Mahasiswi UM Penyumbang Medali SEA Games
Mengejar cita-cita di bangku kuliah di UM, Katherina Eda Rahayu juga membanggakan Indonesia. Ia atlet Selam penyumbang medali di SEA Games 2023 Kamboja.
MALANG POSCO MEDIA – Perjuangan tanpa henti, membuahkan hasil indah bagi Katherina Eda Rahayu. Mahasiswi jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang (UM) itu berhasil menyabet tiga medali di SEA Games 2023 Kamboja, beberapa waktu lalu.
Tiga medali yang turut mengantarkan Indonesia bertengger di urutan ketiga klasmen medali ajang bergengsi di kawasan Asia Tenggara itu. Ia sukses menyumbangkan medali di cabang olahraga (cabor) Selam (fin swimming) di tiga nomor berbeda.
Dua medali perak ia raih dari nomor estafet 4×100 meter dan 4×200 meter surface monofins putri. Kemudian satu medali perunggu dari nomor 200 meter surface monifins putri.
Eda sapaan akrab Katherina Eda Rahayu, putri pasangan R Hardono dan Tuswandari ini sejak kecil sudah tampak perjalanannya sebagai atlet.
Sewaktu duduk di kelas 2 SD, ia sudah mulai nyebur ke kolam untuk menggeluti dunia renang. Ketika usianya memasuki 12 tahun, dia mulai menemukan arah untuk bisa berkompetisi di cabor fin swimming alias selam.
“Saat itu saya duduk di kelas VII SMP, mulai tertarik menggunakan fins, dan mendalami fin swimming. Kemudian mulai ikut kompetisi di tingkat daerah. Kebetulan postur saya yang kecil kurang cocok di cabor renang, dan memang saya lebih merasa seru saat memakai snorkel dan bifins,” ungkapnya.
Perjalanan kompetisinya tidak berjalan mulus begitu saja. Eda pernah masuk ke dalam skuad Kabupaten Bogor untuk ikut Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat 2018, namun hasilnya jauh di luar ekspektasi.
Ia hanya menyumbangkan satu medali perak, di nomor 800 meter surface dan didiskualifikasi di nomor 400 meter surface. Padahal ia harus mengorbankan pendidikan formalnya.
“Saat itu saya sudah menempuh pendidikan SMA di sekolah negeri. Kemudian karena permintaan pengurus, saya pindah ke sekolah swasta agar mudah pengurusan. Namun, justru perolehan medali saya tidak sesuai harapan, dan membuat saya terpukul hingga mogok latihan,” cerita alumnus SMPN 3 Sidoarjo itu.
Sosok ayahnya terus mendukung keputusannya. Ia selalu ditenangkan, dan tidak pernah dipaksa sedikitpun untuk kembali berlatih. Hingga sampai sebulan dia sama sekali tidak mau berlatih.
“Setelah itu saya mendapatkan kabar jika atlet eks Porda diwajibkan ikut seleksi daerah untuk menyiapkan pra PON. Dari situ saya coba berlatih kembali dan Puji Tuhan, itu terus berlanjut sampai saat ini,” lanjutnya.
Dari sanalah titik balik Eda bangkit, untuk menjadi salah satu atlet andalan Indonesia di kancah Asia Tenggara. Di usia 22 tahun, ia sudah menyabet lima medali dari dua gelaran SEA Games.
Ia tercatat berhasil meraih medali emas dan perunggu dalam SEA Games 2021 Vietnam. Kemudian yang terbaru, dua merdali perak dan satu medali perunggu disumbangkan di gelaran SEA Games 2023 Kamboja, Mei 2023 lalu.
Raihan ini tidak terlepas dari dukungan sang Ayah, kakak perempuannya dan jajaran pelatih serta pengurus cabor yang mendampinya selama ini.
“Bentuk dukungan keluarga pasti memotivasi saya, dan memberi ruang untuk saya menjadi sosok orang biasa di luar kehidupan atlet. Pelatih pasti memberikan dukungan dan masukan, yang mempermudah saya dalam menjalani proses dan program latihan,” jelasnya.
Dirinya kini menargetkan bisa ikut serta di PON XXI Aceh 2024 mendatang, dan berhasil meraih medali. Selain itu, tentu ia ingin kembali bertanding di ajang SEA Games 2025 di Thailand.
“Mungkin target terdekatnya bisa ikut dua kompetisi bergengsi tingkan nasional di PON dan di internasional di Sea Games selanjutnya. Tentu saja tidak hanya sebagai peserta, tentu menargetkan juara dan bisa menyumbangkan medali,” pungkasnya. (rex/van)
Punya Cara Seimbangkan Hidup//
MALANG POSCO MEDIA- Peraih tiga medali Cabor Selam SEA Games 2023 Kamboja, Katherina Eda Rahayu punya cara menyeimbangkan kehidupan. Masak dan mendaki. Cita-citanya memiliki toko kue. Eda selain lincah di air, juga gemar memasak kue yang tentunya lezat di lidah.
“Kalau cita-cita, sebenarnya saya ingin punya toko kue dan pastry. Saya suka melakukan ini di sela-sela latihan selesai. Biasanya di akhir pekan, mulai dari Sabtu sore hingga Minggu siang,” ceritanya.
Menurut dia memasak kue adalah bentuk menyehatkan (healing) kondisi mental dan psikisnya, di tengah lelahnya berlatih. Ia memang gemar berwisata kuliner, setelah kewajiban ibadah di hari Minggu pagi ke gereja.
“Memang tidak sinkron dengan dunia yang saya geluti sekarang (atlet selam). Tapi saya berharap di dunia olahraga ini, bisa membantu untuk mewujudkan cita-cita utama saya, untuk bisa membuka toko kue dan pastry,” ungkapnya dengan kelegaan hati.
Cita-cita ini tumbuh karena selama ini, Eda merasakan bahwa perjuangan untuk menjadi atlet, cukup banyak tantangan dan menguras banyak tenaga dan pikiran.
Selain memasak kue, berbagai tips untuk mengembalikan semangat dan moodnya, ia juga mendaki. Biasanya mendaki setelah ikut serta dalam kejuaraan atau pertandingan penting.
“Kembali ke alam rasanya lebih nyaman dan bisa membuat saya recharged. Jadi saya bisa merasa lebih santai, karena hari-hari biasanya serasa diisi dengan perasaan kompetitif,” ungkap perempuan asli Sidoarjo itu.
Namun saat Eda healing, bukan berarti meninggalkan kewajibannya. Ia punya cara untuk bisa menyeimbangkan tanggungjawab sebagai atlet, dan kehidupan pribadinya.
“Caranya yang pasti harus menyadari tanggung jawab terlebih dahulu sebagai atlet. Saya meyakini bahwa semua pasti berlalu. Saya menanamkan pada diri saya, setalah fokus dan berlatih dengan keras, pasti ada waktu untuk kami kembali ke kehidupan normal,” cerita perempuan kelahiran 2001 lalu.
Ia juga terus berusaha menyeimbangkan kehidupannya, dengan kuliah di Universitas Negeri Malang dengan baik. Sebagai seorang yang berstatus mahasiswi, Eda juga tidak lupa akan kewajibannya untuk terus menimba ilmu.
“Beruntungnya untuk mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) ini ada kelonggaran apabila sebagai atlet. Kami bisa mengumpulkan tugas secara online, serta punya waktu fleksibel untuk berlatih. Dan ini saya berusaha memanfaatkan waktu dengan baik, karena semuanya tetap harus berjalan bersama dan beriringan. Kehidupan atlet, mengejar cita-cita, serta menjalani kehidupan sebagai mahasiswa,” ungkapnya. (rex/van)