MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tragedi Kanjuruhan telah hampir empat pekan. Namun, tidak sedikit korban yang masih merasakan dampak karena kejadian pascalaga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, 1 Oktober 2022 tersebut. Salah satunya Aremania asal Kepanjen Muhammad Ilham.
Hingga saat ini, Ilham harus berjalan dengan kruk. Kaki kirinya masih harus digips dan belum bisa digunakan untuk menapak. Bahkan, butuh waktu sekitar dua bulan untuk dia bisa menapakkan kaki setelah mengalami patah tulang engkel dan tulang kecil yang berada di belakang tulang keringnya.
“Hasil rontgen terlihat ada patah di tulang engkel dan tulang kecil (belakang tulang kering). Minggu (02/10) pagi saya masuk rumah sakit lalu dioperasi sore harinya dan Selasa (04/10) pulang ke rumah,” papar Ilham.
Tentu saja bukan itu saja kisah miris yang dia alami. Sebab, saat Tragedi Kanjuruhan tersebut, dia berjuang untuk bisa selamat, sekalipun sempat merasakan pasrah ketika melihat bagaimana mencekamnya Gate 13. Ia pun menceritakan awal mengalami patah tulang, yang diawali dengan berdesakan ketika menyelamatkan diri dari gas air mata.
“Saya berdesakan, lalu tidak terasa kaki kiri terjepit di lubang pagar tangga yang kemudian roboh itu, Jadi engkel saya ini terbalik. Ketika diangkat, jempol saya ini berada di bawah, berputar terbalik setelah terjepit,” terang pria berusia 25 tahun tersebut.
Pria yang tinggal di Desa Sengguruh ini menceritakan perjuangannya di antara hidup dan mati. Ketika itu, sudah ratusan orang berdesakan ingin segera keluar dari stadion. Menurutnya, kepanikan terjadi karena untuk menghindari gas air mata yang asapnya mengepul di tribun selatan.
“Akhirnya saya terjatuh ke sisi kiri bersamaan pagar tangga yang roboh itu. Saya tak bisa bergerak sedikit pun, dengan kondisi engkel kaki yang mungkin sudah patah,” kenang dia.
Saat itu, dia sudah pasrah, jika saat itu menjadi hari terakhirnya. Namun, dalam keadaan sesak napas, mata perih, akhirnya dia melihat secercah harapan ketika ventilasi di Gate 13 itu ada yang menjebol.
“Kurang lebih satu jam, kondisinya seperti itu, tidak bergerak. Akhirnya ada yang menjebol ventilasi udara di sisi kiri pintu (dari dalam). Kami saling gantian mengangkat untuk keluar dari situ,” imbuh dia.
Dia menilai, itu harapan baginya. Ia juga masih melihat teman-temannya, yang akhirnya membawa dia pulang ke rumahnya. Walaupun, telapak kaki kiri sudah terbalik. Lantas dia dibawa ke pijat alternatif di dekat rumahnya. Posisi kaki dikembalikan seperti posisi aslinya.
“Tapi saya tetap bersyukur karena bisa selamat. Perkiraan dokter dua bulan setelah operasi baru bisa menapakkan kaki, empat bulan belajar berjalan. Ya sekarang masih harus dibonceng (motor) istri kalau kemana-mana oleh istri.,” pungkasnya. (ley/bua)