spot_img
Sunday, June 15, 2025
spot_img

Asas Trikon Wujudkan Manusia Merdeka

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Hari Guru Nasional yang selalu diperingati setiap 25 November merupakan sebuah penghargaan bagi pahlawan tanpa tanda jasa. Gelar pahlawan ini tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik untuk mengantarkan murid-murid menjadi manusia yang merdeka.

Manusia yang merdeka adalah yang dapat memerintah dan menguasai dirinya (mandiri). Manusia yang dapat menyatukan antara pikiran, perasaan dan kehendak sehingga menimbulkan daya dan memunculkan budi pekerti.

Pendidikan adalah kunci menjadi manusia yang merdeka. Dengan terus menggali pengetahuan dan keterampilan, kita membebaskan diri dari kungkungan ketidaktahuan dan membangun fondasi untuk menjadi manusia yang merdeka.

Tujuan belajar yang disampaikan Ki Hajar Dewantara untuk menjadi manusia yang merdeka merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan sebuah perubahan baik berupa pengetahuan maupun keterampilan. Proses ini akan dilalui oleh individu sejak lahir hingga akhir hayat. Ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW. “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”

Guru sebagai seorang pendidik sebaiknya tidaklah merasa menjadi orang yang serba tahu. Karena pengetahuan saat ini bisa didapat dari berbagai sumber. Bisa saja murid belajar dari berbagai media sosial yang dimilikinya. Melalui media sosial murid dapat belajar kebudayaan asing.

Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan dirinya dengan ilmu dan teknologi. Karena Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman, dan juga kondisi murid. Guru sebagai fasilitator, agar tetap mendampingi murid memiliki landasan yang kuat untuk menjelajahi dunia yang penuh tantangan dengan tetap berbudaya bangsa Indonesia.

Memandang Murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar para pendidik dalam mendampingi murid dan menentukan tujuan pembelajaran, merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan murid yang akan membantu murid-murid kita mengembangkan kekuatan lahir batinnya.

Berdasarkan tantangan di atas. Para pendidik perlu belajar lagi Asas Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Asas Trikon merupakan jawaban yang tepat menuju pembelajaran yang berpihak kepada murid dengan tetap berbudaya bangsa Indonesia. Mewujudkan murid yang merdeka mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai zaman dengan tetap berbudaya bangsa Indonesia.(guru.kemendikbud.go.id/10/11/2022)

Kontinyu

Kontinyu dalam proses pembelajaran sejatinya tersirat dalam rencana pembelajaran atau modul ajar. Proses pembelajaran dilaksanakan terus menerus. Guru sebagai pendamping murid dalam menentukan tujuan pembelajaran, cara belajar murid yang sesuai dengan minat. Guru mendampingi murid dalam merefleksikan pengalaman belajarnya.

Asesmen diagnostik yang dilaksanakan oleh guru sebelum pembelajaran akan membantu dalam merespon tujuan belajar yang diharapkan oleh murid. Ketika murid sudah terlibat dalam perencanaan akan memudahkan dalam menentukan gaya belajar yang diminati oleh murid. Hal ini melahirkan murid belajar mandiri.

Konvergen

Sebagai ujung tombak pelaksana kebijakan pendidikan, guru perlu belajar dari berbagai sumber tentang teori belajar yang saat ini sedang berkembang. Teori-teori yang berkembang saat ini perlu disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia. Perlu adanya keseimbangan dalam menyikapi teori belajar yang dari luar negeri dengan budaya bangsa.

Dalam istilah Islam konvergen bisa dikatakan tawasuth, seimbang dalam menyikapi sebuah perubahan. Belajar dari penyebaran Islam oleh Wali Songo, menerima budaya agama sebelumnya yang bisa dilaksankan dalam ajaran Islam. Sebagai bentuk keseimbangan kita harus mau menerima budaya asing dengan menyesuaikan kebudayaan bangsa Indonesia.

Konsentris

Konsentris bisa digambarkan sebuah wilayah rukun tetangga (RT) terdiri dari beberapa keluarga, keluarga terdiri atas individu. Pengembangan harus tetap terfokus pada individu sebagai bagian paling utama terbentuknya wilayah.

Dalam proses pembelajaran guru perlu menerapkan konsep berdiferensiasi. Guru harus mengetahui karakteristik masing-masing murid. Proses pembelajaran harus menggunakan berbagai macam gaya belajar yang sesuai dengan minat murid. Sebagaimana tujuan pembelajaran adalah mendampingi tumbuh kembang murid sesuai karakter budaya sendiri.

Asas Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) dapat diimplementasikan dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Dalam manajemen kelas guru mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan dan dilakukan secara terus-menerus. Sehingga pengelolaan perilaku lingkungan dan kurikulum berjalan dengan efektif dan konsisten.

Sebagai contoh implementasi asas kontinyu dalam perencanaan pembelajaran, murid diberikan kemerdekaan untuk belajar bertanya dan mengembangkan potensinya. Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan ide dan kreativitasnya sehingga menjadi manusia yang merdeka.

Pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) diakui sebagai metode pembelajaran yang dapat mengintegrasikan teknologi dan ilmu pengetahuan secara luas. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa konsep STEAM tidak hanya terkait dengan teknologi tinggi, tetapi juga mencakup teknologi lokal yang mempertahankan nilai-nilai tradisional. (guru.kemendikbud.go.id/10/11/2022)

Sebagai contoh teknologi fermentasi tempe, teknologi pewarnaan batik, ataupun teknologi pengawetan makanan. Seperti pembuatan ikan asin atau ikan asap. Guru perlu memahami konsep ini agar dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk pembelajaran, tetapi tetap menjaga keaslian budaya bangsa.

Di sini peran Organisasi Profesi guru, Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai wadah pengembangan keprofesionalan guru. Agar setiap guru menjadi guru pembelajar. Tidak hanya puas dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Perlu adanya kontinyuitas dalam pengembangan metode pembelajaran, dengan tetap konvergen dalam menyikapi metode pembelajaran baru dan konsentris agar budaya bangsa Indonesia tetap terjaga.

Dengan semangat Asas Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) mari kita wujudkan merdeka belajar sehingga melahirkan generasi manusia yang merdeka. Manusia merdeka bisa terwujud melalui Pendidikan. Dengan terus belajar menggali pengetahuan dan keterampilan, kitab bisa terbebas dalam bingkai ketidaktahuan dan dapat membangun dasar untuk mewujudkan manusia yang merdeka.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img