Malang Posco Media, Malang- I-League bersama BRI sebagai pendukung utama Super League 2025/2026 menggelar Goes to Campus di Universitas Negeri Malang (UM), Jumat (10/10) kemarin. Di kesempatan tersebut, di hadapan mahasiswa, operator kompetisi yang diwakili General Manager (GM) Kompetisi dan Operasional Takeyuki Oya, banjir pertanyaan mengenai perkembangan industri sepak bola di Indonesia. Juga pengalaman sang GM bagaimana tata kelola kompetisi di Jepang.
Ratusan mahasiswa yang berkumpul di Gedung Kuliah Bersama (GKB) A-20 Lantai 9 UM, antusias mendapatkan sharing pengetahuan iklim sepak bola di Indonesia. Di kesempatan, selain Takeyuki Oya, terdapat perwakilan BRI serta Bussines Manager Arema FC Munif Wakid dan Dokter Tim Nanang Tri Wahyudi.
Pertanyaan demi pertanyaan pun mengalir saat sesi tanya jawab. Salah satunya mengenai iklim kompetisi sepak bola di Jepang dan perkembangannya.
“Sistem kompetisi di Jepang itu sangat rata. Tidak hanya ada J-League yang terdiri dari tiga kasta, lalu ada juga kompetisi antar-kampus dan antar-sekolah,” kata General Manager Kompetisi dan Operasional I-League Takeyuki Oya.
Dengan konsistensi menggelar kompetisi tersebut, maka Jepang kini sampai pada status negara terbaik di kawasan Asia, baik secara kualitas timnas maupun kompetisinya. Menurutnya, butuh waktu 30 tahun lebih untuk sampai titik tesebut.
“J-League dari 1993, 30 tahun lebih bisa berkembang sejauh ini. Saya rasa dengan konsistensi dan ekosistem yang bagus, perlu waktu 20-30 tahun juga jika Indonesia mau mencapai titik terbaik,” jelas dia.
Terkait Timnasnya pun, diakui Oya bila ada rancangan target jangka panjang. Jepang melakukan persiapan sejak 2002, setelah mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002. “Jika punya target besar, butuh waktu dan perencanaan yang matang,” tambahnya.
Dia juga berpesan, bukan hanya pihak federasi atau operator kompetisi yang bertanggungjawab meningkatkan kualitas Liga. Klub, dinilainya juga harus bergerak. Misalnya klub bisa bekerjasama dengan kampus, baik untuk membuat kompetisi antar-kampus, juga benefit lainnya seperti menyebarkan tentang insight kampus via anak-anak muda.
Sementara itu, Manager Corporate Share Value (CSV) I-League Hanif Marjuni mengatakan seminar di Universitas Negeri Malang (UM), yang mengusung tema “Sepak Bola sebagai Industri dan Peluang Profesi Baru” ini bertujuan memberikan wawasan kepada mahasiswa. Yakni tentang potensi karir di dunia sepak bola yang kini bukan hanya soal pemain, melainkan sebuah industri yang melibatkan berbagai sektor profesi.
Menurutnya, sepak bola kini telah berkembang jauh melampaui olahraga biasa dan berubah menjadi industri dengan prospek yang sangat luas.
“Sepak bola sudah menjadi industri global yang tidak hanya menghasilkan pemain terkenal, tetapi juga membuka berbagai peluang karir, baik di level lokal maupun internasional. Inilah yang perlu diketahui mahasiswa sebagai calon tenaga profesional,” ujarnya.
Seminar ini tidak hanya sekadar teori, namun juga diikuti dengan pelatihan berkelas yang dibagi dalam empat kelas berbeda. Kelas-kelas tersebut meliputi Medical Officer, Media Officer, Marketing Officer, dan Local Organizing Committee (LOC). Setiap kelasnya dirancang untuk mahasiswa dengan latar belakang pendidikan yang beragam, dari bisnis, komunikasi, hingga kedokteran.
Seminar ini adalah bagian dari rangkaian acara yang diadakan oleh I-League dan di berbagai kampus di Indonesia. Tahun ini, 16 kampus di berbagai kota menjadi tempat penyelenggaraan acara tersebut, termasuk Universitas Negeri Malang (UNM), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, hingga Universitas Negeri Padang.
“Kami memilih lokasi acara berdasarkan permintaan dari berbagai klub dan institusi sepak bola. Ini menunjukkan betapa luasnya jaringan industri sepak bola yang membutuhkan tenaga profesional di berbagai bidang,” ungkap Hanif. (ley/jon)
