Wednesday, October 15, 2025
spot_img

Atasi Campak, Gencarkan ITAS

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang menggencarkan imunisasi serentak untuk mencegah penularan penyakit campak di Kota Malang. Yaitu Imunisasi Tambahan Anak Serentak (ITAS) atau juga disebut Outbreak Response Immunization (ORI).

Ini merupakan langkah penting yang harus diambil untuk mencegah dan memutus penularan campak.

-Advertisement- HUT

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar menyampaikan, imunisasi massal itu kini sudah berjalan dan ditargetkan selesai pada akhir pekan ini. Sasarannya, yaitu 2.600 anak yang khusus hanya berada di Kelurahan Kotalama saja.

“Selama tiga tahun terakhir, capaian imunisasi di kelurahan Kotalama itu masih kurang. Jadi direkomendasikan untuk melakukan imunisasi campak serentak melalui ITAS itu. Imunisasi ini mulai tanggal 6 Oktober dan akan selesai 18 Oktober,” ujar Meifta, Selasa (14/10) kemarin usai ITAS di Balai RW 11 Muharto, Kotalama.

Sebagai informasi, Kelurahan Kotalama menjadi salah satu kelurahan pertama yang ditemukan penularan penyakit campak. Selain Kelurahan Kotalama juga ada Kelurahan Bumiayu dan Kelurahan Arjowinangun.

Akhir September lalu, kasus campak di Kota Malang sempat melonjak hingga 27 kasus dari sebelumnya hanya ada sembilan kasus. Lima kasus di antaranya ditemukan di Kelurahan Kotalama.

Namun berdasarkan survei cepat bersama Provinsi Jawa Timur beberapa waktu lalu, akhirnya ditentukan imunisasi serentak menyasar untuk anak-anak usia sembilan  bulan hingga tujuh tahun di Kelurahan Kotalama karena capaian imunisasi yang rendah.

“Imunisasi di sana masih kurang dari 80 persen. Targetnya itu 95 persen. Jadi artinya itu perlu merata semuanya. Sebelumnya ada kasus lima  anak, tapi saat ini posisinya sudah sembuh semuanya,” beber Meifta.

Diakui Meifta, sampai saat ini, masih ada saja ditemukan keluarga yang tidak berkenan anaknya diimunisasi. Seperti ITAS di Balai RW 11 kemarin, beberapa anak juga enggan diimunisasi sehingga gagal mendapatkan vaksin campak. Menurut Meifta, edukasi dan sosialisasi terkait imunisasi ini memang perlu terus dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat.

Ia memahami banyak yang khawatir setelah imunisasi anaknya menjadi panas demam. Padahal panas demam ini hanya berlangsung satu atau dua hari saja. Bahkan tidak semua anak akan muncul reaksi panas demam. Apabila panas, bisa diatasi cukup dengan minum obat penurun panas saja.

“Maka dari itu, kami harus selalu memotivasi mereka yang saat ini mungkin menolak karena takut anaknya panas. Kami nanti akan melakukan sweeping juga, kok. Jadi yang belum terimunisasi nanti akan kami sweeping lagi,” tegas dia.

Meifta berharap, dengan adanya imunisasi serentak ini jangan sampai ada peningkatan kasus campak lagi. Apalagi sampai terjadi kasus kematian seperti yang ada di daerah lain karena risiko penyakit campak bisa cukup membahayakan keselamatan jiwa, terutama bagi usia anak.

Dengan mendapatkan imunisasi, jika pun tertular campak, gejala yang ditimbulkan bakal sangat ringan. Berbeda dengan yang belum mendapatkan imunisasi, kondisinya bisa parah karena tidak ada perlindungan sama sekali.

“Sehingga kami berharap untuk semuanya bisa mendapatkan perlindungan berupa imunisasi bagi seluruh masyarakat Kotalama. 100 persen harapannya. Minimal 95 persen, lah dari sasaran yang ada itu. Agar kekebalan kelompok itu terbentuk,” pungkasnya. (ian/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img