Wednesday, October 22, 2025
spot_img

Dari Corel Hingga Abadi Jadi Identitas Kota Wisata Batu

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Yoedi Armadioka, Kisah Pencipta Logo Kota Batu

Dua puluh empat tahun sudah berlalu sejak Kota Batu resmi berdiri sebagai kota otonom. Namun bagi Yoedi Armadioka, kenangan tentang hari-hari penuh semangat saat merancang logo pertama Kota Batu tetap hidup jelas dalam ingatannya. Dari sebuah komputer tua di sudut ruang kerja, ia menorehkan sejarah, menciptakan simbol yang kini menjadi identitas abadi kota kelahirannya.

MALANG POSCO MEDIA –Di balik perjalanan panjang kota wisata yang kini makin dikenal hingga ke mancanegara, ada sosok yang tak banyak diketahui publik namun punya andil penting di awal lahirnya Kota Batu. Dia adalah Yoedi Armadioka, sang pendesain logo pertama Kota Batu.

-Advertisement- HUT

Lelaki yang akrab disapa Moka itu adalah putra asli Kota Batu. Dua puluh empat tahun silam, ia menjadi salah satu peserta sayembara penciptaan logo Kota Batu,  momen bersejarah ketika wilayah berhawa sejuk itu resmi “merdeka” dari Kota Administratif Kabupaten Malang.


HUT

“Tidak terasa sudah 24 tahun berlalu. Saya ingat bagaimana momen dulu membuat logo Kota Batu tersebut,” kenang Moka, membuka perbincangan dengan MALANG POSCO MEDIA.

Saat itu, Moka masih tinggal di kawasan Pesanggrahan, Kota Batu. Ia mengaku sempat ragu untuk ikut lomba meski sudah memiliki ide desain. Namun dorongan dari teman-temannya membuat ia akhirnya ikut serta di detik-detik terakhir.

“Sampai hari terakhir, karena dorongan beberapa rekan, saya akhirnya menuntaskan desain logo itu. Saya ingat, nomor 68 saat mengumpulkan karya. Saya lihat dari daftar absen yang menyerahkan desain,” ujarnya sambil tersenyum.

Bekerja sebagai layout di salah satu media cetak di Kota Malang kala itu, Moka punya keunggulan tersendiri dibanding peserta lain. Ketika sebagian besar peserta masih menggambar manual dengan cat air, krayon, atau pensil warna, ia justru mengumpulkan karya digital, hasil olahan CorelDraw.

“Saya cuma buat tidak sampai sehari karena saya membuatnya di kantor. Bayangkan, 24 tahun lalu memang masih belum banyak yang menggunakan komputer. Ada karya yang masih pakai cat air, krayon, dan alat warna. Tapi saya soft files dan karya yang sudah saya print,” jelasnya.

Dengan inisial Mochatama, karyanya akhirnya terpilih sebagai pemenang. Hadiah yang diterimanya pun cukup unik untuk masa itu, sebuah televisi besar.

“Saya ingat dapat hadiah televisi. Besar. Televisi itu akhirnya bertahan selama Wali Kota Pak Imam Kabul. Tidak tahu kebetulan atau bagaimana, begitu Pak Imam Kabul meninggal, TV-nya ikut rusak,” kenangnya.

Kini, Moka yang tinggal di Perum Springhill Sawojajar, Kota Malang, masih ingat jelas bagaimana inspirasinya muncul. Pemandangan Gunung Panderman yang berdiri megah di depan rumahnya menjadi latar utama dalam desain logo. Ia juga memasukkan unsur Candi Songgoriti, sawah, padi, dan kapas sebagai simbol kesejahteraan dan kehidupan masyarakat.

“Semuanya itu berhubungan dengan Kota Batu. Gunung Panderman, Candi Songgoriti, petak-petak itu adalah persawahan, lalu padi dan kapas karena berhubungan dengan kehidupan — sandang, pangan, dan papan,” urainya.

Logo karyanya juga dibingkai dalam bentuk lima sudut, melambangkan Pancasila sebagai dasar negara. Sedangkan unsur rantai menggambarkan keterikatan erat antara Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang sebagai satu kesatuan wilayah Malang Raya.

“Jadi dulu pasti ada rules untuk karyanya. Lalu, dari desain yang dibuat juga harus dijelaskan maksud dan arti dari setiap coretannya,” imbuh bapak empat anak ini.

Kini, Moka tetap berkecimpung di dunia desain melalui bisnis digital printing RJS yang ia dirikan. Namun, karyanya 24 tahun lalu tetap menjadi karya paling berkesan dalam hidupnya.

“Logo itu juga saya print, saya pajang di rumah di Kota Batu. Ini salah satu karya membanggakan bagi saya,” ujarnya sambil tersenyum.

Lebih dari sekadar simbol, logo ciptaan Moka kini menjadi bagian identitas abadi Kota Batu — kota wisata yang terus berkembang dan dikenal karena pesona alam serta budayanya.

“Dengan kekayaan alam, sawah dan pertanian, lalu tempat wisata, saya berharap masyarakat sejahtera. Jangan sampai ada anak-anak muda yang bingung mencari pekerjaan, apalagi jadi pengangguran,” pungkasnya. (stenley/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img