Monday, October 20, 2025
spot_img

Gerakan Anak Muda Batu Kembalikan Martabat Pertanian

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Alan W. Hafiludin Inisiasi dan Rancang Konsep Petani Muda Berjaya

Di tengah menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian, sekelompok anak muda di Kota Batu justru memilih arah sebaliknya. Mereka menanam harapan di ladang, bukan sekadar menanam tanaman. Melalui program Petani Muda Berjaya (PMB), mereka berupaya menumbuhkan kembali semangat bertani dengan cara yang kreatif, modern, dan menguntungkan.

-Advertisement- HUT

MALANG POSCO MEDIA, BATU – Gagasan ini lahir dari Alan W. Hafiludin, sosok muda yang sejak kecil akrab dengan aroma tanah dan hasil tani. Bersama Komite Ekonomi Kreatif Kota Batu, ia menggagas PMB sebagai gerakan regenerasi petani muda di Kota Batu.

“PMB adalah program yang diinisiasi oleh Komite Ekonomi Kreatif Kota Batu sejak tahun 2024, sebagai upaya untuk menciptakan regenerasi petani muda di Kota Batu,” ujar Alan kepada Malang Posco Media.

Alan mengakui, ide itu berangkat dari keprihatinan. Kota Batu yang dikenal dengan potensi pertaniannya, justru mulai kehilangan penerus di sektor tersebut. “Kami memulai gagasan ini karena melihat bahwa sektor pertanian adalah kekuatan utama Kota Batu. Tetapi minat generasi muda untuk terjun di dunia pertanian semakin menurun,” ujar alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang jurusan Teknik Informatika ini.

Melalui PMB, Alan ingin mengubah cara pandang anak muda tentang pertanian. “Kami ingin menunjukkan bahwa bertani bisa menjadi profesi yang keren, modern dan menguntungkan jika dikelola dengan pendekatan bisnis, teknologi serta kreativitas,” beber alumni UIN Malang jurusan Teknik Informatika ini.

Sejak diluncurkan pada 2024 (Season 1) hingga 2025 (Season 2), PMB telah diikuti lebih dari 100 petani muda dan calon wirausahawan pertanian. Banyak di antara mereka kini menjadi pelaku usaha mandiri di bidang hortikultura, tanaman pangan, peternakan, hingga produk olahan.

“Sebagian juga aktif dalam jaringan CooSAE (Smart Agriculture Ecosystem Cooperative) yang menjadi wadah kolaborasi ekonomi dan pasar bagi para alumni PMB,” imbuh Alan, yang juga dikenal sebagai dosen praktisi bisnis.

CooSAE berperan penting sebagai holding dari koperasi-koperasi Merah Putih di tingkat desa dan kelurahan. Tak hanya membina, tapi juga menjadi off-taker produk unggulan seperti buah dan sayur, agar bisa terserap ke pasar modern dan industri pariwisata.

PMB tidak berhenti pada ajang kompetisi. Program ini memiliki tiga kegiatan utama: Kompetisi Talenta Petani Muda, Pendampingan dan Mentoring Berkelanjutan, serta pembentukan Kelompok Ekonomi Petani (KEP) Petani Muda Berjaya.

“Program ini terkoneksi dengan Pemkot Batu, terutama melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian serta Komite Ekonomi Kreatif Kota Batu. Para pemenang akan didorong untuk mendapatkan program strategis pemerintah seperti 1000 sarjana dan juga sertifikasi pertanian seperti PSAT-PDUK, GAP, serta Pertanian Organik,” terangnya.

Bagi Alan, PMB adalah gerakan nyata dari hulu hingga hilir. “Jadi, PMB bukan hanya lomba, tapi gerakan yang punya ekosistem nyata dari hulu sampai hilir,” imbuhnya.

Bahkan, dari ajang ini lahir berbagai produk inovatif, mulai dari sayuran organik kemasan, pengembangan IoT untuk pertanian, hingga olahan hasil tani berbasis teknologi.

Menjalankan gerakan ini tentu tidak mudah. Tantangan terbesar datang dari perubahan pola pikir anak muda terhadap pertanian.

“Tantangan terbesar kami ada di perubahan mindset generasi muda terhadap pertanian sehingga minat untuk mengikuti ajang ini sangat rendah di tahun pertama. Meskipun sudah naik hingga 400 persen di tahun kedua,” ungkapnya.

Namun Alan tetap optimistis. Berkat dukungan lintas sektor—pemerintah, koperasi, dan swasta—ia percaya sektor pertanian di Batu akan kembali bergairah. “Yang penting adalah menciptakan success story agar anak muda lain percaya bahwa bertani itu masa depan,” tegasnya.

Kini, Alan bersama timnya tengah menyiapkan pengembangan platform digital Petani Muda Berjaya. Platform itu akan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendata petani, memprediksi hasil panen, serta menghubungkan mereka dengan pasar dan pembiayaan.

“Ke depan, kami sedang menyiapkan program inkubasi bisnis pertanian dan koperasi bersama CooSAE dan PLUT KUMKM Kota Batu. Serta penguatan branding Kota Batu sebagai kota agrokreatif dan gastronomi,” ujarnya.

Sebagai anak petani yang tumbuh di ladang, Alan tahu betul arti kerja keras di tanah subur Batu. Kini, dengan PMB, ia ingin mematahkan stigma lama bahwa bertani adalah pilihan terakhir.

“Saya ingin berkontribusi agar anak-anak muda Batu punya jalan dan wadah untuk bertumbuh di sektor ini. Saya ingin membuktikan bahwa menjadi petani muda bukan pilihan terakhir, tapi justru pilihan terbaik untuk masa depan yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkasnya. (kerisdianto/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img