Mantan Rektor UMM Ikut Audisi Calon Anggota Kabinet
MALANG POSCO MEDIA – Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diprediksi terlalu besar alias gendut. Hari kedua audisi calon anggota kabinet, Selasa (15/10) kemarin diikuti 58 orang. Mereka diproyeksi isi jabatan wakil Menteri (wamen) dan sejumlah jabatan.
Dari sederet tokoh dan pesohor, terdapat mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Fauzan M.Pd. Ia tampak hadir di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta kemarin.
Dihubungi Malang Posco Media, Fauzan belum bisa banyak berkomentar. Namun dia mengakui sedang dalam pertemuan dengan Presiden Terpilih Prabowo Subianto. “Betul Mas, ini masih di kediaman Pak Prabowo,” katanya saat dihubungi melalui telepon.
Ditanya tentang pembahasan dalam pertemuan tersebut, Fauzan belum bisa memberikan komentar lebih jauh. “Sebentar ya, ini masih pertemuan. Saya belum bisa memberikan keterangan,” tambahnya.
Pemanggilan sejumlah nama oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto, tidak hanya untuk pembahasan calon menteri dan wakil menteri, tetapi juga kepala-kepala badan.
Sehari sebelumnya, Senin (15/10) lalu, Prabowo telah memanggil 49 calon. Mereka disebut-sebut sebagai calon menteri. Sedangkan khusus kemarin diproyeksi calon wakil menteri dan kepala badan. Selain Prof Fauzan, ada juga sederet tokoh yang datang ke kediaman Prabowo hampir berbarengan. Di antaranya selebgram Raffi Ahmad.
Nama-nama sosok yang dikenal publik yang dipanggil Prabowo kemarin antara lain, Bima Arya, Budiman Sudjatmiko, Otto Hasibuan, Gus Miftah dan Taufik Hidayat.
Meski belum diumumkan secara resmi, jajaran menteri dan wakil menteri dalam Kabinet Presiden RI Terpilih Prabowo-Gibran sudah terlihat sangat gemuk. Ini kabinet gemoy. Itu dipandang sebagai wujud representasi pemenuhan janji-janji politik Prabowo-Gibran selama kampanye. Di sisi lain, sosok atau figur yang diisukan kuat memegang jabatan terlihat seperti upaya mengembalikan tradisi.
Analis Politik Kota Malang Dr Nuruddin Hadi menjelaskan, dilihat dari figur-figur yang sudah datang dan bermunculan terlihat susunan menteri-menteri Prabowo-Gibran cukup besar.
“Dilihat memang komposisinya gemoy karena memang ini upaya Prabowo menerjemahkan dan mengakselerasi janji-janjinya saat kampanye. Ini salah satunya terlihat pada pemisahan urusan Keuangan. Menteri Keuangan dan urusan pendapatan dipisah kan,” ungkap Nuruddin kepada Malang Posco Media.
Prabowo dipandangnya ingin mengatasi apa yang selama ini ia khawatirkan. Yakni urusan pendapatan atau penerimaan negara yang bocor. Tidak hanya itu, beberapa kementerian lain yang dipisah seperti postur Kemenko Polhukam.
Menurut akademisi Universitas Negeri Malang (UM) ini, pemisahan antara urusan politik keamanan dengan hukum dan HAM juga menggemukan susunan kabinet era Prabowo-Gibran.
“Ya memang kementeriannya jadi gemuk. Tapi ini juga bisa menjadi jawaban dari satu bidang kementrian yang tidak fokus mengurusi satu dua urusan. Dengan pemisahan saya menilai itu akan menjadi lebih efektif. Seperti kementrian pekerjaan umum dan perumahan itu menarik pemisahannya. Karena memang seharusnya urusan infratsruktur tidak digabung dengan urusan perumahan,” papar Nuruddin.
Hal lain yang menarik diperhatikan pada isu susunan kabinet Prabowo-Gibran juga berkaitan dengan mengembalikan tradisi. Nuruddin memandang, apa yang selama ini tidak dilakukan di era Jokowi, kini coba dikembalikan Prabowo pada susunan menterinya.
Ini dilihat dari isu jabatan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah diisi oleh Abdul Mu’ti yang seorang kader Muhammadiyah. Dan Kementerian Agama yang akan diisi oleh Kader NU yang disebut-sebut bakal diisi Nasaruddin Umar.
“Ini juga menarik. Jadi Menteri Pendidikan dan Menengah seperti dikembalikan lagi ke tradisinya di pegang oleh kader Muhammadiyah. Yang memang Muhammadiyah kan memang punya konsen besar di dunia pendidikan. Dan kader NU di Kementerian Agama. Ini kan yang sebelumnya tidak dilakukan Jokowi, sepertinya ini cara Prabowo mengembalikan tradisi itu,” tegas Nuruddin.
Selain itu ada pula posisi-posisi menteri yang vital akan tetapi belum terlihat siapa yang akan mengisi. Seperti siapakah yang akan mengisi poisisi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Menurut Nuruddin penting bagi Prabowo-Gibran untuk mengisi posisi Kementrian Keuangan dengan figur yang baru.
Menurut Nuruddin, sosok Sri Mulyani sudah terlalu lama menjabat pada posisi yang sama walau sebelumnya Sri Mulyani sudah mengakui dirinya akan jadi Menteri Keuangan. Prabowo dinilainya membutuhkan sosok yang cenderung lebih nasionalis karena menurutnya Sri Mulyani cenderung pro kapitalis.
“Dan yang menarik diperhatikan nanti adalah seperti apa susunan menteri-menteri Prabowo ini mereprsentasikan daerah. Yang terlihat ada representasi Papua yang informasinya mengisi Kementerian HAM (Natalius Pigai) itu kan cocok, karena dia juga aktivis HAM,” jelas Nuruddin.
Ia mengatakan lagi bahwa salah satu sosok yang juga mengejutkan masuk dalam jajaran kabinet Prabowo-Gibran adalah Veronica Tan. Mantan istri dari Ahok. Dimana Ahok, merupakan lawan politik Prabowo selama ini.
Hal ini dipandang cukup mengejutkan oleh Nuruddin. Karena jika Veronica menjabat menteri ataupun wakil menteri nantinya hal ini sangat sarat dengan kepentingan politik.
“Memang untuk penentuan kabinet kementerian aspek pertama adalah kompetensinya. Bidangnya apa ditunjuk dimana. Satu lagi ya aspek politis. Veronica ini kan memang terlibat sejak dulu mendukung Prabowo. Dan penunjukannya sepertinya memang cenderung sebagai wujud politis atas kontribusi Veronica terhadap pemenangan Prabowo. Tantangan untuk Veronica saja nanti apa dia bisa bertugas dengan baik,” pungkas Nuruddin. (imm/ntr/ica/van)