MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sejumlah nelayan di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo masih belum melaut. Angin kencang yang berdampak pada tingginya gelombang menjadi salah satu alasan untuk menyandarkan kapalnya. “Gelombangnya masih tinggi. Gelombang di tengah laut bisa mencapai 2 hingga 2,5 meter,” kata Ketua Kelompok Nelayan Desa Purwodadi, Suwadi.
Dia menjelaskan, jumlah nelayan di Desa Purwodadi sekitar 50 orang. “Mereka bekerja dengan sekitar 30 perahu. Saat ini perahu – perahu tersebut disandarkan di tepi Pantai Lenggoksono,” ungkapnya. Menurut Suwadi, gelombang tinggi yang terjadi tidak hanya beresiko terhadap para nelayan. Namun gelombang tinggi akibat angin kencang ini, jumlah ikan juga berkurang.
Sehingga saat para nelayan nekat berlayar atau melautpun, dipastikan tidak membawa hasil yang banyak. “Sabtu malam ada yang melaut. Hanya dapat enam kilogram,” urainya. Hasil yang sedikit itu dikatakan Suwadi tidak sebanding dengan biaya operasional. Rata – rata sekali melaut, para nelayan mengeluarkan uang untuk biaya operasional mencapai Rp 250 ribu.
Suwadi pun mengatakan jika gelombang laut landai dan sedang musim ikan, mereka para nelayan bisa mendapatkan ikan hingga 3 ton. Mereka pun bisa mendapatkan uang hingga Rp 2 juta perhari. “Kalau kapalnya berisi tiga orang, hasilnya pun dibagi tiga. Artinya, masih bisa menyisihkan uang dari hasil mencari ikan,” tambahnya kepada Malang Posco Media.
Sehingga saat musim angin, para nelayan pun memilih libur. Mereka juga mencari kerja sambilan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada yang menjadi buruh tani, ada juga yang bekerja menjadi kuli bangunan. “Umumnya musim angin ini terjadi sampai bulan Febuari. Baru setelah itu, kembali melaut,” tandasnya. Hal yang sama juga dialami nelayan Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Para nelayan di Pantai Sendang Biru juga memilih untuk menyandarkan kapalnya, sampai kondisi angin dan gelombang melandai. Budi Ismiyanto, salah satu nelayan di Desa Tambakrejo mengatakan jika mereka tidak melaut sejak pertengahan Desember 2022 lalu. “Setiap tahun kalau bulan Desember seperti ini,” terangnya. Budi tidak mengelak, ada nelayan yang melaut.
“Tapi nelayan yang nekat melaut, juga tidak mendapat tangkapan ikan yang banuak. Akibatnya harga ikan pun sedikit lebih mahal, dibandingkan dengan hari – hari biasa atau sedang musim ikan,” ujarnya. Kenaikan harga ikan ini, pun juga dirasakan oleh para pedagang ikan yang berada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendangbiru. (ira/mar)