Malang Posco Media-Suasana Hari Raya Idul Fitri 1444 H ikut terasa hingga Portugal. Bukan hanya Idul Fitri saja melainkan juga selama 1 bulan penuh Ramadhan. Masjid-masjid yang ada di Lisbon juga menyelenggarakan buka puasa bersama hingga salat tarawih hingga hampir tengah malam. Kami belum pernah ikut buka puasa dan sholat tarawih di masjid. Karena jam berbuka puasa sekitar 20.30 WEST (Western European Summer Time). Isya jam 21.20 WEST. Dan baru dilanjutkan dengan salat tarawih.

Nekat membawa DoubleZ ke Lisbon dengan perjalanan jauh di malam hari bukanlah ide yang bagus. Namun kali ini ada pemuda asli Bogor – Jawa Barat yang sedang menempuh S2 di kampus ISCTE IUL (Instituto Universitario de Lisboa) Business School akan berbagi cerita terkait pengalaman Ramadhan di Lisbon.
Pemuda bernama lengkap Rahman Satyanegara, S.T. yang lebih akrabnya di panggil Rahman baru saja menempuh studi semester 1 di IUL. Rahman mengikuti program Double Degree dari Magister Management Universitas Gajah Mada (MM UGM). Karena kebetulan tempat kosan lumayan dekat dari Mesquita Central de Lisboa (Masjid terbesar di Lisbon) maka sehari-harinya ikut meramaikan berbuka puasa bersama di masjid.
“Lumayan dari tempat kosan cukup jalan 15 menit. Tidak perlu pusing untuk memasak terlebih dahulu, menu berbuka puasa di masjid pun selalu ganti setiap harinya. Tema menu buka puasa lebih ke arah timur tengah/Pakistan/India. Didominasi dengan menu kari. Lengkap dengan takjil, gorengan kecil, makanan berat, kurma, dan minuman”, cerita pemuda kelahiran November 1998 ini saat pertama kali bertemu dengannya.

Untuk para jamaah yang akan berbuka puasa di masjid tidak perlu mendaftar sebelumnya. Langsung datang on the spot saja. Sekitar 500 orang setiap harinya memenuhi masjid. Menu yang disediakan juga lebih dari itu, bahkan bisa sisa. Jamaah boleh meminta lebih untuk dibawa pulang. Bisa untuk sahur atau mungkin untuk keluarganya di rumah. Untuk membawa menu buka puasa pulang tidak harus menunggu salat tarawih. Menurut pengamatan Rahman, dari hari ke hari kemewahan menu berkurang.

“Di hari puasa menjelang lebaran, bisa dibilang gak semewah saat hari ketiga puasa. Yang berkurang cuma roti yang besarnya aja sih, tapi nasi, minum, sama gorengan yang kecil masih tetap ada. Sebenarnya mewahnya bukan sangat wah sih. Standar mewahnya sih paling masing-masing orang dapat roti tawar sama manis (masing-masing 1 atau 2), terus ada sup daging sama kacang, ada gorengan 2 butir, ada the tarik, jus jeruk (botolan/kemasan), buah segar, air mineral, terus makanan beratnya biasanya pake tumisan sayur dan daging/ayam suwir”, cerita Rahman lebih detail.

Mesquita Central Lisboa memiliki 4 lantai. Sangat besar dan bisa menampung ribuan jamaah. Saat bulan Ramadhan, jamaah diarahkan menuju ruang utama (lantai 3) untuk mendapatkan kurma dan air mineral (membatalkan puasa). Setelah itu shalat berjamaah. Turun ke lantai 2 untuk mengantri mengambil makanan. Disana ada meja putih panjang yang disiapkan sebagai ruangan makan. Sudah tersedia manisan, gelas minum, dan gorengan. Setelah itu barulah makanan berat didistribusikan dengan rapi. Jamaah muslim banyak berasal dari Asia, Timur Tengah, Afrika, dan lokal Portugis. Data dari Lisbon pada tahun 2019, jumlah penduduk muslim di Lisbon tercatat sebanyak 65.000 orang.

Berbeda halnya dengan Amos Bintang Panesse yang sudah menetap 2 tahun di Lisbon karena bekerja di salah satu organisasi non profit. Karena tinggal di daerah Berreiro yang harus menggunakan transportasi kapal ke Lisbon Kota, tidak bisa terlalu sering untuk meramaikan buka puasa di masjid besar. Untuk lebaran kali ini Amos (panggilannya) sudah merencanakan untuk ikut salat ied di masjid dan silahturahmi di Kedutaan RI dengan teman-teman Indonesia yang ada di Portugal. Serta mengajak tunangannya untuk jalan-jalan ke tempat menarik di Lisboa. Tunangan Amos adalah gadis cantik asal Portugis, Beatriz namanya.

“Kalau salat ied disini nanti harus siap mendengarkan kutbah dalam Bahasa Arab atau Bahasa Portugis. Bayar zakat pun juga bisa langsung di masjid. Per orang dikenakan 3,5 Euro. 1 Euro : Rp. 16.200”, tambah Amos.
Pemuda asli Semarang yang belum memutuskan apakah tinggal untuk waktu lama di Lisbon ternyata betah tinggal disini.
“Kalau untuk bekerja dan kesejahteraan hidup saya lebih senang tinggal di Portugal. Cuman untuk hidup di hari tua, saya memilih tinggal di Indonesia”.
Selain bekerja, Amos juga senang mengupload seputar kehidupan di Portugal melalui akun Youtube-nya. @amospanesse3467. Tema Youtube nya sekitar tempat-tempat wisata dan kehidupan berpasangan dengan orang lokal portugis.
“Terakhir apa nih Mas Amos yang mau disampaikan untuk masyarakat Indonesia?”, tanyaku.
“Karena sudah mendekati lebaran maka pasti Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua bisa dipertemukan di hari raya yang berikutnya. Stay safe untuk semuanya”, akhir salam dari Amos.
Dimana ternyata saat hari H lebaran, Amos tidak bisa mengikuti salat ied karena terkendala transportasi di pagi hari.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. Laa ilaaha illalahu wallahu akbar. Allahu akbar walillaahil hamd’. Lantunan khas saat malam takbiran dan perjalanan menuju salat ied. Pagi hari jam 7.30 WEST pada tanggal 22 April 2023 kami telah Bersiap berangkat menuju masjid di Cascais. Ada 18 tempat pelaksanaan salat di area Lisbon kota. Salah satunya 1 tempat di masjid Cascais. Bukan hanya di tempat masjid melainkan di lapangan pun juga ada. Jadi suasana lebaran disini cukup meriah. Bedanya tidak ada lanjutan speaker adzan yang berkumandang dengan kencang.
Beberapa negara di Eropa sudah melangsungkan lebaran pada Jumat, 21 April 2023. Spanyol, Swiss, Inggris, Belanda, dan Slovakia. Sedangkan untuk Portugal serempak 1 Syawal pada hari Sabtu. Pengumuman di Portugal dinanti oleh seluruh warga muslim. Pasalnya pada hari Kamis sudah keluar jam salat Ied, tapi belum ada tanggalnya. Ditulis bahwa pengumuman resmi akan dikeluarkan setelah salat maghrib pada tanggal 20 April 2023. Pengumuman akan diinfokan di grup Facebook dan juga grup islam community. Tepat pukul 21.00 WEST akhirnya ditentukan bahwa hari jumat masih puasa terakhir. Siap sahur lagi deeeh.
Zirco sudah mewanti-wanti untuk dibangunkan pagi hari karena mau ikut salat. Dia berhasil ikut puasa 10 hari. Ada yang cuma sampai bedug, ada yang dilanjutkan sampai maghrib. Tanpa ada paksaan, dia ingin melakukan sendiri karena mumpung saat itu libur sekolah. Zirco mulai mengenal Ramadhan dan Hari Raya karena guru ngajinya memberikan materi tersebut selama bulan Ramadhan ini. Dia antusias sekali menyiapkan sajadah dan juga mengenakan baju koko pemberian dari Eyang Utinya dari Surabaya. Kembaran sama Zygmund.

Setelah sampai di Cascais ternyata zonk, tidak ada jamaah sama sekali. Ada 3 orang lain yang juga kecelik seperti kami, hihi. Kemungkinan ijin mendadak dibatalkan oleh wilayah setempat karena pelaksanaan di halaman terbuka. Langsung kami memutuskan pulang dan bersiap-siap berangkat ke masjid besar Lisbon. Dari 18 tempat ini rata-rata salat diadakan pukul 08.00 WEST. Hanya 5 tempat yang menyediakan 2 kloter salah satunya Mesquita Central de Lisboa Kloter pertama jam 7.15 WEST dan kedua jam 10.15 WEST.
Suasana di masjid Lisbon sangat ramai sekali. Semua orang mengenakan pakaian ala lebaran sesuai daerah masing-masing. Jalanan besar dijaga polisi ketat, bahkan ada penutupan jalan diarea masjid supaya tidak mengganggu aktifitas di masjid. Toleransinya tinggi sekali disini. Setelah salat ied tidak ada acara khusus langsung bubar keluar. Foto-foto bersama keluarganya, video call di depan masjid, dan ada juga yang lanjut mencari sarapan di café terdekat.
Selesai bubaran salat jam 11.00 WEST, langsung menuju KBRI untuk acara halal bihalal dan makan siang bersama. Pak Dubes sudah menyediakan menu lebaran super komplit. Ada rendang, opor ayam, lontong, sayur godog, kering tempe teri kacang, bihun goreng, nasi putih, sop kambing, bakso, batagor, aneka jajanan seperti risoles, singkong goreng, lemper, onde-onde, rujak buah, dan es timun suri. Muanteeep tenan, pulang dengan perut kenyang.
Di awal sambutan selain mengucapkan selamat hari raya idul fitri, Pak Dubes – Rudy Alfonso juga mengabsen jumlah penduduk Indonesia yang ada di Portugal. Sekitar 200 orang ikut halal bihalal di Lisbon. Tercatat ada sekitar 400 orang yang akan melaksanakan halal bihalal di area Porto dan Portugal Utara. Mereka membuat acara sendiri karena cukup jauh melakukan perjalanan ke Kota Lisbon. Para penduduk Indonesia yang berprofesi di bidang pelayaran juga turut hadir, hampir mencapai 20 orang. Bahkan mereka sudah tinggal di Portugal selama 17 tahun. Mengikuti perjalanan pergantian Duta Besar dari awal, guyon Pak Dubes saat memberikan sambutan.
Sebelum makan bersama tidak ada acara resmi salam-salaman setelah berfoto, langsung menyerbu sajian prasmanan yang sudah menggoda selera. Semua makanan dicoba satu per satu, saking kangennya dengan makanan Indonesia dan suasana lebaran. Bertemu dengan banyak teman yang awalnya cuma berkontak lewat WA atau Instagram, sekarang bisa mengobrol langsung. Tentu mengobrolnya tidak begitu lama karena kegiatan mengejar anak bermain berlarian pun juga pasti terjadi. Hari pertama lebaran cukup meriah.
Hari kedua lebaran, kami silahturahmi ke tetangga. Tetangga Indonesia maksudnya, bukan tetangga bule, hehe. Lebaran ke-2 bersama keluarga Mbak Ajeng, Mbak Nina, dan Mas Seto. Saya kebagian memasak lontong, sate ayam, dan lengkap dengan bumbu kacang. Sedangkan nasi kebuli, kambing oven, aneka gorengan dan es segar sudah disiapkan tuan rumah. Mbak Nina special membawa es kopi terenak di Cascais dan mangga muda karena mau rujakan. Keluarga kecil Philip Morris International Cascais Area menggelar open house mini. Hihihihi.
Teman-teman bule yang paham tentang Ramadhan dan Ied Mubarak juga mengucapkan melalui pesan WA. Terharuuu sekali rasanya. Suasana liburan lebaran juga kami manfaatkan family time. Nonton bioskop, pergi ke mall, jalan-jalan ke Lisbon, dan kuliner. Serta tak lupa melakukan video call bersama keluarga di Indonesia. Tahun ini memang belum mendapat rezeki untuk bisa mudik. Semoga bisa mengunjungi tanah air Indonesia dalam waktu dekat. Amin. Taqaballahu minna waminkum, taqaballahu yaakarim. Semoga kita dapat dipertemukan kembali pada bulan suci Ramadhan di tahun depan. (OPP/MPM).
-Advertisement-.