Wednesday, October 22, 2025
spot_img

Kopi Kapiten, Cita Rasa Santri yang Menembus Dunia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Jejak Ekonomi Kreatif Pondok Pesantren Annur 2 Bululawang

Aroma kopi menyeruak dari dapur produksi di dalam kompleks Pondok Pesantren Annur 2 Bululawang Kabupaten Malang. Di balik kepulan uap air panas, tampak beberapa santri tengah sibuk meracik, mencampur bahan, hingga menempel label pada botol kaca. Mereka bukan sekadar santri, tapi peracik mimpi yang kini berhasil membawa nama pesantren hingga ke mancanegara.

MALANG POSCO MEDIA – Ya, dari tangan-tangan santri inilah Kopi Kapiten lahir,  produk unggulan Ponpes Annur 2 Bululawang Kabupaten Malang yang kini menembus pasar internasional seperti Malaysia, New Zealand, dan Australia. Sebuah capaian besar yang berawal dari semangat kecil untuk mandiri.

-Advertisement- HUT

“Tidak mudah untuk bisa ekspor. Kami harus mendaftar ke berbagai lembaga dan ikut banyak kurasi. Tapi karena kerja keras dan konsistensi, akhirnya bisa menembus luar negeri,” tutur Ardy Agil U., Sales Kopi Kapiten, kepada Malang Posco Media, Selasa (21/10).


HUT

Produk ini pertama kali dirintis pada 2015 oleh Aji Pramono, seorang perintis usaha kopi lokal. Namun, babak baru dimulai ketika Kopi Kapiten bergabung dengan Koperasi Ponpes Annur 2 Bululawang pada 2023. Sejak saat itu, para santri mulai terlibat aktif dalam proses produksi dan pengelolaan bisnis.

“Sekarang direktur kami juga dari santri pondok, Mas Didik Darmadi. Produksi kami sudah resmi berada di dalam lingkungan pesantren dan diresmikan langsung oleh Bu Gubernur Khofifah,” jelas Agil.

Dengan bergabung dalam program OPOP (One Pesantren One Product), Kopi Kapiten bukan hanya sekadar produk minuman, tetapi simbol kemandirian ekonomi pesantren. Dari kemasan, pencampuran bahan, hingga pelabelan, semua dilakukan dengan teliti dan disiplin.

“Sekitar 20 persen pekerja kami adalah alumni santri. Mereka terlibat penuh mulai dari peracikan sampai packaging,” kata Agil.

Setiap hari, para santri bekerja dari Senin hingga Sabtu dengan kapasitas produksi mencapai 2.400 botol kaca berukuran 330 mililiter (ml). Sementara untuk kebutuhan ekspor, produk dikemas dalam kaleng berukuran 230 ml.

“Ekspor ke Malaysia sebanyak 3.000 kaleng, dan ke resto Indonesia di New Zealand serta Australia sekitar 300 kaleng,” paparnya.

Kopi Kapiten memang berbeda. Ini bukan sekadar kopi bubuk, melainkan essence perisa kopi, yakni ekstrak cair yang digunakan untuk campuran makanan, minuman, hingga industri kuliner. Rasa dan aromanya kuat, dengan kualitas yang sudah melewati standar kurasi ekspor.

Untuk pasar domestik, Kopi Kapiten telah memiliki jaringan luas: distributor di Jakarta, Pamekasan, Balikpapan, Samarinda, serta puluhan reseller di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren mampu menjadi pusat ekonomi umat. Melalui OPOP, Ponpes Annur 2 tak hanya melahirkan santri yang fasih mengaji, tetapi juga santri yang tangguh berwirausaha.

Di tengah persaingan global, santri-santri Annur 2 membuktikan bahwa semangat religius bisa berjalan seiring dengan semangat kewirausahaan. Bahwa dari ruang sederhana di pesantren, produk berkualitas dunia bisa lahir dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Kopi Kapiten pun kini menjadi lebih dari sekadar minuman. Ia adalah simbol kebangkitan ekonomi pesantren, di mana kemandirian, kerja keras, dan keberkahan berpadu dalam setiap tetesnya. (khalqinus taaddin/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img