.
spot_img
Tuesday, October 22, 2024
spot_img

Adaptasi Perubahan Iklim di Sekolah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Daniel Kurniadi
Pendidik Mapel PAK
SMAN 1 Sumbermanjing

Dalam artikel di Malang Posco Media 6 September 2024 memuat sebuah berita tentang peringatan kebakaran di Malang Raya selama musim kemarau. Salah satu penyebab kebakaran itu adalah panasnya suhu udara di wilayah Malang Raya akhir-akhir ini. Ternyata peristiwa meningkatnya suhu udara bukan hanya persoalan yang dirasakan warga Malang Raya tetapi persoalan seluruh penduduk bumi akibat perubahan iklim.

- Advertisement -

Mengutip dari buku Menyiasati Perubahan Iklim (Diposaptono dkk, 2013), perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang menyebabkan Gas Rumah Kaca (GRK). Periode perubahan unsur-unsur iklim ini terjadi minimal dalam 30 tahun terakhir. Sedangkan GRK secara ilustrasi dijelaskan sebagai berikut untuk mempermudah dalam rangka merubah kebiasaan kehidupan kita.

Contoh sederhana jika kita memarkir mobil di lapangan pada saat sinar matahari sangat terik, ketika pintu mobil kita buka udara di dalamnya terasa panas dan terasa pengab. Mengapa demikian? Suhu udara di dalam mobil menjadi naik dan pengab, karena sinar matahari yang berupa gelombang pendek bisa masuk melalui kaca-kaca mobil yang tembus pandang.

Sinar matahari yang masuk itu membuat suhu udara di dalam mobil menjadi panas. Karena kenaikan suhu udara ini, jika ada unsur air di dalam mobil, maka akan menguap dan menyebabkan suasana menjadi pengab.

Bumi kita juga demikian, seperti peristiwa mobil yang diparkir di ruang terbuka dan terpapar sinar matahari. Pencemaran yang terjadi di permukaan bumi semua terangkat ke udara memenuhi atmosfir bumi, menyebabkan bumi seperti terkurung dalam sebuah kaca besar.

Zat-zat pencemar utama dalam atmosfir bumi adalah CH4 (metana), Cloro Flouro Carbon (CFC) dan CO2 (Carbon Dioksida) membentuk lapisan transparan di permukaan bumi. Lapisan transparan ini bisa ditembus oleh sinar matahari yang berupa gelombang pendek, namun akibat yang ditimbulkannya berupa panas atau gelombang panjang tidak bisa dikeluarkan melalui atmosfir bumi.

Akibatnya, suhu bumi semakin meningkat. Peningkatan suhu bumi inilah yang menyebabkan dampak-dampak negatif bagi kehidupan di permukaan bumi, salah satunya adalah mencairnya es di wilayah kutub, baik kutub utara maupun kutub selatan. Dengan mencairnya permukaan es di kutub-kutub bumi, menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Akibat pencairan lapisan es ini, diperkirakan permukaan laut naik sekitar 17 cm selama abad ke-20 (Diposaptono dkk 2013).

Menurut perkiraaan Indonesia dengan jumlah pulau sekitar 18.000 akan kehilangan puluhan atau bahkan ratusan pulau kecil. Maka ada jutaan penduduk Indonesia akan kehilangan tanah dan juga mata pencaharian. Mengetahui hebatnya dampak perubahan iklim ini, maka sangatlah tepat jika semua pihak berusaha mengarusutamakan isu tentang perubahan iklim ini. Sudah selayaknya semua pihak peduli terhadap pengurangan GRK di permukaan bumi.

Penanaman hutan kembali adalah salah satu langkah kongkret untuk menurunkan timbulnya GRK. Itu merupakan langkah paling sederhana dalam rangka adaptasi perubahan iklim. Sebab dengan banyak menanam pohon akan menyerap unsur karbon di udara baik itu CH4, CFC ataupun CO2. Semakin banyak pohon yang ditanam juga memperbesar volume paru-paru bumi agar bumi semakin sehat.

Di dunia pendidikan, salah satu mandat kurikulum merdeka adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Di dalamnya bisa dilakukan proyek pembelajaran terintegrasi, antara penguasaan ilmu pengetahuan, praktik dan penanaman nilai-nilai moral Pancasila.

Menurut Buku Panduan P5 (Sufyadi dkk 2021), salah satu tema P5 adalah Gaya Hidup Berkelanjutan. Penulis pernah mendampingi P5 di sebuah sekolah di wilayah Sumbermanjing Wetan. Proyek ini dilakukan untuk dua kelas secara pararel, yaitu pembibitan, pembagian bibit dan sosialisi tentang penanaman pohon.

Model pembibitan dirasa lebih mudah dilakukan oleh para siswa karena hanya mengumpulkan biji buah-buahan. Kemudian dari biji-biji tersebut ditempatkan pada polybag, dirawat kurang lebih satu bulan, setelah bertunas segera dibagikan kepada petani atau pihak-pihak yang membutuhkan. Setelah bibit itu siap, ada kelompok yang melakukan penyuluhan pentingnya penanaman pohon di sekitar rumah mereka.

Sosialisasi ini bekerja sama dengan organisasi pemuda, lembaga keagaamaan termasuk sekolah. Hasil yang diharapakan adalah pelestarian di lingkungan sekolah dan di sekitar desa. Di tengah pelaksanaan proyek, para guru pendamping juga memahamkan arti penting pelestarian alam, khususnya hutan yang ada di sekitar kehidupan para siswa. Karena hutan adalah paru-paru dunia yang akan menyelamatkan dan menyehatkan kehidupan manusia.

Upaya adaptasi perubahan iklim bukanlah upaya yang gampang seperti membalikkan telapak tangan, diperlukan pemikiran serius dan kerjasama semua pihak. Jika masyarakat sepakat, semua bisa dimulai dari diri sendiri dari lingkungan terdekat. Jika penduduk bumi sudah memahami tentang perubahan iklim dan terus mengupayakan adaptasinya, niscaya keselamatan dan kelestarian bumi ini bisa dijaga dengan sebaik-baiknya. Semoga kita bisa melakukannya.(*)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img