Malang Posco Media – Lulus SMA, Abdul Rokhim mulai belajar kesenian. Ia pun terkenal sebagai pelukis. Tangan kreatifnya mengangkat kampung tempat tinggalnya sekaligus Kota Batu ke Istana Negara bertemu Presiden Joko Widodo.
Lulus SMA tahun 1992 di SPP Negeri Tanjung Malang, Rokhim sapaan akrabnya, mulai belajar melukis secara otodidak. Pria asal Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu itu semakin dikenal para tetangganya sebagai seniman. Ia mengikuti berbagai pameran kesenian seperti pameran lukisan.
Rokhim telah mengikuti pameran lukisan sejak tahun 1994 di Raos Galleri Kota Batu. Hingga pameran lukisan di Galnas, Jakarta pada event Jatim Art Now.
Melihat potensinya itu, warga kampungnya menunjuk Rokhim sebagai konseptor ajang lomba hias taman tingkat kota pada tahun 2016. Ajang itu diikuti berbagai desa di Kota Batu.
“Ajang berkelompok yang anggotanya sekitar sembilan orang, saya ditunjuk sebagai konseptor Desa Sidomulyo. Persaingannya panas karena kita sebagai seniman di Kota Batu kenal satu sama lain,” ungkapnya.
Tak disangka ia meraih juara satu konsep taman terbaik tingkat Kota Batu. Dia mengaku untuk meraih juara, harus ada sesuatu hal yang unik dalam karyanya.
“Pada saat itu lagi viral bunga Bromelia, saya yakin akan banyak peserta yang menggunakan bunga itu. Saya gak mau pakai bunga itu dan saya ganti dengan tanaman paku-pakuan. Benar saja, semua peseta pakai bunga Bromelia dan kelompoknya sendiri yang pakai tanaman paku-pakuan,” jelasnya.
Ia sempat di-bully peserta lain karena selama tiga jam dari empat jam waktu yang diberikan panitia hanya mendesain kolam dari bebatuan. Namun setelah mengeluarkan tamanannya, banyak peserta terkejut karena tanaman itu berbeda dengan yang lain. “Ya dengan waktu yang mepet seperti itu kan mereka tidak mungkin merubah konsep dan meniru saya,” imbuhnya sambil terkekeh.
Alhasil taman miliknya sangat unik. Tak berhenti sampai di situ, tahun 2017, ia ditunjuk kembali menjadi konseptor pada ajang lomba Hias Kampung. Dari situ dirinya memiliki ide cemerlang. Ia memberikan konsep padang pasir di empat sudut kampungnya dengan mengerahkan sekitar 50 orang dalam pengerjaannya. Konsepnya itu membuahkan hasil. Sukses juara satu.
“Kan Kota Batu terkenal dengan kota yang sejuk dan asri, nah ini saya beri konsep yang berbeda lagi. Beri sentuhan yang unik dan berbeda agar karyanya dilirik semua orang dan panitia,” kata Rokhim.
Dengan pencapaiannya itu, pada tahun 2019, Presiden RI Joko Widodo mengadakan lomba Gapura Cinta Negeri untuk peringatan HUT ke 74 RI. Ia bersama warga Sidomulyo berniat mengikuti ajang tersebut. Namun karena keterbatasan dana, akhirnya ia bersama seluruh RW di Desa Sidomulyo sepakat iuran.
“Dari 12 RW di desa saya, masing-masing mengumpulkan Rp 1 juta. Jadi totalnya dapat Rp 12 juta. Itu digunakan untuk biaya pembuatan gapura,” jelas ayah dua anak ini.
Kali ini dirinya sebagai konseptor ajang itu mengambil konsep recycle atau daur ulang. Bahan yang digunakan tanaman dan ranting kering yang tak terpakai. Ia menjelaskan bahan utama dari gapura adalah ranting jeruk kering, sedangkan bahan utama garuda yang diletakkan di tengah atas gapura adalah pelepah Palm Raja.
“Saya ditunjuk jadi konseptor juga berdasarkan musyawarah para konseptor di Kota Batu. Saya yang juga peduli lingkungan akhirnya mengambil konsep recycle. Pengerjaan itu digarap kurang lebih 100 orang selama tiga minggu,” beber pria usia 48 tahun itu.
Setelah pengerjaan, hasil foto dan video dikirimkan ke panitia ajang Gapura Cinta Negeri melalui email. Tak disangkan Kota Batu masuk 50 besar dari ratusan kota di Indonesia yang mengikuti ajang itu.
Dari 50 besar itu, penilai langsung terjun ke lokasi masing-masing kota untuk melihat secara langsung karya yang telah dikirim via email. Hebatnya Kota Batu masuk 10 besar dari 50 kota yang telah ditinjau. Sehingga 10 kota itu diundang ke Istana Presiden di Jakarta untuk diberikan penghargaan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo.
“Yang ke Istana perwakilan tiga orang. Saya ditemani Pak RW 11, Roni Sintio dan perwakilan RT, Pak Dian Kusuma. Di sana kami diberikan penghargaan secara langsung oleh Pak Jokowi berupa piagam, piala dan uang tunai,” ucapnya.
Ia menjelaskan uang yang didapat sebesar Rp 50 juta. Uang itu digunakan untuk mengajak para pekerja yang menggarap gapura ke Monas. Di Monas mereka foto bersama dengan membawa piala yang telah didapatkan.
“Akhirnya uangnya sisa Rp 14 juta dimasukkan kas masing-masing RW, jadi modal Rp 1 jutanya kembali, malah dapat untung. Saya tidak ambil sepeser pun, saya bisa ngangkat Kota Batu masuk 10 besar saja sudah senang,” ujarnya.
Melihat hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu Aries Setiawan tertarik bekerjasama dengan Rokhim dalam pengurangan sampah anorganik di Kota Batu. Aris mengajak Rokhim mengadakan ajang 1001 manusia sampah untuk peringatan Hari Peduli Sampah Nasional pada 21 Februari 2022 lalu.
“Kini saya ditunjuk lagi untuk memberikan arahan kepada masyarakat, siswa-siswi, bahkan wali kota untuk membuat manusia sampah. Itu guna mengurangi sampah plastik di Kota Batu. Nantinya 1001 manusia sampah ini akan dipajang di sepanjang Jalan Panglima Sudirman agar mengingatkan masyarakat mengurangi penggunaan sampah plastik,” pungkasnya. (ran/van)