Prihatin banyaknya kasus diabetes tak tertangani menyebabkan amputasi menggugah Ahmad Hasyim Wibisono. Ia mencari formula baru penanganan kesehatan. Khususnya untuk penderita diabetes. Kemudian lahirlah Pedis Care.
=======
Diabetes juga mendera banyak orang tak mampu. Termasuk tulang punggung keluarga. Menyesak di dada jika pada akhirnya pasien harus diamputasi.
Ahmad Hasyim Wibisono berpikir serius. Hasyim sapaan akrabnya mendirikan Pedis Care. Ini merupakan praktik mandiri perawat dalam bidang perawatan luka yang didirikannya sejak 2014 di Kota Malang. Konsen pada perawatan luka secara intensif dengan tujuan tidak sampai dilakukan amputasi.
Penderita diabetes yang sampai mengalami luka, yang tidak mampu secara ekonomi dibantu di kliniknya. Di sinilah Hasyim mengunggulkan layanan Pedis Care yang didirikannya.
Hasyim sedari awal memiliki kepedulian terhadap bidang kesehatan. Dia perawat yang saat ini aktif sebagai dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Brawijaya (UB) sejak tahun 2010.
Saat menempuh studi lanjut, Magister Keperawatan di Universitas Indonesia (UI) tahun 2013, ia mulai mendirikan Pedis Care. Meski begitu praktik perawatan kesehatan ini tidak seperti praktik kesehatan lainnya. Karena Pedis Care menggunakan android untuk mengkaji luka.
“Iya jadi lebih mudah. Dengan aplikasi di android kita bisa mengukur dimensi luka dengan akurat. Rasio kesembuhan luka kronis mencapai 80 persen, khusus luka diabet kesembuhan mencapai 88 persen dengan rata-rata lama perawatan 11 minggu,” papar magister keperawatan dalam Manajemen dan Pendidikan Diabetes, Flinders University Australa ini.
Dengan inovasinya tersebut, Pedis Care mendapat berbagai apresiasi. Terbaru masuk dalam Top 3 versi Nexspace tahun 2023. Untuk diketahui Nexspace adalah Kompetisi Bisnis dan Startup skala Nasional.
Di tahun 2019 pun Pedis Care “Si Perawat Luka Penghilang Duka” menerima Penghargaan Satu Indonesia Awards di Bidang Kesehatan. Hal yang mendapat apresiasi karena Pedis Care memberlakukan langkah khusus agar bisa menangani pasien diabetes yang tidak mampu. Caranya dengan subsidi silang.
“Kita berjuang mencari solusi agar pasien tidak mampu bisa mendapat perawatan yang bagus. Salah satunya mengadakan seminar amal, serta dengan subsidi silang,” katanya.
“Jadi pasien yang mampu membantu pasien yang tidak mampu. Alhamdulillah banyak pasien kami yang terhindar dari amputasi,” sambung pria kelahiran 1986 ini.
Dengan sistem subsidi silang dari pasien mampu kepada pasien kurang mampu Pedis Care membebaskan atau memberi potongan harga 50 persen bagi pasien kurang mampu untuk sekali perawatan dengan biaya Rp 250 ribu.
Selain itu, sumber pendanaan juga hadir lewat beberapa kerja sama dengan badan amal dan instansi kesehatan.
Hingga saat ini, Hasyim menyampaikan di bawah naungan Yayasan Pedis Care Malang, Pedis Care sudah mengembangkan berbagai aspek yang dapat di kembangkan dalam praktik mandiri keperawatan.
“Kita konsen di perawatan luka dan stoma, edukasi diabetes, dan program-program nursepreneur seperti inovasi produk untuk pasien diabetes dan program pediscare giver juga,” papar anggota aktif Australian Diabetes Educators Association (ADEA) dan World Council Of Enterostomal Therapist (WCET) ini.
Kiprah Hasyim di bidang perawatan luka dan dengan Pedis Care menjadikannya trainer nasional program perawatan luka Kemenkes RI hingga saat ini. Pedis Care pun sudah memiliki sertifikasi BNSP untuk kompetensi mengelola bisnis. (sisca angelina/van)