.
Saturday, December 14, 2024

Ajak Dialog Anak Muda Gemari Seni Abstrak

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menjadi seorang pelukis pasti mempunyai idealisme dan ketertarikan alirannya masing-masing. Namun untuk lukisan aliran abstrak, seringkali dianggap remeh oleh generasi muda padahal potensinya begitu besar.

Hal itu disampaikan salah satu maestro lukis abstrak Harun Syahbani yang sudah menekuni dunia seni itu sejak 1990-an. Dikatakannya, jumlah pelukis abstrak dari kalangan muda relatif sangat sedikit.

“Kondisinya saat ini, hanya yang tua tua itu tetap eksis. Seperti saya dan Bung Yon Jalan Menur itu masih bertahan. Anak muda saya pikir masih kurang untuk unjuk rasa menunjukkan karya- karyanya,” kata Harun, kemarin.

Harun memperkirakan, minat rendah dari generasi muda terhadap aliran abstrak disinyalir karena dianggap lukisan abstrak sulit dicerna dan dipahami. Sehingga dianggap menyebabkan minat pembeli rendah. Apalagi dibandingkan dengan lukisan yang beraliran naturalisme, impresionisme atau realisme yang notabene mengunggulkan detail gambar.

“Kalau bertahan dengan karya abstrak, kesannya jauh dari duit karena dikira jarang terbeli jadi mungkin kurang berkenan. Banyak juga yang bisa menikmati abstrak walaupun segmen tertentu. Mereka hanya butuh pembinaan dan bimbingan seperti dialog saja,” sebut Harun.

Dari sisi pendapatan, lanjut Harun, juga sangat potensial. Sebab pasar atau peminat abstrak sejatinya cukup luas, tidak hanya di sekup lokal saja.

“Potensial itu tergantung dari cara manajemen dan marketingnya. Harganya bisa relatif, bahkan bisa ratusan juta tergantung EO, marketingnya dan tergantung karya itu ditempatkan,” ungkapnya.

“Pertarungan karya ini tidak hanya di Indonesia saja, tapi pasar bule juga masuk. Coba di Bali, ini banyak yang minat dan harganya tinggi,” sambung Harun.

Oleh karenanya, Harun mengaku hingga saat ini dirinya terus berupaya melakukan dialog dengan anak muda untuk menyebarkan potensi dan peluang seni abstrak. Dengan banyak berdialog, dirinya juga mengaku bisa mendapat banyak inspirasi.

“Mereka sebenarnya ingin, tapi karena gak berani memilih dalam sebuah pergulatan, akhirnya ikut ikut yang cepet jadi duit atau yang mainstream,” katanya.

Menurut Harun, idealisme dan mentalisme juga penting sebab hal itu menjadi modal utama. Seperti dirinya yang sudah 20 tahunan ini konsisten menyajikan karya abstrak. Ia pun berpesan agar idealisme ini bisa dijaga. “Harus mau menempa dan mendekat dengan yang senior. Kedua harus mau melukis bersama entah dengan grup grup atau senior. Mungkin mentalitas dan idealismenya kurang atau terpengaruh kalau minat masih rendah,” tandasnya. (ian/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img