spot_img
Friday, October 18, 2024
spot_img

Aremania, Kapan Berorganisasi?

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Ada yang menarik dalam rapat koodinasi Forkopimda jelang HUT ke-35 Arema di Balaikota Malang, 4 Agustus lalu. Bukan dari Wali Kota Malang Sutiaji yang memimpin Rakor tersebut. Melainkan datang dari Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Budi Hermanto, S.I.K, M.Si.

“Aremania harusnya masuk dalam struktur organisasi, agar ada yang tanggung jawab,” ungkap Kombes Pol Budi Hermanto, S.I.K, M.Si., dalam kesempatannya berbicara di hadapan puluhan Aremania, Manajemen Arema FC dan Panpel Arema FC saat itu.

- Advertisement -

Apa yang disampaikannya  ini terkait dengan posisi Aremania yang bakal terlibat aktif dalam rangkaian HUT Arema FC, 10 dan 11 Agustus. Bagi saya, statemen Kapolresta yang akrab disapa Buher ini cukup menarik. Setelah sekian lama, tak ada yang melontarkan ide tentang organisasi Aremania.

Usai acara di ruang sidang Balaikota Malang itu, seperti biasanya, wartawan sudah menunggu untuk wawancara. Pak Sutiaji ditanya, lanjut Pak Buher dan terakhir wartawan bertanya pada Media Officer Arema FC, Mas Sudarmaji. Dan tak ada satu pun wartawan yang  tanya soal Aremania itu.

Kesempatan saat Pak Buher  turun dan hendak naik ke mobilnya, tak ada wartawan yang lain, saya tanyakan lagi tentang harapannya agar Aremania berorganisasi. Kebetulan sejak dulu, saya cukup konsen dengan Aremania yang tak kunjung memiliki struktur organisasi.

“Misalkan Aremania ini punya beberapa Korwil, masuk dalam kepengurusan, saya tidak tahu, apakah itu masuk SDM (sumber daya manusia) nya, atau organisasinya, tapi di dalam official, sehingga menjadi tangguh jawab,” terang Pak Buher perihal statemennya di depan Aremania itu.

“Kelak terkait tiketing, Aremania duduk di tribun dan segala macamnya itu, kalau ada persoalan, mereka lebih punya tanggung jawab moril dan tidak terpecah, lebih terkoordinir, lebih tertib.  Organisasi supporter Aremania ini berbeda, makanya harus dilibatkan. Itu yang akan kita bahas dengan pimpinan,” lanjutnya.

Jujur, Aremania ini memang beda dengan kelompok supporter lain. Selain sebagai pioner dalam hal dukung mendukung tim kesayangan, Aremania terkait erat dengan Arek Malang, terutama di perantauan. Maka, ada istilah Aremania, tidak kemana mana, ada di mana-mana.

Ya, hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di luar negeri juga, ada Arek Malang. Seperti yang terbaru, Arek Malang di Korea memberi dukungan pada  Asnawi Mangkualamyang  membela Ansan Greeners kala melawan Gimpo FC dalam lanjutan K-League 2 di Stadion Ansan Wa.

Arek Malang ya Aremania. Meski tidak semua Aremania adalah Arek Malang. Beberapa daerah, meski bukan Arek Malang, memproklamirkan diri sebagai Aremania, pendukung tim Arema FC. Sejatinya memang sulit menemukan dan menentukan batasan, yang namanya Aremania.

Pencopet yang datang ke stadion dengan atribut Arema pun, bisa mengaku sebagai Aremania. Siapa saja, bisa mengkalim sebagai Aremania. Meski dalam urusan negatif, kita sering menyebutnya oknum. Seperti aksi tak sportif di hotel tempat PSS Sleman menginap, apakah itu dilakukan Aremania?

Pastinya itu ulah oknum supporter. Bukan Aremania. Kalau sudah di luar stadion, rasanya sulit mengatakan itu adalah Aremania. Termasuk saat ada undangan untuk Aremania, hadirnya perwakilan beberapa orang, juga tak bisa sepenuhnya mewakili Aremania yang ada.

Ya, sampai sekarang, baik diundang Wali Kota, Kapolresta hingga diundang Kapolda atau diundang PSSI, tak ada yang bisa sepenuhnya mewakili Aremania. Alasannya, seperti yang disampaikan Pak Buher itu. Aremania taka da organisasinya. Tidak ada yang bertanggung jawab atas nama Aremania.

Pernah ada rapat koordinasi, panpel Arema FC, pihak kepolisan dengan beberapa orang suporter, jelang Piala Presiden. Mereka yang sekali lagi tak bisa dikatakan mewakili Aremania, diminta untuk menjaga jalannya pertandingan dengan tidak menyalakan flare dan kembang api.

Faktanya di dalam Stadion Kanjuruhan, flare dan petasan tetap menyala. Seolah tak ada yang bisa mengatur Aremania. Maklum, selama ini ada istilah, no leader, just together. Ya begitulah. Tak ada organisasi, tak ada struktur, tak ada ketua, tak ada koordinator, tak ada pimpinan.

Adanya dirijen pun, terbatas di dalam stadion saat laga Arema. Sedangkan korwil Aremania, kelompok-kelompok kecil yang dulu relatif terorganisir di beberapa wilayah, kini nyaris tanpa bentuk. Mungkin saatnya, korwil Aremania ini diaktifkan kembali, terorganisir dan terstruktur.

Setidaknya ada Koordinator, kalau gak mau disebut sebagai Ketua. Punya beberapa orang pengurus dan tentunya punya anggota. Selanjutnya korwli-korwil ini, harus aktif bersinergi dengan pihak manajemen Arema FC, tercatat dan terdata. Ya seperti organisasi lainnya.

Bagus juga, bila Korwil Aremania ini berisergi dengan pemerintah atau pihak kepolisian setempat. Membuktikan mereka ada dan aktif. Semata-mata, keberadaan Aremania ini diakui keberadaanya, bukan sekedar nama, atau hanya ada saat di dalam stadion saja.

Ya, mungkin agak ribet, tapi itulah berorganisasi di level paling kecil, Korwil. Selanjutnya semua korwil bisa berkumpul, gelar musyawarah untuk memilih presidium atau perwakilan. Bisa membentuk organisasi di level Malang Raya. Atau memilih wakil yang bisa masuk di Manajemen Arema.

Kurang lebih, seperti itu harapan dari Pak Buher. Namun semua kembali pada Aremania dan Arema untuk mau berorgianisasi atau tidak. Saya paham, selalu ada pro kontra. Ada plus minus. Selalu begitu. Namun menurut saya, saatnya dicoba. Aremania berorganisasi. Kapan? (*)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img