MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Karya-karya hebat siswa SMA Islam Sabilillah (SMAIS) Malang Boarding School kembali dipamerkan. Program
Project Based Learning (PjBL) telah menghasilkan karya inovasi yang dikemas dalam Assembly My Project. Kegiatan yang ditujukan bagi siswa kelas 10 dan 11 tersebut diselenggarakan Sabtu (17/12) lalu.
Saat itu, SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School menggelar dua agenda. Yakni seminar karya tulis ilmiah untuk siswa kelas 10 dan pameran ilmiah hasil PjBL untuk siswa kelas 11.
“Bagi siswa kelas 10 karena masih baru, jadi kita perkuat dulu dengan penulisan karya ilmiah yang nantinya akan diseminarkan di hadapan guru dan juga orang tua. Sedangkan kelas 11 yang memang sudah pernah, maka rancangannya adalah produk jadi,” ungkap Wakil Kepala SMAIS Malang bidang Kurikulum, Anisa Rahma,S.Pd kepada Malang Posco Media.
Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai wadah bagi para siswa di SMAIS untuk melatih keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative, Collaborative and Communicative). Dari program ini menghasilkan 35 karya tulis ilmiah dari kelas 10 serta 36 produk yang dipamerkan hasil karya kelas 11.
“Di pembelajaran abad 21 ini anak-anak dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, sehingga dalam pembelajaran dan mata pelajaran sudah kami sinergikan terkait dengan project based learning,” ujarnya.
Terdapat dua tema yang diberikan pada Assemble My Project kali ini, yakni mengenai gaya hidup berkelanjutan untuk kelas 10 dan kelas 11 jurusan MIPA, serta kewirausahaan diberikan kepada siswa jurusan IPS.
Orang tua hadir menyaksikan langsung karya inovasi buah hatinya. SMAIS Boarding School juga mengundang mahasiswa dan dosen untuk tim penilai.
“Kita libatkan juga juri-juri profesional, diantaranya adalah mahasiswa Pascasarjana yang memang praktisi dan mumpuni di bidang karya tulis ilmiah, kemudian ada juga dosen dari beberapa perguruan tinggi,” kata Anisa.
Untuk tugas PJBL siswa diberi waktu tiga bulan untuk menyelesaikan proyek. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Guna menunjang hal tersebut, sekolah juga melibatkan guru untuk membimbing siswa dalam menyelesaikan karyanya.
Guru tidak hanya menguatkan dari sisi teorinya saja, tapi juga dalam hal praktiknya . “Apa yang dibutuhkan oleh siswa, semuanya bisa diakses. Namun tetap kegiatan tersebut tidak mengganggu jam pembelajaran. Jadi diskusi dan konsultasi dilakukan di luar jam belajar,” paparnya.
Melalui kegiatan Assemble My Project ini, diharapkan siswa mampu menguatkan siswa dalam hal kemampuan 4C yang dimiliki. Sehingga karya yang dihasilkan memang benar-benar hasil berpikir yang mendalam bukan hanya sekedar copy-paste saja.
“Ini juga menjadi langkah awal bagi anak-anak untuk membiasakan membuat karya ilmiah, supaya studi lanjutnya nanti tidak kesulitan. Harapan kami apa yang dihasilkan saat ini dapat dikembangkan lagi dengan jangkauan yang lebih luas,” pungkasnya. (mp1/sir/imm)