Tuesday, October 7, 2025
spot_img

Awalnya Benci Kini Jadi Influencer Lari

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Rahmat Setiabudi Pelari Maraton Berprestasi

MALANG POSCO MEDIA- Menjadi pesepakbola, menjadi impian dan cita cita banyak anak Indonesia, termasuk bagi Rahmat Setiabudi. Warga Wajak Kabupaten Malang ini, punya cerita perjalanan cukup inspiratif. Pria yang kini sukses menjadi pelari nasional ini ternyata mengalahkan egonya menjadi pesepakbola dan menuruti dorongan orang tuanya untuk menekuni olahraga atletik lari.

Berkat dorongan orang tua, Budi kini menjadi pelari maraton yang disegani dan kini menjadi panutan banyak orang. Sebab, kini ia juga sukses menjadi influencer dengan pengikut di Instagram mencapai 51,5 ribu pengikut dan di TikTok mencapai 48,9 ribu pengikut. Besarnya pengaruh Budi, membuat dirinya juga dipercaya menjadi Brand Ambassador sejumlah brand ternama, seperti Hoka, MS Glow, hingga Coros.

-Advertisement- HUT

“Sebenarnya saya sudah menekuni SSB (Sekolah Sepak Bola). Tapi saya melihat chance (peluang) karir di sepak bola sedikit, dan menurut saya tidak ada peluang berkembang. Sehingga saya beralih ke lari yang ternyata untungnya saya memilih jadi lari maraton karena eventnya itu tiap Minggu pasti ada. Bahkan saya sampai akhir tahun ini sudah penuh jadwal,” ungkap Budi.

Perjalanan Budi bermula ketika masa kecilnya yang sebenarnya benci berlari. Namun dari yang awalnya benci, perlahan ia kemudian mau berlari karena cita citanya menjadi pesepak bola. Ketika SD, ia mengikuti SSB dengan ayahnya yang kebetulan merupakan atlet lari jarak jauh nasional, Musiamin, yang pernah ikut Sea Games beberapa tahun lalu.

Saat latihan sepak bola, ayahnya pun melatihnya dengan lari jarah jauh. Meski di awal ia merasa sangat berat, bahkan hingga kerap menangis, namun Budi tetap menuruti kemauan ayahnya.

Pria kelahiran 30 Juni 1999 itu bahkan terkadang sembunyi ketika diajak latihan lari hingga menyebabkan aktifitas lari menjadi sebuah momok yang berat baginya. Sampai akhirnya, semua berubah ketika tiba Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Malang tahun 2013.

Budi yang saat itu berusia 15 tahun mengikuti lomba lari nomor 5.000 meter pada ajang tersebut. Di usianya yang saat itu Budi masih duduk di kelas 2 SMP, ia harus melawan anak SMA hingga perguruan tinggi.

“Berkat latihan keras, syukur akhirnya itu ternyata bisa keluar menjadi juara satu. Setelah itu ikut Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur, tapi dapat peringkat delapan. Setelah Porprov, tahun 2014 saya ditawari masuk ke SMA olahraga di Sidoarjo. Tanpa pikir panjang saya setuju dan bersekolah di sana,” terang Budi.

Tidak berselang lama, pada 2015, Budi kembali mengikuti ajang yang sama. Dari sebelumnya mendapat peringkat delapan, Budi selanjutnya mampu meraih juara dua atau memperoleh medali perak. Usai sukses di ajang itu, Budi membidik ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).

Akhirnya Budi mengikuti PON Papua 2021 lalu dan mengikuti nomor lari halang rintang dengan kelas 3.000 meter. Sayang, saat PON perdananya itu, ia hanya mampu meraih peringkat delapan.

Namun perolehan itu ia berhasil perbaiki saat PON Medan Aceh 2024 lalu. Budi sukses merebut posisi ke empat dan menjadi kebanggaan tersendiri baginya hingga saat ini.

“Saya dulu memang banyak ikut kompetisi kompetisi itu, tapi 2019 saya sudah ikut lari maraton juga. Contohnya ya seperti Maybank Maraton 2023 saya berhasil dapat posisi kedua. Itu di kategori 10 kilometer dengan waktu 31 menit 51 detik,” beber alumnus Universitas Insan Budi Utomo tersebut.

Menurut pria yang gemar bermain game tersebut, Maybank Maraton itu menjadi event lari maraton yang berkesan bagi dia. Sebab, selain diikuti oleh pelari pelari berpengalaman, juga diikuti sejumlah pelari dari luar negeri yang dikenal cukup hebat staminanya. Budi harus bersaing dengan pelari tangguh asal Kenya yang sudah tidak diragukan lagi kekuatan dan staminanya.

Bahkan, saat event tersebut, dari peringkat pertama hingga peringkat kelima, semuanya direbut pelari Kenya. Budi menjadi satu satunya pelari lokal yang mampu meraih peringkat duanya. “Memang ada motivasi lebih karena harus melawan orang asing. Syukur saya mampu membuktikan pelari lokal juga bisa bersaing. Akhirnya dengan juara satu selisih 15 detik,” kenang alumnus SMPN 1 Wajak tersebut.

Untuk meraih sederet prestasi dan capaian itu, lanjut Budi, dirinya memang harus latihan keras yang rutin. Tiap hari, ia harus latihan lari sejauh 16 kilometer setiap hari. Bahkan, pernah Budi sampai berlatih lari hingga 31 kilometer. “Yang berkesan lagi lainnya itu waktu Borobudur Maraton. Itu karena saya dapat juara satu dan disitu juga banyak pelari dari luar juga,” tambah arek Malang asli ini.

Saat ini Budi sedang bersiap mengikuti ajang maraton internasional lagi. Diantaranya, Sydney dan Amerika Serikat dalam waktu dekat ini. Tidak hanya itu, Budi juga masih punya ambisi untuk meraih medali emas di PON NTB 2028 mendatang. Ia pun berpesan kepada generasi muda untuk bisa memanfaatkan waktu sebaik baiknya sehingga tidak dihabiskan dengan kegiatan yang tidak produktif. “Manfaatkan setiap peluang yang ada sekecil apapun itu. Jangan pernah berhenti memberikan yang terbaik. Karena bagaimana pun juga anak muda harus bisa produktif dan memberikan sumbangsih positif untuk bangsa dan negara,” tutupnya. (ian/udi)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img