MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) salah satu yang bisa diterapkan adalah strategi Green Economy dalam transformasi pertanian. Alokasi pupuk bersubsidi saat ini sekitar 30 triliun dari pemerintah belum memberikan efek yang signifikan.
Jumlah itu juga belum mencukupi kebutuhan seluruh petani di Indonesia, sehingga pupuk bersubsidi di beberapa daerah terjadi kelangkaan. Selain itu, pupuk nonsubsidi juga terlalu mahal bagi petani.
Kondisi tersebut, menjadi dasar pemikiran bagi tim dosen Universitas Negeri Malang (UM) untuk melakukan inovasi. Sebagai akademisi sumbangsih mereka dituntut untuk bisa dirasakan oleh masyarakat.
Dosen UM yang tergabung dalam tim pengabdian kepada masyarakat melakukan sebuah terobosan. Prof. Dr. Sumarmi, M. Pd selaku ketua tim menyampaikan bahwa petani perlu melakukan inovasi dengan strategi Green Economy.
Bersama timnya Prof Sumarmi mendampingi Kelompok Tani Makmur Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Pendampingan ini diikuti beberapa anggota kelompok tani. “Kami melaksanakan pendampingan ini di Hari Minggu 3 Juli 2022 lalu,” ucapnya, siang kemarin.
Dia menjelaskan, dalam pendampingan itu tim dosen mengajarkan pada petani cara membuat pupuk organik dengan Metode Shivansh Fertilizer. “Metode ini memanfaatkan limbah peternakan dan perkebunan yang ada di sekitar lingkungan mereka,” terangnya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Tim Dosen Universitas Negeri Malang, kelompok Tani Makmur langsung mempraktekkan kegiatan pembuatan pupuk organik. Pembuatan pupuk organik ini membutuhkan tiga bahan, yaitu material hijau berupa rumput/daun segar, material kuning berupa rumput/daun kering, dan kotoran hewan.
Dia menuturkan, tujuan dari pembuatan pupuk dengan Metode Shivansh Fertilizer ini adalah membantu petani untuk menekan biaya dalam budidaya pertanian. Karena pupuk ini pembuatanny cukup sederhana dengan bahan-bahan yang tersedia secara gratis di sekitar lingkungan petani.
Selain itu, kegiatan ini juga menekan penggunaan pupuk kimia yang dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas lingkungan, karena tanah menjadi semakin keras. Penggunaan pupuk organik dengan metode tersebut juga mendukung pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ketua Tani Makmur Desa Medowo, Nurwahyudi mengatakan dia dan para petani yang lain merasa terbantu dengan adanya pelatihan tersebut. Dirinya dan para petani yang lain, kini bisa membuat pupuk secara mandiri. Alias tidak bergantung sepenuhnya pada pupuk subsidi.
”Pembuatan pupuk ini prosesnya mudah dipraktekkan dan sederhana serta bahannya gampang didapatkan dan tentunya gratis. Karena bahannya ada di sekitar lahan masyarakat yang selama ini terbuang secara sia-sia,” ucapnya.
Dalam kegiatan abdimas kali ini, Prof Sumarmi tidak sendiri. Dia bersama dua dosen lai. Termasuk ada mahasiswa, dan alumni Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang yang tergabung dalam tim. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (LPPM). (imm)