MALANG POSCO MEDIA– Dor, dor, dor, headshot, Serang!!! Suara saling tembak menggema. Siang itu banyak yang kena tembakan. Kaki, tangan, dada dan anggota tubuh lainnya. Bahkan headshot (kena kepala)
Saling tembak terjadi di mana-mana. Suara tembak bersahutan. Semua berlindung mencari tempat aman. Sesekali tetap memantau situasi untuk menembak. Tidak peduli rival kehabisan amunisi. Tujuannya satu. Menembak atau ditembak.
Itulah suasana yang dirasakan seluruh awak Redaksi Malang Posco Media ketika bermain game Paintball di Rafting Kaliwatu, Batu, Sabtu (13/7) lalu. Teman-teman termasuk saya Miftakhul Huda merasa seru sekali. Apalagi saat memegang marker, sebutan senjata model semi otomatis untuk Paintball.
Tidak ada persiapan khusus untuk latihan menembak. Kami hanya diberikan arahan dari kru Kaliwatu cara mengoperasikan senjata, memakai goggle (helm), regulasi bermain paintball dan memakai pengaman dada. Prinsipnya satu, menyerang adalah strategi terbaik.
Amunisi Paintball yang menyerupai kelereng berisi cat pewarna memang tidak bahaya. Tapi, suara tembakanya bikin kaget. 50 butir amunisi setiap senapan dan 5 orang per tim berlomba saling menembak.
Total ada empat tim. Setiap sesinya terdapat dua tim yang bermain. Juara ditentukan dari banyaknya tembakan ke rival dan minim terkena tembakan. Penilaian secara poin. Tembakan kena badan lima poin. Headshot 10 poin.
Setiap pertandingan ada tim Kaliwatu yang menjadi wasit. Mereka membantu jalannya pertandingan dan memberikan bantuan jika ada senjata yang macet maupun yang kena headshot.
Ketika di medan pertempuran, harus pandai menempatkan diri. Dan sedikit trik. Karena helm yang dipakai bikin pandangan mata terbatas. Lokasinya yang berumput dan tanah basah membuat langkah harus berhati-hati. Jika tidak, akan terpeleset seperti Stenly Rehardson. Wartawan yang ngepos di Arema dan Olahraga ini memakai sepatu sneaker dan terjatuh sebelum tertembak.
“Saya tadi kepleset. Bukan tertembak. Tangan saya sedikit lecet,” ujarnya sambil tertawa.
Pemimpin Redaksi MPM, Muhaimin juga tidak dibiarkan anteng. Ia menjadi target utama rivalnya. Posisinya yang terbuka membuat rivalnya mudah menebak. Bahkan hingga hadshot. Tentu ini bukan dendam pribadi. Karena ketika mulai “perang” semua tidak tahu siapa yang menjadi target. Mengamankan diri merupakan strategi utama dari permainan ini.
“Gak tahu siapa tadi yang nembak. Rasanya gelap semua kena peluru pas kena kaca helm,” ujar Aim, sapaan Muhaimin.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Ahmad Mujamil. Badanya yang gemoy sangat mudah terkena tembakan. Apalagi berlindung di pohon kecil. Total lima tembakan mengenai badannya.
“Saya menjadi sasaran empuk. Kuping ini masih berdengung. Tim kami kalah gara-gara saya,” ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Keseruan kembali terjadi ketika babak final. Kedua tim menang dipertemukan. Pengalaman menang di babak penyisihan membuat dua tim ini berhati-hati. Seolah seperti di medan pertempuran, tim 1 dan 4 mengatur strategi. Mereka bermain aman dan menunggu kesempatan menyerang.
Selama 15 menit bermain, kedua tim minim tembakan. Saling menunggu. Amunisinya tidak terbuang sia-sia. 10 detik menjelang akhir permainan, kedua tim saling serang dan maju masuk area rival. Pertandingan ini dimenangkan oleh tim 1 yang beranggotakan Pemred MPM Muhaimim.
“Luar biasa. Semua rekan-rekan redaksi senang. Kedepan bisa diagendakan kembali untuk menjalin kebersamaan,” ujar Aim.
Game Paintball ini merupakan rangkaian dari kegiatan evaluasi redaksi pada semester pertama atau pertengahan tahun 2024. Masing-masing membawa ide gagasan yang luar biasa untuk semester dua. Kegiatan ini juga merupakan bentuk kebersamaan dari awak redaksi. Sekaligus refreshing untuk menambah semangat kebersamaan. Dengan harapan, produk yang disajikan dari redaksi MPM semakin berkualitas dan bisa menjadi pilihan terbaik pembaca. MPM 4 The Best. (miftakhul huda/van)