Catatan Arema oleh Buari, Redaktur Malang Posco Media
Malang Posco Media – Beruntunglah Arema FC tidak kalah dari Dewa United di laga pertamanya. Mengawali Liga 1 2024/2025 dengan satu poin dari hasil imbang 0-0 di Stadion Soepriadi Kota Blitar, Senin (12/8) sore.
Bukan hasil yang terlalu buruk. Ya setidaknya menurut saya yang menyaksikan langsung laga cukup sengit itu. Pertimbangannya, daripada kalah di laga perdana.
Coba gol Taisei Marukawa tidak dianulir wasit, jadi beda ceritanya. Hasil imbang cukup lumayan bagi Singo Edan, melihat permainan Dewa United yang mampu beri perlawanan.
Secara teknis, rasanya semua sudah melihat permainan kedua tim. Singo edan mendapati lawan yang sepadan, pasca menjuarai Piala Presiden 2024 beberapa waktu lalu.
Secara non teknis, ada beberapa hal yang menarik jadi catatan. Pertama tentang kondisi lapangan, yang sepintas membuat permainan kedua tim seperti tak bisa berkembang.
Saya tidak tahu persis kondisinya, karena tidak bisa turun ke lapangan. Namun di lihat dari atas tribun, bola tidak bisa mengalir dengan baik.
Pantas jika pelatih Dewa United Jan Olde Riekeink mengeluhkan kualitas lapangan yang kurang memadai. Menurutnya strategi yang disiapkan tak berjalan sempurna.
Pelatih Arema FC, Joel Cornelli ternyata juga mengeluhkan hal serupa. Sehingga kualitas pemain dan permainan timnya, tak ditunjang dengan kualitas lapangan yang bagus.
Netizen atau Aremania yang melihat dari layar kaca pun merasakan kondisi lapangan tersebut. “Lapangane gak penak rupane”.
Tim Arema yang untuk pertama kalinya bermain di Stadion Soepriadi juga harus beradaptasi. Kondisi lapangan masih belum bersahabat dengan pemain Arema.
Urusan non teknis lainnya adalah kondisi tribun penonton yang terhitung sepi. Hanya 831 penonton yang hadir. Mungkin di antara penonton itu 10 persen atau lebih bukan Aremania.
Boleh jadi pemain Arema kaget, menyusul besarnya harapan dukungan Aremania di Kota Blitar, ternyata tinggal harapan. Mereka menyaksikan lebih banyak tribun kosong.
“Kok gak ada Aremania ke Blitar blass brooo, embong Selopuro dan Wlingi gak onok Aremania lewat blasss, bedo karo Arema maen Kanjuruhan, Aremania Blitar arah Malang rame,” ungkap seorang teman yang asli Selopuro, Blitar.
Diakui atau tidak, disadari atau tidak, minimnya dukungan, mempengaruhi mental pemain. Apalagi sebelumnya, diprediksikan Aremania bakal memenuhi kuota 3000 tiket.
Selain faktor jarak, Malang-Blitar yang relatif dekat, laga perdana Arema di Liga 1 musim ini harusnya jadi daya tarik tersendiri. Setelah sekian lama, Arema berlaga tanpa penonton.
Kenyataannya, dukungan Aremania di Stadion Soepriadi belum maksimal. Hasilnya, laga home pertama Arema juga tak maksimal. Tepat sehari usai peringatan HUT ke-37 Arema.
Kado kemenangan gagal jadi kenyataan. Tim Dewa United menjadi penjegal. Tentu juga dengan memanfaatkan sepinya gemuruh Aremania di Stadion Soepriadi.
Ada apa Aremania? Mungkin lelah usai merayakan ulang tahun Aremania. Namun bukan itu alasannya. Paling mencuat alasannya adalah “Tikete larang”.
Ya, kalimat itu sempat terdengar di dalam stadion. Tiket laga home Arema dinilai mahal. Tiket ekonomi dibanderol Rp 150 ribu, VIP Rp 200 ribu.
Banyak komen netizen seputar harga tiket. Intinya menilai terlalu mahal untuk tiket ekonomi. Apalagi dari Malang butuh biaya transportasi menuju Blitar.
Belum biaya lain-lain, termasuk parkir. Satu mobil bisa Rp 25 ribu. Tentu soal biaya ini menjadi pertimbangan Aremania untuk hadir di Stadion Soepriadi.
Khususnya Senin, hari efektif kerja, kick off 15.30 WIB. Aremania lebih memilih nonton laga pertama Arema di televisi.
Belum lagi, tiketnya dijual online, yang tidak semua familiar. Tidak ada penjualan tiket di loket stadion. Dan sepertinya tak ada lagi tiket di korwil-korwil Aremania.
“Maafff min….tiket e kelarangen, coba opo’o tikete gawe koyok ndek kanjuruhan, pasti ah bek seportere,” tulis salah satu netizen di akun IG @malangposcomedia.
Sebagai pembanding untuk laga Persija vs Barito pada Sabtu, 10 Agustus lalu di Jakarta International Stadium, harga tiket mulai Rp 111.000.
Lalu harga tiket Persib vs PSBS Biak di Stadion Si Jalak Harupat pada 9 Agustus lalu, mulai Rp 100 ribu. Sedangkan harga tiket Persebaya vs PSS Sleman pada 11 Agustus lalu, mulai Rp 100 ribu.
Manajemen Arema FC lagi mencari pemasukan? Itu betul, tidak ada salahnya. Penjualan tiket menjadi salah satu sumber pemasukan.
Namun dalam kondisi Arema FC baru pindah homebase dari Bali, idealnya ‘merangkul’ Aremania. Apalagi momen ulang tahun, bisa jadi untuk menyenangkan Aremania dengan harga tiket lebih terjangkau.
Tim Arema yang baru mendapatkan ‘angin’ dukungan Aremania pasca tragedi Kanjuruhan, harusnya lebih menumbuhkan semangat Aremania untuk datang ke stadion.
Misalkan harga tiket ekonomi Rp 75 ribu, jika Aremania penuhi kuota 3.000 tiket, dengan 2.500 ekonomi dan 500 VIP, maka diperoleh pemasukan Rp 287.500.000. Insya Allah lebih besar hasilnya.
Namun itu sebuah pilihan dari manajemen Arema FC. Sekaligus akan menjadi pilihan bagi Aremania untuk datang ke Stadion Soepriadi dalam laga home Arema yang selalu digelar sore hari.
Terakhir urusan non teknis yang tak kalah pentingnya adalah bayang-bayang kutukan juara Piala Presiden. Seperti yang terjadi pada saat Arema juara Piala Presiden edisi 2017, 2019 dan 2022.
Usai juara Piala Presiden, tim Arema seolah jadi mlempem. Jangankan mendekati gelar juara Liga 1, pada tiga musim itu Arema tak bisa naik ke papan atas.
Musim 2017 dan 2019, Arema finish di peringkat 9 klasemen akhir Liga 1, lalu musim 2022 berada di urutan 12 klasemen akhir. Akankah musim ini, juga jauh dari gelar juara?
“Tahun ini insya Allah tidak. Jangan sampai di Liga 1 kita keok, sudah ada antisipasinya,” ungkap Wiebie Dwi Andriyas, Manajer Tim Arema FC dalam sebuah podcast bersama Malang Posco Media.
Itu menjawab tentang adanya mitos kutukan usai juara Piala Presiden. Meski secara performa dalam olahraga atau tim sepak bola, ada istilah peak performance atau penampilan puncak.
Nah, muncul kekhawatiran pada penampilan Arema di Piala Presiden hingga sukses raih juara itu, Alfarizi dkk sebenarnya ada pada posisi peak performance atau penampilan terbaik.
Berikutnya di pertandingan Liga 1 justru mengalami penurunan performa. Atau setidaknya tim lawan sudah mengetahui penampilan terbaik Arema dan bisa mengantisipasinya.
Mungkin itu juga yang terjadi saat laga Arema vs Dewa United. Lalu apakah hasil imbang 0-0 di laga pertama Arema FC itu menjadi awal kutukan? Semoga bukan! (*)