MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Jumat (23/2) kemarin, TK Islam Sabilillah Malang 1 tampak ramai tidak seperti biasanya. Ternyata ada pameran karya siswa. Pameran karya tersebut merupakan hasil inovasi siswa-siswi TK A dan TK B dalam program Assembly My Project.
Program ini adalah bentuk lebih rinci dan terpadu dari proyek serupa yang digagas pemerintah, yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Bedanya, assembly ini lebih rinci dan tahapannya lebih banyak. “Tahapan Assembly ada 5 yang disingkat PAPER,” ujar Sumarni, S.Pd, Wakil Kepala TK Islam Sabilillah Malang 1.
PAPER merupakan akronim dari Presenting (menyajikan masalah), Analyzing (menganalisis), Planning (merencanakan solusi), Executing (mengeksekusi), dan Reporting (melaporkan). Seluruh siswa TK A dan TK B dilibatkan dalam proses tersebut sesuai dengan tema yang disuguhkan. Kali ini, tema Assembly My Project yang digagas untuk TK A adalah My Place is Unique.
“Sedangkan TK B adalah Reduce, Reuse, dan Recycle,” terang Arni, sapaan akrabnya.
Dia menerangkan, kegiatan assembly ini bertujuan untuk mengasah keberanian, kemandirian, kepercayaan diri, public speaking, leadership, komunikasi, dan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan visi misi sekolah. Yaitu mencetak pemimpin peradaban dunia. “Siswa dilatih harus berani, kritis, kreatif, dan kolaboratif dengan adanya kegiatan ini,” terang Arni.
Kegiatan dimulai sejak tanggal 5 dan 7 Februari 2024 lalu. Pertama, siswa-siswi diajak berkunjung ke Bank Sampah di daerah Sukun Malang. Di sana, siswa diperlihatkan beragam proses pengolahan sampah. Mulai dari pengumpulan sampah, pemilahan, hingga diolah menjadi barang yang bermanfaat. “Jadi tak hanya melihat masalahnya di YouTube dan internet saja. Anak-anak juga kami beri pengalaman langsung,” ujarnya.
Setelah melihat dan menganalisis, siswa diajak untuk merencanakan solusi yang bisa diberikan melalui tahap Planning. “Setelah mengerti sampah yang ada, siswa terpikir untuk membuat aneka karya, misalnya membuat robot, rumah, lalu mereka menggambar dan merencanakan karyanya,” jelasnya.
Untuk tahap eksekusi karya, siswa-siswi membuat karyanya sendiri. Hanya dibantu dan didampingi oleh guru-guru TKIS ketika berkenaan dengan benda-benda berbahaya. “Kami bantu hanya untuk hal-hal yang tidak bisa dilakukan ananda, seperti menggunakan cutter dan lem tembak, ” jelas Arni.
Di tahapan reporting, siswa-siswi dilatih untuk berkomunikasi di depan orang banyak. Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil karya mereka di depan teman dan orang tua mereka. Siswa menyusun kata-katanya sendiri, baru kemudian dipoles oleh guru agar bahasanya lebih mudah dipahami. Mereka juga melakukan latihan presentasi sehari sebelumnya. Dan mendapatkan masukan dari teman-teman sebayanya. “Ini juga sebagai apresiasi untuk anak-anak karena telah menghasilkan idenya dilihat langsung oleh orang tua,” ucap Arni.
Para orang tua terlihat sangat antusias dan bangga mendengarkan presentasi putra-putrinya. Bunda Chica, orang tua dari ananda Raffa Tantra A. S., menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswi untuk berbicara di depan umum. Paling tidak, mereka bisa belajar untuk percaya diri, berpikir kritis, dan bagaimana presentasi di depan orang tua. “Selain itu, kami juga bisa mengukur sejauh mana kemampuan anak-anak memahami penjelasan dan proses Assembly itu sendiri,” pungkasnya. (mg1/sir/udi)