Bulan Ramadan telah tiba. Saatnya umat muslim menjalankan ibadah puasa. Banyak yang lulus ujian mampu menahan lapar dan dahaga dari waktu imsak hingga adzan Magrib. Namun, tak sedikit yang kuat menahan bujukan algoritma digital yang muncul lewat internet dan aneka platform media sosial (medsos). Algoritma internet itu telah mendikte banyak orang terus berselancar di dunia maya, berbelanja, dan memenuhi aneka kebutuhan hidup dengan sangat mudah.
Ketika belum tiba waktu puasa, tak sedikit orang searching dan googling tiap hari untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Ada yang order makanan atau minuman lewat aneka layanan food and drink di online shop, banyak juga yang terbiasa berbelanja aneka kebutuhan untuk menunjang gaya hidup dan penampilan, serta pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Semua dicari dan dilakukan lewat internet dan medsos.
Proses pemenuhan kebutuhan hidup lewat ruang digital itu menjadikan algoritma komputer akan mencatat segala kebutuhan yang pernah kita order dan mesin algoritma akan menawarkannya kepada kita lagi secara berkala. Di sinilah letak permasalahannya. Di saat bulan puasa banyak orang harus mengekang segala bentuk nafsu, termasuk keinginan untuk berbelanja, namun algoritma komputer akan terus membom[1]bardir para pengguna media digital dengan aneka iming-iming.
Algoritma selama sebelas bulan di luar bulan puasa tentu tak sama saat Ramadan. Untuk itu waktu Ramadan perlu dibuat algoritma yang sesuai dengan nilai-nilai bulan suci ini. Algoritma sebelas bulan lalu harus mampu ditindih dengan algoritma baru yang sejalan dengan spirit Ramadan. Cara kita berselancar dan googling saat bulan puasa sangat menentukan sajian informasi, konten, dan kebutuhan yang sesuai dan tak menodai bulan mulia ini.
Untuk itu kita perlu menciptakan algoritma Ramadan yang mampu mendukung pelaksanaan ibadah menjadi lebih baik. Kalau hal ini tidak kita lakukan maka akan sama saja antara saat Ramadan dan bukan. Apalagi tak sedikit pengguna teknologi yang tak mampu berpuasa main gadget-nya. Puasa bermedsos sungguh menjadi tantangan berat bagi orang yang menjalankan puasa Ramadan.
Algoritma Baru
Puasa adalah momentum membentuk algoritma baru di sebelas bulan berikutnya. Ini memang sulit, karena sudah terlanjur algoritma digital kita selama ini banyak terkait dengan hal-hal di luar spirit Ramadan. Dengan melakukan pencarian hal-hal baru yang sesuai dengan Ramadan maka mesin algoritma akan otomatis mengikuti pola kebutuhan informasi dan beberapa hal lain sesuai dengan yang kita cari.
Tentu mesin algoritma juga akan menyajikan berbagai hal yang sesuai dengan momentum Ramadan. Aneka produk makanan dan minuman, kue-kue, baju, sarung, mukena, dan beragam produk lain akan bermunculan di ruang-ruang digital. Algoritma akan menggiring para pengguna internet untuk mendapatkan aneka barang yang muncul saat kita googling atau menggunakan medsos. Tak semua tawaran algoritma digital senada dengan bulan Ramadan. Untuk itu kemampuan agar bijak menghadapi bujuk rayu algoritma internet sangat penting.
Pada mesin telusur seperti Google, algoritma adalah sistem kompleks yang digunakan untuk mengambil data dari indeks penelusuran dan langsung memberikan hasil tertentu. Apapun data yang pernah kita cari akan menjadi data algoritma kita. Secara umum, algoritma juga didefinisikan sebagai metode yang terdiri dari serangkaian langkah yang terstruktur dan sistematis untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan komputer.
Pengguna teknologi perlu sadar dan tak hanya menuruti apa saja kata algoritma. Untuk itu, momentum Ramadan menjadi saat yang tepat untuk mengatur algoritma sebaik mungkin, yang merujuk pada nilai-nilai ibadah yang mulia di bulan suci ini. Tanpa kesadaran dan pemahaman tentang bahaya algoritma, maka bisa jadi para pengguna teknologi akan menanggung dampak buruk dari sistem algoritma.
Lawan Hegemoni Algoritma
Jihad lawan algoritma merujuk pada upaya untuk melawan penggunaan algoritma yang tidak etis atau merugikan masyarakat secara umum. Ini bisa terkait dengan masalah privasi, diskriminasi, atau manipulasi data yang dilakukan oleh algoritma yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Solusi yang lebih baik adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pengaturan terhadap penggunaan algoritma yang adil dan bermanfaat bagi masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan penetrasi algoritma dalam berbagai aspek kehidupan, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana algoritma dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara untuk melindungi diri dari dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya. Masyarakat perlu memahami bagaimana algoritma bekerja. Dengan begitu maka kita dapat memahami potensi kesalahan yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang tepat.
Hal penting lain adalah dengan selalu mengecek dan mengontrol privasi data. Kita perlu memahami data apa yang dikumpulkan oleh aplikasi atau platform yang kita gunakan dan bagaimana data tersebut digunakan oleh algoritma. Pastikan bahwa kita dapat mengontrol privasi data kita dan memberikan izin hanya kepada pihak yang dapat dipercaya. Kita juga perlu berhati[1]hati dengan penyebaran informasi palsu atau manipulatif. Algoritma dapat digunakan untuk memanipulasi informasi atau menyebar informasi palsu, terutama di medsos.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam memengaruhi regulasi algoritma dan meningkatkan kesadaran tentang penggunaan algoritma yang etis dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan memahami cara kerja algoritma dan privasi data, memeriksa kebenaran informasi, dan mengikuti perkembangan regulasi dapat membantu masyarakat dalam melindungi diri dari dampak negatif algoritma.
Algoritma telah menghegemoni kehidupan manusia di era digital saat ini. Hegenomi algoritma mengacu pada kekuasaan yang dimiliki oleh algoritma dan pemiliknya dalam mengambil keputusan yang memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pilihan yang dapat memengaruhi perasaan, perilaku, dan pandangan manusia. Oleh karena itu, melawan hegemoni algoritma adalah tindakan yang sangat penting dilakukan.
Salah satu cara terbaik untuk melawan hegemoni algoritma adalah dengan meningkatkan literasi teknologi di kalangan masyarakat. Dengan memahami cara kerja algoritma dan teknologi lainnya, masyarakat akan lebih kritis dan dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang penggunaan teknologi. Masyarakat juga dapat mencari alternatif teknologi yang lebih terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas.
Hegemoni algoritma terutama saat Ramadan memang harus kita lawan. Untuk upaya itu dibutuhkan peran seluruh masyarakat. Dengan kemampuan literasi teknologi, penggunaan teknologi alternatif, mendukung regulasi yang ketat, mengikuti perkembangan, dan berpartisipasi dalam gerakan sosial, maka di masyarakat akan tercipta penggunaan teknologi dan algoritma yang adil dan bermanfaat.(*)