MALANG POSCO MEDIA – Di kawasan Tunggulwulung tepatnya di sekitaran Jalan Sasando hingga Jalan Bylira, banjir menjadi masalah tahunan. Hampir tiap turun hujan deras, beberapa wilayah terendam genangan hingga membuat masyarakat terganggu. Masalah itu pun kini diatasi selama musim kemarau.
Satgas dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang melakukan normalisasi sungai. Caranya melakukan pengerukan dan mengangkat sampah dan sedimen di sungai setempat, Selasa (23/5) kemarin.
“Airnya ini sampai ke jalan. Akhirnya mengganggu pengendara dan masyarakat yang mau melintas. Hampir tiap hujan deras pasti naik airnya,” terang salah satu warga saat normalisasi berlangsung kemarin.
Aliran air di sungai kecil ini terhambat akibat sedimen yang cukup tinggi. Tidak hanya itu, memang juga ditemukan sampah plastik, tumpukan kain dan sampah lainnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Belum lagi banyak vegetasi dan gulma yang mempersempit aliran sungai dan berpotensi menyumbat aliran air.
Staf Drainase Bidang Bina Marga DPUPRPKP Kota Malang Syamsu Ismail menyampaikan panjang sungai yang dikeruk dengan menggunakan alat berat kali ini sepanjang 20 meter dengan lebar rata rata 3 meter.
“Karena Jalan Bylira ini memang sering banjir tiap hujan. Kami keruk sedimen dan sampah, yang diambil ini hampir 500 meter kubik. Kemarin kami juga melakukan pengerukan di Mulyorejo, Rawisari, rata rata kita memang bisa mengambil 40-500 meter kubik,” terang Syamsu.
Sedimen dan sampah sebanyak itu akhirnya diangkut menggunakan dump truk. Tercatat selama sehari kemarin sedimen dan sampah yang terangkut mencapai 15 dump truk. Selain di lokasi tersebut, Syamsu mengungkapkan pihaknya bakal melakukan penanganan di titik lain.
“Rencana mau survei di Jalan Sutoyo dan Jalan S. Parman. Itu di sana banyak ruko, jadi nanti kita minta izin dulu untuk eksekusi,” tukasnya.
Kepala DPUPRPKP Kota Malang Dandung Julhardjanto mengatakan dengan adanya normalisasi dan pembersihan di aliran sungai ini diharapkan bisa menjaga saluran dengan baik dan bisa menampung debit air dengan maksimal. Ditegaskan Dandung, normalisasi dengan mengeruk dan mengangkat sedimen serta sampah dilakukan setiap hari.
“Harus sama-sama menjaga ya. Kemudian kalau intensitas tinggi, volume saluran juga kadang memang tidak bisa menampung. Setiap hari kami lakukan normalisasi pada drainase-drainase,” sebut Dandung.
Ia tidak memungkiri, di beberapa tempat atau lokasi, terkadang memang ada yang tidak bisa diakses alat berat. Bahkan kendaraan dengan bak terbuka seringkali kesulitan masuk di lokasi-lokasi tertentu. Maka ia pun mengaku hal ini memang menjadi kendala tersendiri baginya.
Selain itu, terkadang juga ada aliran sungai yang tertutup konstruksi bangunan. Lebih sulit lagi ketika wilayahnya tidak termasuk kewenangannya sehingga perlu langkah ekstra hati-hati ketika akan melakukan penanganan. Misalnya seperti di kawasan Soekarno Hatta yang merupakan kewenangan Pemprov Jawa Timur.
“Kita akan cek dulu, terkait dengan kewenangan juga karena kawasan Soekarno Hatta jalan provinsi. Maka akan kami lihat dulu sejauh mana kewenangan kami yang ada di sana. Kami tidak melarang masyarakat membuat cor- coran di atas drainase. Tapi sedapat mungkin sebelumnya dilakukan konsultasi sehingga kami bisa memberikan secara teknis kegiatan itu tidak terdampak terhadap lingkungan sekitar,” jelas Dandung.
Terlepas dari itu, ia mengimbau masyarakat agar ikut menjaga drainase dan aliran sungai. Sebab pihaknya tentu tidak bisa melakukan pengawasan 24 jam.
“Kesulitannya kan kami tidak bisa memantau setiap saat terhadap apa yang dilakukan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran bersama yang kami harapkan untuk sama-sama menjaga,” katanya. (ian/van)