MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Gunung Bromo menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik dengan memunculkan pijar api dan bau belerang menyengat. Itu berdasarkan pengamatan petugas dalam mencatat kemunculan sinar api Jumat (3/2) malam. Tapi, meningkatnya aktivitas vulkanik ini, kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo di akhir pekan, kemarin.
“Aktivitas wisata masih mengikuti arahan dari PVMBG / PGA Cemorolawang dan belum ada arahan untuk penutupan,” tegas Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Syarif Hidayat saat dikonfirmasi Malang Posco Media, kemarin. Meskipun, setelah peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo, cuaca di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) diguyur hujan.
Di pintu masuk pos Coban Trisula, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, aktivitas lalu lalang wisatawan cenderung ramai seperti hari biasa. Termasuk penyediaan jasa jeep wisata dan loket karcis masuk. Petugas Pengamanan Kawasan Pintu Masuk TNBTS Coban Trisula Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Sukiyono menuturkan, pengunjung tak mengalami penurunan.
Para pengunjung tetap melakukan perjalanan wisata karena tidak ada peringatan yang diturunkan melalui petugas wisata. “Hari Sabtu – Minggu, sekitar 600 pengunjung per hari,” terang dia. Menurutnya, kalaupun ada penurunan, bukan dampak dari aktivitas vulkanik. Namun, dampak dari cuaca yang kurang bersahabat. Terlebih intensitas hujan cukup tinggi.
Pelaku wisata juga merasakan hal yang sama. Kunjungan wisatawan masih terbilang normal. “Wisatawan masih terpantau seperti biasa, ramai lancar. Aktivitas bromo itu biasa untuk gunung aktif dan statusnya juga masih berada di level II (waspada). Setiap ada perubahan status, pasti ada pemberitahuan dari pihak terkait,” kata Ketua Paguyuban Jip Malang Raya, Idhamsyah Putra.
Meningkatnya aktifitas pada saat ini, kata Idhamsyah masih tergolong wajar untuk ukuran gunung aktif. Dari data pelayanan jeep wisata, tercatat ada 2.000 pengguna dalam sehari pada Minggu (5/2). Data tersebut diakumulasikan dari total seluruh pintu masuk. Baik pintu Coban Trisula, Cemoro Lawang, maupun Wonokitri.
“Untuk pengaruh aktivitas gunung bromo tidak terjadi pengurangan pengunjung. Barometer yang dipakai paguyuban adalah dari pihak vulkanologi. Selama dari vulkanologi tidak memberikan tanda siaga, teman-teman jip tetap berjalan seperti biasanya,” kata Idham. Menurutnya, Gunung bromo mempunyai aktivitas per dua tahun dan empat tahun. (tyo/mar)