spot_img
Friday, April 26, 2024
spot_img

Ahmad Iswandi Kehilangan Dua Putra, Janji Nonton Bola yang Pertama dan Terakhir

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Keluarga Ahmad Iswandi, warga Desa Bunut Wetan tak menyangka bakal kehilangan dua putranya sekaligus akibat Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu. Achmad Nur Cahyo dan Farel Atyanabi, dua pelajar SMP harus menjadi korban kerusuhan pascaderbi Jatim antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Upaya kedua orang tua untuk melarang dua putranya yang luluh di hari pertandingan, akhirnya berujung kehilangan.

Sejak dua pekan sebelum pertandingan, Cahyo yang berusia 14 tahun dan Farel yang masih 13 tahun, sudah berpamitan kepada orang tuanya. Mereka izin, untuk bisa menyaksikan laga Arema FC melawan Persebaya.

Keduanya mengungkapkan ini sebagai ajang nonton bola pertama dan terakhirnya. Setelah itu tidak lagi. “Nggak tahu kenapa mereka izinnya begitu. Katanya, janji ini yang pertama dan terakhir. Mereka merengek begitu,” kata Ahmad Iswandi menceritakan bagaimana keduanya meminta izin.

Tidak cukup sekali, berkali-kali mereka izin. Cahyo dan Farel yang diakui suka bermain sepak bola dan aktif sejak kecil, terus meminta izin. Ketika ditanya apakah punya uang untuk membeli tiket, keduanya tegas sudah punya. “Mereka nabung dari uang saku sekolahnya. Sudah cukup, sudah pesan tiket juga,” terang dia.

Namun, Ahmad Iswandi tak memberikan izin. Meskipun tiket sudah dibeli. “Pikirannya itu banyak. Selain derbi, kan ini dia tidak pernah nonton, lalu harus bersepeda jauh ke Kepanjen. Kami masih trauma, soalnya kakak dia meninggal karena kecelakaan. Takut kalau adiknya harus bersepeda jauh, takut kenapa-kenapa,” beber dia.

Hanya saja, dengan terus meminta dan janji kedua putranya, Ahmad Iswandi memberikan izin. Itu pun dengan pesan-pesan kepada anaknya, juga teman-temannya. “Mereka akhirnya berangkat berlima. Naik sepeda motor. Saya lalu wanti-wanti, kepada anak saya, juga teman-temannya. Pokonya dijaga, nggak boleh terpisah. Harus selalu bareng-bareng,” tambahnya.

Selain itu, orang tua Farrel dan Cahyo memberikan uang saku. Rp 70 ribu. Untuk bensin dan makan.  “Ya sudah setelah itu nggak ada feeling apa-apa. Cuma, pas ada kabar kerusuhan, mulai cemas,” ujar dia.

Menurut Linda, istri Ahmad Iswandi, suaminya itu mulai cemas. Berkali-kali ke depan, menunggu, melihat dan menantikan dua putranya. Sampai akhirnya jam 3 pagi. Akhirnya temannya satu rombongan memberikan kabar.

Pertama diberi kabar bila Farel menjadi korban. Ditemukan sudah meninggal di Stadion Kanjuruhan dan sudah berada di lorong VIP. Padahal, saat kejadian mereka masih bersama-sama. Berusaha naik ke tribun menyelamatkan diri. Bahkan, kedua putranya masih sangat sehat, untuk menitipkan kunci motor dan handphone.

“Barang-barangnya selamat. Malahan juga sempat titip hp dan kontak motor. Tapi setelah itu terpisah. Ketika ditemukan di tribun, kondisi Farel masih utuh, tidak ada luka-luka. Cuma wajahnya saja menghitam,” kata dia.

Berbeda dengan Cahyo. Putra ketiganya ini baru ditemukan Minggu (2/10) siang. Setelah melihat ke beberapa rumah sakit di Kepanjen, akhirnya dia diminta untuk melihat jenazah yang belum teridentifikasi. Sebab, mereka tidak punya tanda pengenal.

“Ya tidak bawa. Karena mereka juga belum punya KTP. Akhirnya untuk Cahyo, ketemu di RSSA. Itu pun harus benar-benar teliti melihatnya. Wajahnya sudah berbeda. Ada luka di perut juga, mungkin terinjak-injak,” tambah dia.

Keduanya meninggal, di kesempatan pertama dan benar-benar terakhir menyaksikan Arema FC berlaga. “Sudah keturutan. Farel, dia juga bercita-cita mau jadi pemain bola,” ujar dia, lantas meneteskan air mata.

Cita-cita itu kini pupus. Ahmad Iswandi dan Linda kini pun sudah kehilangan tiga putranya. Kini, anaknya tinggal Endah Wahyuni, putri sulungnya.  “Ya mungkin sudah jalannya. Insya Allah sudah ikhlas. Mohon doanya saja untuk almarhum putra kami,” tandas dia. (ley/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img