Oleh: Lia Andini Yunimurti, S.Kom
Guru Mapel Informatika
SMAN 1 Sumbermanjing
Sudah siapkah kita dengan segala perubahan yang menyangkut seluruh pendidikan di Indonesia? Profesi guru yang mulia ini jika orang-orangnya bertindak biasa saja akan dengan mudah tergantikan oleh kuatnya teknologi yang dikuasai oleh anak didiknya. Nilai jual dari sebuah pembelajaran secara tidak sengaja akan bersanding searah dengan berkembangnya Artificial Intelligence (AI).
Ray Kurzweil ilmuwan Amerika telah memprediksi teknologi yang akan berkembang pesat abad 21. Ray Kurzweil mengatakan “Dalam beberapa dekade, kecerdasan mesin akan melampaui kecerdasan manusia, yang mengarah ke The Singularity-perubahan teknologi yang begitu cepat dan mendalam sehingga merupakan sebuah perubahan dalam jalinan sejarah manusia.”
Pernyataan Kurzweil di atas jelas merupakan tantangan berat bagi masyarakat di era digital saat ini. Teknologi akan terus berkembang dengan pesatnya dan suatu saat akan melampaui kecerdasan manusia. Saat ini saja, dalam menjalani kehidupan kita sudah sering dibantu oleh keberadaan AI.
Bertanya rumus permasalahan matematika, permasalahan coding yang dulu dirasa sulit, kini semakin mudah untuk khazanah belajar dan menambah wawasan. AI telah menjadi topik perdebatan yang hangat dalam berbagai forum, praktisi, bahkan ilmuwan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul dan menjadi perdebatan menarik yang terus menerus adalah apakah AI dapat menggantikan peran guru?.
Andrew Y. Ng beranggapan bahwa AI adalah kemampuan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. AI mencakup berbagai aplikasi seperti pengenalan suara, pengenalan gambar, dan pengambilan keputusan otomatis. Dan AI berpotensi meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai bidang. Teknologi ini bisa dibayangkan sangat mudahnya seseorang untuk mendapatkan informasi bahkan hanya dari genggaman tangannya (gadget).
Saat ini AI menawarkan berbagai keuntungan dan kelebihan, menurut Andrew Y. Ng AI dapat membuat pendidikan berkualitas lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang, menjembatani kesenjangan pendidikan global dengan platform. Sehingga membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antara di daerah perkotaan dan pedesaan. Serta memberikan kesempatan kepada siswa yang mungkin tidak memiliki akses ke fasilitas pendidikan yang lebih memadai.
Kemampuan AI dalam mendukung pembelajaran memiliki potensi untuk meningkatkan pengalaman belajar melalui personalisasi dan analisis data. Sistem berbasis AI dapat menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan individu siswa, memberikan umpan balik instan, dan mengotomatisasi tugas-tugas administratif.
Dengan bantuan AI, siswa dapat menerima dukungan dan bimbingan secara real-time. Chatbots dan asisten virtual berbasis AI dapat menjawab pertanyaan siswa, memberikan penjelasan tambahan tentang materi pelajaran dan menawarkan umpan balik secara instan. Ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan responsif, serta memberikan dukungan tambahan di luar jam pelajaran konvensional.
Namun ada keterbatasan pada AI yang tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran guru dalam hal interaksi dengan peserta didiknya. Menurut Geoffrey Hinton keterbatasan AI dalam Empati dan Dukungan Emosional. Meskipun AI dapat menyediakan pembelajaran yang dipersonalisasi dan feedback otomatis, ia tidak dapat meniru empati dan dukungan emosional yang diberikan oleh seorang guru.
Empati dan hubungan emosional merupakan bagian integral dari pendidikan yang efektif dan AI tidak memiliki kemampuan untuk memahami atau menanggapi perasaan siswa secara mendalam. Pendidikan yang efektif tidak hanya melibatkan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, namun harus melampaui aspek akademis dan menyentuh dimensi yang lebih dalam dari perkembangan siswa.
Untuk benar-benar efektif, pendidikan harus mencakup tiga elemen kunci: membangun hubungan sosial, memberikan motivasi, dan memahami kebutuhan emosional siswa. Guru memegang peranan sentral dalam menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya mendukung tetapi juga empatik. Mereka bertanggung jawab untuk membangun hubungan yang positif dengan siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka.
Dukungan emosional yang diberikan guru membantu siswa merasa diterima dan dihargai, yang sangat penting untuk perkembangan mereka secara keseluruhan. Aspek-aspek ini adalah bagian dari dimensi pendidikan yang sulit untuk sepenuhnya dipahami atau diciptakan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI).
Meskipun AI dapat menyediakan alat dan sumber daya untuk membantu proses belajar, ia tidak dapat menggantikan sentuhan manusia yang diperlukan untuk pendidikan yang holistik. Lebih realistis untuk melihat AI sebagai alat pendukung daripada pengganti guru. AI dapat memperkaya proses pembelajaran dengan menyediakan sumber daya tambahan, menganalisis data kinerja siswa, dan membantu dalam administrasi.
Guru yang antipati terhadap perkembangan teknologi bukan tidak mungkin hanya akan menjadi abdi dari tata administrasi pendidikan sebagai tuntutan kewajibannya namun akan digantikan secara keilmuan oleh AI. Meskipun tidak semua guru harus menjadi ahli dalam bidang teknologi terutama AI, namun penting bagi guru untuk mendapatkan pelatihan yang memadai agar mereka dapat memanfaatkan teknologi secara efektif tanpa merasa kewalahan.
Dengan pendekatan yang tepat, teknologi AI dapat menjadi alat yang sangat berharga dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mendukung perkembangan siswa.(*)