MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Perkembangan Media Sosial Tiktok saat ini membawa dampak dalam kehidupan sehari-hari. Dampak ini juga muncul influencer atau pemengaruh dakwah. Pada era sosial media, terutama pemengaruh dakwah memiliki peranan dalam keputusan memilih menikah di usia muda.
Kondisi ini terutama penting karena Indonesia adalah negara yang memilki angka pernikahan yang cukup tinggi, yaitu peringkat keempat di dunia setelah India, Bangladesh, dan China.
Salah satu tokoh dakwah muda yang sempat mencuri perhatian adalah Nashroon Azizan atau Gus Zizan dengan pernikahannya tahun 2024 dengan influencer Kamila Farah Asy Syifa Cut Almi yang saat itu berusia 16 tahun.
Hal inilah yang mendorong mahasiswa Universitas Insan Budi Utomo (UIBU) Program Studi Pendidikan Sejarah dan Sosiologi memilih tema penelitian dan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek).
Penelitian berjudul “Persepsi Generasi Z terhadap Glorifikasi Pernikahan Dini oleh Gus Zizan di TikTok,” meraih pendanaan pada bidang Riset Sosial dan Humaniora (PKM-RSH) pada tahun 2025.
“Penelitian ini diawali dengan diskusi dengan teman-teman dan dosen pendamping mengenai fenomena Gus Zizan yang menikah di usia muda beberapa waktu lalu. Kami melihat banyak komentar-komentar positif dan diromantisasi di sosial media terutama Tiktok,” ungkap Ana Nurfita Ketua Tim Peneliti.
Menurutnya, influencer memiliki peran sebagai panutan dalam pengambilan keputusan para pengikut atau followersnya. Banyaknya generasi muda, terutama generasi Z yang setiap harinya bergelut dengan sosial media menjadikan influencer ini sebagai panutan dan bisa meniru perilaku para influencer.
“Saya sebagai Gen Z juga melihat di sekitar saya juga banyak yang menjadi pengikut dan ingin meniru pernikahan dini. Apalagi ini dilakukan oleh seorang Gus muda dengan jutaan pengikut. Ada siswa SMP dan SMA yang terinspirasi dari konten-konten Gus Zizan,” ungkap Ana.
Menurutnya jika hal ini dianggap lumrah, bisa semakin meningkatkan angka pernikahan dini di Indonesia. Kurangnya literasi tentang berbagai aspek seperti pendidikan, psikologi, kesehatan reproduksi, dampak ekonomi, dan hak-hak anak membuat remaja dan keluarga tidak sepenuhnya menyadari konsekuensinya.
Ia berharap, melalui luaran riset yang berupa artikel jurnal terakreditasi dan konten di Instagram dapat diakses banyak orang dan memiliki pesan edukasi bagi masyarakat luas. “Saya melihat ini sebagai fenomena global di mana influencer menjadi idola baru dalam dunia digital sebagai sumber inspirasi para pengikutnya. Dalam konteks ini, terutama generasi muda perlu untuk melihat lebih jauh mengenai risiko pernikahan dini. Riset ini bisa menjadi media literasi dan edukasi,” kata Winin Maulidya Saffanah, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pendamping.(imm/lim)