MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Timur Arumi Bachsin secara simbolis meresmikan Kurikulum Batik Masjidil ‘ilm Bani Hasyim Malang, Selasa, (21/10). Peresmian yang dikemas dalam Glory & Batik Bani Hasyim: Melukis Warisan, Mewarnai Peradaban tersebut ditandai dengan pemotongan pita di Laboratorium Batik Yayasan Bani Hasyim.
Arumi yang juga istri dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak ini sangat mengapresiasi dan antusias dengan adanya kurikulum Batik. Menurutnya, seluruh masyarakat khususnya pemerintah harus mempertahankan warisan budaya di Indonesia, salah satunya adalah batik.
Arumi berharap, kurikulum batik ini bisa menjadi wadah dan mengasah bakat siswa sejak dini. Ia yakin, di bawah bimbingan para tenaga pendidik Yayasan Bani Hasyim, seluruh siswa akan menunjukan hasil terbaik.
“Yayasan Bani Hasyim sangat luar biasa. Mengenalkan batik sejak usia dini. Tidak hanya mengenalkan saja, namun masuk dalam kurikulum. Kami harap, langkah ini bisa dicontoh oleh sekolah lainnya,” ujar Arumi.
Arumi juga sependapat bahwa batik harus dikenalkan sejak dini. Ia menilai, saat ini budaya dari luar negeri bisa melemahkan budaya bangsa sendiri. Sehingga perlu adanya kesiapan dan keseriusan untuk memperkuat budaya batik ini di lingkungan sekolah.
“Jika tidak dimulai sejak dini, pengenalan batik kepada generasi akan lebih susah. Kami berharap di Yayasan Bani Hasyim ini kurikulum batik bisa memperkuat fondasi batik dan budaya di Indonesia lebih kuat lagi,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Masjidil ‘Ilm Bani Hasyim, Ari Dwi Haryono, M.Pd. Menurutnya, sesuai dengan motto di Yayasan Bani Hasyim yakni The Living School (sekolah yang hidup dan menghidupkan), salah satunya adalah menghidupkan budaya.
Ari menilai, kehadiran kurikulum batik di Yayasan Bani Hasyim Malang ini merupakan bentuk pelestarian warisan budaya nasional yang diakui oleh UNESCO. “Kami berharap, kehadiran kurikulum batik ini bisa memberikan siswa bisa membatik. Karena kurikulum ini kami susun secara hirarki. Mulai TK hingga SMA kami sesuaikan dengan tahapannya,” ujar Ari.
Ari berharap, ke depan siswa memiliki ide kreatif dalam berinovasi dalam membatik. Sehingga para siswa mampu melestarikan batik dengan inovasi dan kreativitas siswa sesuai dengan zamannya. “Kami juga melakukan kerjasama dengan beberapa UMKM di sekitar. Ini merupakan bagian dari menghidupkan lingkungan kami. Sehingga motto The Living School memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat,” pungkasnya.(hud/lim).