MALANG POSCO MEDIA-Memutuskan untuk menjadi seorang kolektor, tentu harus siap merogoh kocek untuk mendapatkan barang. Mengoleksi mainan lawas bukan sekadar hobi, tetapi juga membutuhkan usaha dan biaya.
Dodi Mulyadi yang memulai koleksi sejak belasan tahun lalu, bisa mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk barang yang diinginkannya.
Untuk mendapatkan mainan lawas, ia memanfaatkan jaringan informasi dari komunitas kolektor, terutama lewat Grup WhatsApp (GWA) yang beranggotakan pecinta barang antik dari seluruh Indonesia. Jika ada barang yang menarik, ia tidak ragu untuk menebusnya dengan harga yang lumayan di kantong.
“Harga mainan mobil kaleng bervariasi, mulai dari Rp 300 ribu hingga lebih dari Rp 1 juta, tergantung kelangkaan dan kondisi barang. Selain mainan, ada jam kuno. Ada jam tua yang berbunyi setiap seperempat jam ada yang setengah jam, itu harganya bisa lebih dari Rp 5 juta,” ungkapnya.
Barang lawas lain seperti radio tua, telepon putar, setrika arang, hingga televisi tabung juga menjadi bagian dari koleksinya. Namun, mendapatkan barang-barang elektronik lawas dalam kondisi berfungsi menjadi tantangan tersendiri.
“Kalau ketemu, biasanya sudah tidak nyala atau tidak layak pakai. Jadinya hanya dipajang saja. Karena kadang biaya untuk reparasi jauh lebih mahal dari harga barangnya. Kalau masih bagus yang bisa sekalian saya pakai,” kata Dodi.
Meski menghabiskan biaya cukup besar, bagi Dodi, mengoleksi barang antik bukan soal investasi atau keuntungan.
“Saya nggak pernah mengimpikan sesuatu yang muluk-muluk. Ini buat kesenangan aja,” ujarnya.
Bagi para kolektor seperti dirinya, kepuasan terbesar adalah menemukan dan merawat barang-barang yang menyimpan banyak cerita dari masa lalu. “Uniknya barang lawas ini, baik yang berbentuk mainan atau benda, kalau masih fungsi saat dibersihkan seperti itu, barangnya masih bagus. Kualitasnya pasti terjamin,” ujarnya.
Dodi juga membuka ruang bagi para pemula untuk belajar koleksi khususnya untuk mainan lawas dan barang tertentu seperti jam hingga radio jadul. Hal ini untuk memudahkan siapapun yang memulai hobi koleksi, agar tidak sampai terjebak dengan barang yang kurang baik. “Saya sendiri terbuka soal koleksi, dan bisa sharing atau berbagi. Tetapi kalau secara lingkup, saya senang bertemu dan berbincang dengan orang yang menjadi pelaku maupun saksi, saat masih menggunakan barang tersebut. Jadi bisa bergurau dan mengenang momen-momen saat memakai mainan hingga barang lawas yang kita koleksi,” pungkasnya. (rex/van)