spot_img
Saturday, May 4, 2024
spot_img

Ahmad Hafidh Azkia Alam Ahli Desain 3D, Karyanya Lebih dari 200 Item, Pikat Pasar Internasional

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Berbekal pengalaman kerja desain tiga dimensi (3D) di kancah internasional, Ahmad Hafidh Azkia Alam berhasil melahirkan karya miniatur dan diorama yang banyak diminati. Melalui tangan dinginnya, produk miniatur mobil dan diorama serta karya desain 3D yang dihasilkannya, semakin mendunia.

Diorama merupakan benda miniatur tiga dimensi, yang menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Untuk dapat menghasilkan miniatur mobil dan diorama yang presisi, perjalanan panjang sudah ditempuh pria yang akrab disapa Haqi, ini.  

Sejak kecil ia sangat suka dan mencintai produk otomotif khususnya mobil. Dari kecintaannya itulah, kemudian Haqi mulai merambah desain 3D.

“Sejak 2010 saya merantau, dan bekerja di perusahaan video game Codemasters (sekarang diakuisisi EA). Untuk mengerjakan game-game balapan seperti Dirt 3, F1 hingga Grid 2,” ceritanya.

Setelah beberapa proyek tersebut dikerjakan, Haqi tak langsung berpuas diri. Ia kemudian melanjutkan karirnya sebagai desainer 3D, dengan melalang buana berganti-ganti studio.

Di waktu  “bertualang” ini, Haqi juga sukses mengerjakan beberapa game bersama  timnya. Seperti game Final Fantasy 15, Street Fighter V, Remnant 2, dan masih banyak lagi.

“Keahlian dan passion dalam desain 3D inilah, yang nantinya menjadi modal utama saya membuat startup, baik di bidang miniatur dan juga startup yang lain,” lanjut pria berusia 40 tahun, ini.

Kemudian sejak tahun 2022, ia berhasil melahirkan startup studio desain 3D, yang diberi nama Estungkara Digital. Dari sini keahlian desainnya semakin terasah karena ia usahanya sendiri.

Kemudian di tahun 2023 ia juga mulai mengaplikasikan desain tersebut menjadi sebuah benda kasat mata. Buah tangan pertama yang dilahirkan oleh Haqi, yakni miniatur BMW M4 versi 1.

“Saat itu, saya membuat menggunakan 3D printing berbahan resin. Saya membuat BMW M4 G82 versi pertama. Saya membuat desain 3D dengan kreasi modifikasi body-kit sendiri agar mempunyai keunikan sendiri,” ungkap Haqi.

Alumnus MAN 1 Malang ini sempat menyulap ruang tamu rumahnya menjadi tempat eksperimen. Karena, saat itu hanya ruangan tersebut yang bisa digunakan untuk uji coba.

Sempat beruji coba dengan berbagai desain dan hasil printing, akhirnya Haqi berhasil menemukan formulasi yang cocok. Secara teknis, pembuatan miniatur ini tantangannya yakni membuat desain bagian-bagian dari miniatur mobil secara presisi.

Hal ini agar bisa dicetak dan dirakit setelah proses 3D printing, karena memerlukan akurasi yang tinggi. Khususnya seperti bagian (part) lampu, kaca mobil atau windsheild, roda, discbrake, hingga bagian interior. 

“Tantangan selanjutnya adalah mengenali cara kerja 3D printer dan jenis resin yang pas agar berhasil untuk diprint dengan hasil maksimal,” ujar alumnus MTs Darul Ulum Al-Cholily Baureno-Bojonegoro, itu.

Ia menyebutkan, saat ini permintaan produk hasil karyanya sangat tinggi. Meskipun belum bisa diimbangi secara sempurna oleh kapasitas produksi, namun ia terus berusaha memberikan buah tangan terbaik.

“Waktu yang dibutuhkan tergantung produknya dan tingkat kompleksitas. Secara garis besar untuk mencetak objek setinggi 10 cm membutuhkan waktu sampai 10 jam, pengecatan dan detailing biasanya memakan waktu 3-5 hari. Belum termasuk waktu untuk area yang lain,” terang Haqi.

Hasil kerja keras Haqi berbuah manis, dengan melahirkan karya-karya indah yang  tentunya memiliki nilai ekonomi  luar biasa. Setidaknya, sudah ada ratusan karya miniatur mobil dan diorama, yang lahir dari kreativitasnya.

Ia bahkan bisa mendirikan startup sendiri, yang diberi nama AMEscale. Sebuah perusahaan yang menjual aneka miniatur mobil dan diorama, yang bisa dipesan secara custom atau menyesuaikan permintaan pelanggan.

“Sejauh ini sekitar lebih dari 200 item secara keseluruhan yang sudah berhasil diproduksi. Mencakup miniatur mobil, seperti BMW M4 versi 1, BMW M4 versi 2, hinga Kijang 1995, kemudian miniatur untuk souvenir pesanan klien dan diorama. Brand kami AMEscale, bisa di cek di sosial media kami @amescale.mini,” sebutnya.

Selain itu, AMEscale saat ini juga sudah memiliki workshop khusus dengan tim, bergabung dengan studio Estungkara Digital di Precet Dau Kabupaten Malang.

“Sejauh ini pembeli miniatur mobil yang luar negeri dari Amerika, Jerman dan Filipina. Sedangkan souvenir saat ini sudah dua kali menjalin kontrak dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),” sebutnya.

Tak hanya fokus terhadap hasil karyanya, tetapi Haqi juga fokus terhadap pembinaan karir timnya. Empat orang punggawa AMEscale ini, sangat diperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan bekerjanya.

“Estungkara Digital dan AMEscale ini ada beberapa keunikan, di antaranya jam kerja yang flexible, kami juga menyediakan tempat tinggal bersama dan makan setiap harinya beserta semua fasilitas dan kebutuhan dasar,” bebernya.

Pria yang saat ini juga menjadi salah satu Kabid di Yayasan Ponpes Darul Ulum Al-Cholily Baureno – Bojonegoro itu, menghargai hak-hak timnya. “Tim kami mudah untuk mempunyai kegiatan bersama di luar pekerjaan, terutama untuk kegiatan sosial dan keagamaan,” lanjut Haqi.

Ia berharap AMEscale bisa merambah dunia lebih luas, dengan produk yang semakin beragam alias diversity. Pasalnya, saat ini permintaan produk miniatur mobil hingga diorama, masih menunjukkan tren positif.

“Kalau market secara spesifik sebenarnya tergantung selera, oleh sebab itu kami berusaha menjaga diversity product. Misalnya ada market yang fokus pada miniatur mobil classic, ada yang mobil balap, offroad dan seterusnya,” sebut Haqi. (rex/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img