MALANG POSCO MEDIA – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., menyerukan gerakan optimalisasi wakaf sebagai pilar pokok pendanaan perguruan tinggi. Hal ini disampaikan dalam forum “Wakaf GOES to Campus XV” yang digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB), Senin (20/10).
Acara yang merupakan edisi ke-15 dari “Wakaf GOES to Campus” (WGTC) ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk 50 mahasiswa delegasi dari UIN Malang. Turut hadir dalam forum strategis tersebut Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat, Asisten III Gubernur Jawa Timur Bidang Administrasi Umum dan Walikota Malang. Rektor UIN Malang yang hadir juga didampingi oleh Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga.

Dalam sambutannya yang menjadi sorotan utama, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., dengan tegas memaparkan visi besar pemanfaatan wakaf untuk kemandirian institusi pendidikan. Menurutnya, wakaf diharapkan dapat menjadi pilar pokok pendanaan kampus, yang pada akhirnya dapat mewujudkan cita-cita menggratiskan biaya pendidikan bagi mahasiswa.
“Kami sangat berharap wakaf bisa menjadi pilar pokok pendanaan kampus sehingga bisa menggratiskan biaya pendidikan,” tegas Prof Ilfi. Karena itu, beliau menyadari bahwa visi ini adalah sebuah gerakan jangka panjang, namun ia optimis bahwa kegiatan WGTC ke-15 ini dapat menjadi tonggak awal untuk bergerak lebih maju.

Untuk memperkuat argumennya, Prof. Ilfi mencontohkan dua universitas Islam tertua dan terbesar di dunia yang telah sukses membuktikan model pendanaan berbasis wakaf. “Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko menjadi contoh nyata bagaimana universitas mampu mendanai seluruh biaya pendidikannya murni dari dana wakaf yang produktif,” jelasnya.
Meski demikian, BWI Pusat mengidentifikasi tiga tantangan utama. Pertama, terkait regulasi pengembangan wakaf. Kedua, kompetensi nadzir (pengelola wakaf) yang belum optimal. Ketiga, dan yang paling krusial adalah masalah literasi di masyarakat. Tantangan literasi ini sejalan dengan data yang menyebutkan bahwa wakaf untuk pendidikan masih harus digalakkan, tidak seperti wakaf untuk masjid atau pesantren yang sudah mapan.

Di sinilah peran kampus menjadi sangat vital. BWI memandang kampus memiliki potensi besar sebagai insan yang berpikiran maju dan melek teknologi. “Diharapkan kerja sama dengan kampus dapat mengoptimalkan gerakan Indonesia Berwakaf,” tambahnya. Secara data, potensi wakaf nasional mencapai angka 180 triliun rupiah, dengan potensi wakaf dari ekosistem kampus sendiri diperkirakan mencapai 5,7 triliun rupiah.
Dukungan untuk gerakan wakaf produktif ini juga datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Asisten III Gubernur Jatim Bidang Administrasi Umum memaparkan model-model wakaf yang dapat dikembangkan oleh masyarakat dan institusi. “Wakaf produktif adalah model pengelolaan dana wakaf untuk lebih memberdayakan dana umat tanpa menghabiskan dana pokoknya,” jelas Asisten III. Model dana abadi (endowment fund) inilah yang menjadi fokus utama dalam konteks pendanaan universitas, sejalan dengan visi yang disampaikan Rektor UIN Malang. (adv/bua)