spot_img
Tuesday, February 4, 2025
spot_img

Anggap Tugas Negara, Karyanya Diapresiasi Jenderal Andika Perkasa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kreator Video Partner Garuda Shield 2021

Rerta Budi Prasetya spesialis pembuat konten video atau creative director di lingkungan TNI. Ketika bekerjasama dengan TNI, pemuda Sawojajar yang akrab disapa Reta ini menganggap sebagai tugas negara. 

-Advertisement-

Reta dipercaya mendokumentasikan dan mengolah video sejumlah kegiatan TNI. Salah satunya latihan bersama  Garuda Shield tahun 2021. Ia salah satu kreator video yang dipercaya menjadi partner di Garuda Shield 2021.

Di situlah Reta merasakan bagaimana bekerjasama dalam asuhan

Jenderal TNI Andika Perkasa. Saat itu, Jenderal TNI Andika Perkasa masih menjabat KSAD. Sekarang mengemban jabatan sebagai Panglima TNI. 

“Beliau (Jenderal Andika) itu standarnya tinggi. Di balik pembawaannya yang selalu tersenyum, untuk urusan seperti ini beliau sangat serius dan tegas,” ceritanya.

Reta merasa senang lantaran hasil karyanya bisa diterima. “Beruntung kami berhasil, beliau puas. Kami sangat bersyukur,” kata dia.

Kerja bareng Jenderal Andika Perkasa itu menjadi salah satu cerita yang paling berkesan bagi Reta.  Yakni saat Garuda Shield tahun 2021, Reta menjadi salah satu kreator video yang dipercaya menjadi partner  mengalahkan beberapa production house.

“Sebelumnya memang ada tujuh PH. Dari tujuh itu yang nyangkut cuma ada dua, salah satunya saya g dari Malang. Satunya itu PH besar yang sudah lama. Makanya sangat bersyukur telah berhasil karena standar tinggi beliau itu tadi,” ungkap alumnus Universitas Merdeka Malang ini.

Saat Garuda Shield, ia bolak balik dari Amborawang Kalimantan Timur dan Makalisu Sulawesi Utara. Itu karena harus memastikan timnya di dua lokasi itu berjalan sesuai harapan.

“Saat Garuda Shield itu kan terbagi tiga. Di barat, tengah sama timur. Kebetulan saya di tengah sama timur. Saya harus bolak balik itu karena ibaratnya saya jadi sutradara di situ. Saya harus pastikan karena Garuda Shield itu sangat penting bagi Jenderal Andika,” tuturnya. Apalagi latihan bersama itu diikuti tentara Amerika dalam jumlah sangat besar.

Selain Garuda Shield, yang tidak terlupakan saat pertama kali bekerjasama dengan dunia militer. Yakni ketika mendokumentasikan peristiwa meletusnya Gunung Kelud tahun 2014. Saat itu ia dipercaya oleh Divisi Infanteri (Divif) 2 Kostrad memotret dampak letusan Gunung Kelud dari udara. Kala itu Reta dikenal salah satu pionir urusan foto udara.

“Saat itu Bapak Mayjen TNI Agus Kriswanto menjabat Pangdiv. Beliau mendapat rekomendasi dari klien saya. Beliau mencari yang bisa ambil video dari udara. Itu H+1 dari letusan Gunung Kelud diminta visualisasi dari udara. Selesai mendokumentasikan pukul 9 pagi, asisten beliau minta pukul 13.00 sudah jadi untuk dipresentasikan ke Presiden RI, Pak SBY,” kenang Reta.

“Padahal untuk menggarap tugas itu normalnya butuh waktu tiga hari. Saya mengerjakan video  itu di tengah reruntuhan rumah begitu. Bahkan saya sampai edit video di mobil. Syukurnya, video jadi pas sampai di lokasi dan bisa dipresentasikan ke presiden,” sambung pria 33 tahun ini. 

Dari situ namanya kemudian tersebar di berbagai satuan militer. Pangkostrad kala itu, Letjen TNI Gatot Nurmantyo (terakhir berpangkat Jenderal menjabat Panglima TNI kemudian pensiun) penasaran dengan hasil  karyanya. Gatot kemudian bertemu Reta.

Bekerjasama dengan instansi militer, menurut Reta berbeda dengan dunia bisnis. Bekerjasama dengan militer ibaratnya menjalankan tugas negara.

Reta yang kini membawahi PH Sevendays ini memiliki klien dari berbagai kalangan. Selain militer, pemerintah daerah dan perusahaan terkenal di Indonesia juga jadi langganannya.

Reta pun membagikan ilmu videografinya ke satuan-satuan militer. Itu bentuk baktinya bagi negara, supaya tiap satuan militer bisa menghasilkan video yang menarik. Menyajikan yang terbaik bagi masyarakat.

“Kita yang memang sekolah di bidang ini harus bagi ilmunya. Ini peran kita juga sebagai masyarakat Indonesia untuk bantu mereka tanpa embel-embel keuntungan,” kata pria yang hobi musik ini.

Bila menilik video produksinya, memang ada yang berbeda dibandingkan dengan yang lainnya. Secara konsep dan alur cerita, Reta mengemasnya berbeda dan out of the box. Lalu secara visual effect lebih menarik dan maksimal. Ada kolaborasi tiga  dimensi hingga masking atau visual effect lainnya.

“Kualitas produk selama ini kita berusaha untuk selalu lebih baik dari produksi sebelumnya. Setiap hari saya selalu cari referensi supaya hasil video ini bisa out of the box. Saya tipikal yang berani, dari ide atau konsep kita tawarkan ke mereka dulu,” bebernya.

Untuk masalah harga video produksinya, tidak bisa baku. Pasalnya banyak pertimbangan dan menyesuaikan situasi. Meski begitu, Reta mengaku tidak pernah menolak tawaran kerja. Karena  ia berusaha memperbanyak pengalaman. Baginya, pengalaman sangat berharga.

Dia berpesan bagi pemula yang seprofesi dengannya supaya memperbanyak pengalaman dibandingkan keuntungan. “Industri kreatif bidang apapun, untuk perintis anak muda, yang dikejar jangan keuntungan. Apapun ordernya, mainkan dulu,” katanya.
“Perbanyak pengalaman karena di situ kerja sekaligus belajar. Istilahnya investasi dan sekaligus praktik. Perbanyak relasi sampai menemukan produk yang benar-benar berkualitas. Memang tidak bisa instan,” sambung Reta.

Kemudian yang tak kalah penting, jangan mudah puas dan selalu membuat produk yang inovatif. Harus bisa kreatif. Juga harus profesional.

“Belajar memiliki sikap profesional. Walau baru jangan berpikir dan bersikap seperti orang baru, tapi sikap harus menunjukan profesional seperti disiplin atau juga on time. Komunikasi diasah dan kepercayaan diri harus dibenahi,” kata mahasiswa S2 Universitas dr. Soetomo Surabaya ini. (ian/van)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img