MALANG POSCO MEDIA- Arca Siwa Mahadewa di Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang hilang, Senin (20/2) dini hari. Warga pun geger, ini polisi mulai melakukan pengusutan.
Menurut informasi yang dihimpun, hilangnya arca itu bukan baru pertama kali terjadi. Diketahui sempat dua kali hilang.
Arca itu diketahui hilang pagi hari setelah diperiksa oleh warga setempat. Mereka kemudian melaporkan ke pemerintah desa. Tercatat Arca Siwa Mahadewa setinggi 216 centimeter itu terletak di bagian hutan Petak II A Dusun Ganten, Desa Tulungrejo. Masih satu wilayah dengan kompleks Candi Ganter namun terpisah agak kejauhan dari candi.
Dari pantauan di lapangan, arca tersebut awalnya terletak di sebuah dudukan batu berdiameter sekitar 120 centimeter. Dari keterangan pemerintah desa setempat, arca itu dicurigai warga ada yang memindahkan pada dini hari.
“Warga sekitar sempat mendengar adanya mobil yang naik ke atas perbukitan lokasi Arca Batara Wisnu berada, sekitar pukul 02.30 WIB. Warga lalu melihat ke lokasi pada paginya arca tidak ada lagi berada di lokasi,” jelas Kepala Desa Tulungrejo Mulyadi, kemarin.
Untuk diketahui, sebagian masyarakat menyebut Arca Siwa Mahadewa itu dengan sebutan Arca Batara Wisnu.
Dikatakan, arca tersebut memang berada di lokasi tak jauh dari akses jalan raya di tengah hutan. Yakni sekitar 15 meter ke arah tempat arca berdiri. Sehingga dengan mudah dapat dicuri oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab. Mulyadi menyebut saat ini sudah ditangani Polres Batu.
“Memang diletakkan di sana tidak pernah kalau dipindah-pindah. Biasanya didatangi warga hingga dari luar desa untuk ritual-ritual,” tambah Mulyadi.
Sehari setelah raib, berbagai pihak terkait pelestarian cagar budaya ikut bantu penyelidikan polisi. Di antaranya tim Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim, Museum Singhasari, Koordinator Juru Pelihara (Jupel) Cagar Budaya hingga perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang datang ke lokasi.
Kapolsek Ngantang AKP Hanis Siswanto mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. “Ini pencurian benda bersejarah, saat ini kita masih menyelidiki dan meminta beberapa keterangan,” katanya saat dikonfirmasi, Selasa (21/2) kemarin.
Dari penyelidikan sementara, disampaikan awal kejadian setelah adanya salah satu saksi Agik Susanto berangkat mencari rumput ke hutan. Lalu dalam perjalanan, Agik mendapati sebuah selimut ditemukan di tepi jalan berbau dupa.
“Karena merasa curiga, saksi kemudian menelusuri bekas jejak goresan yang ada di jalan dan mengarah ke TKP hilangnya Arca Batara Guru Dewa Siwa. Setelah terus diikuti, di TKP didapati bahwa arca sudah hilang. Warga pun melapor ke Bhabinkamtibmas Polsek Ngantang,” jelasnya.
Dari keterangan beberapa sumber, diketahui aksi pencurian Arca Siwa Mahadewa di Dusun Ganten Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang merupakan yang kedua kalinya. Peristiwa pencurian serupa pernah terjadi pada tahun 2006. Lalu beberapa hari pencuri mengembalikan dengan bentuk yang sudah terpotong-potong. Arca tersebut kemudian diperbaiki lagi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan para ahli, sehingga kembali utuh.
“Hilangnya arca kalau dari tutur sesepuh desa tidak hanya satu kali ini. Kejadian sebelumnya pelaku mengembalikan arca itu dalam keadaan rusak terpotong. Kemudian katanya terjadi hal aneh pada pelaku pencuri yang mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia,” ujar Koordinator Juru Pelihara Cagar Budaya Malang Raya Imam Pinarko.
Imam mengatakan saat ini belum mendapatkan petunjuk lebih jauh dari petugas kepolisian. Hanya saja sempat terjadi salah seorang warga mengalami kerasukan dan menyampaikan arca tersebut dibawa ke daerah Kediri. “Jadi hanya spekulasi dari fenomena itu, pihak berwajib juga berkoordinasi dengan kepolisian Kediri untuk mempersempit kemungkinan ruang gerak pelaku,” tambahnya.
Ia menyayangkan kejadian yang sudah berulang itu. Dari hasil koordinasi dengan berbagai unsur pelestari cagar budaya, Imam berharap agar situs bersejarah di Ganten dapat terpelihara lebih baik. Terutama dari segi keamanan. “Lebih baik diberi pengaman yang baik. Terlebih arca asli yang tidak dipindahkan ke museum. Juga terpenting dari masyarakat sekitar turut menjaga. Utamanya pemerintah desa agar memperhatikan. Kalau sudah terjadi kehilangan menjadi masalah,” kata Imam.
Arkeolog Dwi Cahyono mengatakan arca yang hilang itu Siwa Mahadewa. Peninggalan Majapahit sebagai monumen memperingati momen penting di era Kerajaan Singhasari.
Dwi menyesalkan kejadian hilangnya Arca Siwa Mahadewa. Menurut dia, kejadian tersebut merupakan salah satu masalah serius. Dia mengakui ada sejumlah tinggalan arkeologis yang tersebar dan jauh dari perkampungan atau pemukiman.
“Probelmnya siapa yang melakukan pengawasan? Ini harus dicarikan solusi bersama untuk melestarikan dan melindungi tiggalan arkelogis,” jelasnya.
Menurut Dwi, arca dan berbagai tinggalan arkeologis yang berada di tempat aslinya memang harus diawasi ketat. Selain dipagari dengan sistem pengamanan yang ketat, juga dibutuhkan adanya juru pelihara (jupel) cagar budaya.
“Kalau memang tidak ada yang bisa menjaga dan menjamin keberadaan maupun keselamatannya maka dipindahkan saja ke museum dari pada hilang,” kata Dwi. (tyo/van)