan. Hal ini diperparah di kategori Catur Klasik, di mana satu babak bisa berlangsung hingga 3 sampai 4 jam. “Di hari kedua sampai hari terakhir saya drop karena masalah asam lambung. Main catur identik dengan berpikir. Sampai tiap izin ke toilet saya muntah,” ungkap Hani.
Kondisi kritis ini membuatnya harus mendapat infus satu kali dan injeksi vitamin 2-3 kali dari tim medis untuk mempertahankan stamina agar bisa menyelesaikan babak-babak penentuan. Meskipun harus mengambil risiko cuti satu semester demi PON tahun lalu, Hani merasa bersyukur atas dukungan penuh institusi. “Senang kampus (ITN Malang) support banget. Banyak dosen yang men-support dengan memberikan izin, institusi juga mensuport dengan pendanaan,” katanya.
Kejuaraan Pomnas XIX ini menjadi partisipasi terakhir Hani di ajang mahasiswa nasional tersebut. Namun, ia masih berpeluang membawa nama ITN Malang ke panggung internasional, yakni di kejuaraan di Malaysia pada akhir Desember tahun ini.(imm/lim)