Tahun Pertama Gemeente Malang
HARI INI 109 tahun Kota Malang. Malang Posco Media mengulas tahun pertama Malang berstatus gemeente. Yakni kota administratif. Sejak tahun 1914, pembangunan infrastruktur dikebut walau belum ada wali kota definitif dengan dibantu 11 anggota dewan kota.
MALANG POSCO MEDIA – Pembangunan Kota Malang di tahun pertama, 109 tahun lalu sudah difokuskan pada tata kota modern. Di antaranya infrastruktur jalan, transportasi hingga fasilitas publik sebagai layanan dasar. Pemukiman juga dikonsep serius. (baca grafis)
Malang Posco Media menelusuri wajah pembangunan Kota Malang di tahun pertama. Tahun 1914 silam. Sebuah buku koleksi Perpustakaan Leiden University diakses secara digital melalui www. delpher.nl berjudul Kroniek der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939 mengulasnya dengan cukup lengkap.
109 tahun yang lalu, Kota Malang yang dibentuk sebagai Gemeente Malang atau kota administratif mandiri. Langsung memiliki arah pembangunan infrastruktur yang tertata, ruang-ruang publik modern.
Dari dokumen ini, Kota Malang memiliki banyak gedung dan fasilitas modern. Seperti bangunan-bangunan sekolah, rumah sakit, bank, restoran, hotel, dan lainnya termasuk tempat-tempat ibadah.
Seperti bangunan sekolah yang sudah sangat diperhatikan pemerintahan saat itu. Terdapat tiga sekolah dasar Bangsa Eropa, satu sekolah campuran untuk orang Belanda-Cina, dan juga tiga sekolah dasar warga pribumi.
Dikutip dari dokumen tersebut tiga sekolah dasar untuk kaum pribumi pertama ada di beberapa kawasan. Yakni di kawasan Jalan Majapahit, kawasan Klojen bagian utara, dan kawasan Temanggungan. Kemudian tercatat pula ada sekolah bagi warga keturunan Tionghoa, yang bernama Tiong Hwa Hwee Kwan School.
Salah satu sejarawan Kota Malang Dr R Reza Hudiyanto SS M Hum mengakui bahwa di tahun 1914, Kota Malang memang sudah menjadi salah satu daerah populer di kalangan warga Eropa yang bermukim di Pulau Jawa.
“Karena sebenarnya sekitar 10-20 tahun sebelum jadi gemeente, Kota Malang sudah banyak didatangi karena perkebunan di bangun di sini. Dan kondisinya cocok, dingin dan di kawasan pegunungan. Kebun kopi di sini bertumbuh pesat, warga Belanda maupun Eropa banyak yang ke sini untuk bisnis dan investasi,” jelas Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) ini kemarin.
Menurut Reza banyak warga Eropa bermukim, maka pembangunan di wilayah yang ditempati akan menjadi prioritas dan lebih maju. Bahkan cepat berkembang dari wilayah lain. Itulah kenapa penduduk di Malang juga berkembang cepat. Infrastruktur seperti sekolah makin banyak.
Selain sekolah, rumah sakit juga sudah terbangun. Diulas dari Kroniek der Stadsgemeente Malang over de Jaren 1914-1939, setidaknya ada tiga rumah sakit yang aktif saat itu.
Pertama rumah sakit militer yang berada di kawasan Rampal. Satu rumah sakit Belanda yang bernama Gouvernements Inlandsh Hosipital dan satu rumah sakit swasta yakni Malangsche Ziekenverpleging, yang kemudian berubah nama menjadi Klinik Lavalette.
“Untuk rumah sakit memang saat itu lagi banyak orang Eropa ke Pulau Jawa. Tetapi masalahnya satu, yaitu penyakit-penyakit tropis. Penyakit tropis seperti Malaria saat itu jadi pembunuh nomor satu. Nah rumah-rumah sakit beserta dokter-dokter juga didatangkan akhirnya menjadi penduduk, makanya rumah sakit juga banyak di tahun pertama Kota Malang berdiri,” urai Reza.
Karena layanan kesehatan menjanjikan, warga Eropa yang datang semakin banyak. Dikutip dari dokumen Kroniek der Stadshemeente Malang over de Jaren 1914-1939, di tahun 1914, penduduk pribumi sudah berjumlah 40 ribu jiwa.
Sementara penduduk Eropa tercatat berjumlah 2,500 jiwa dan 4.000 jiwa penduduk berkebangsaan Asia Timur berada di Gemeente Malang saat itu.
“Makin banyak penduduk di Kota Malang, maka semakin pesat berkembang pembangunannya. Bahkan saat sensus penduduk Eropa di Indonesia sekitar tahun 1930-an wilayah Malang untuk jumlah penduduk Eropa terbesar kedua setelah Bandung. Ada sebanyak tujuh persen orang Eropa yang ada di Indonesia berdomisili di Malang,” jelasnya.
Tidaklah heran jika kemudian banyak bidang berkembang di tahun awal Kota Malang. Kota Malang dan sekitarnya menjadi tujuan wisata. Karean di awal-awal tahun berdiri, ada tempat wisata popluer di sekitar Kota Malang. Yakni Selecta dan Wendit yang jadi wisata favorit saat itu.
Selain itu meski jumlahnya belum banyak, satu gedung hotel bernama Jansen and Jensens Hotel telah terbangun. Kawasan Restoran di Gedung Socieliet Concordia juga sudah ada. Kemudian tempat olahraga pacuan kuda atau balap kuda di Rampal, sebuah klub tennis di Alun-Alun Bundar dan perhimpunan pecinta sepak bola tercatat sudah ada di tahun 1914. (ica/van)
Tahun 1914, Tahun Pertama Kota Malang
GEMEENTE MALANG
Jumlah Penduduk
- 40 ribu penduduk pribumi
- 2.500 penduduk eropa
- 4.000 penduduk asia timur
WILAYAH GEMEENTE MALANG
- Kawasan Alun-Alun bundar (wilayah Talun, Tongan, Sawahan)
- Kayutangan, Oro-Oro Dowo, Celaket, Klojen (bagian utara), Rampal
- Kebalen, Temenggungan, Jodipan.
INFRASTRUKTUR PUBLIK YANG TERBANGUN
- RUMAH SAKIT
- Rumah Saki Militer di Rampak
- Gouvernements Inlandsh Hospital (milik Belanda)
- RS Swasta yakni Malangsche Ziekenverpleging (kemudian menjadi klinik Lavalette)
Sekolah
- 3 Sekolah Dasar Eropa
- 1 sekolah Belanda-China
- 3 sekolah dasar untuk pribumi (inlandsche schools 2nd class) di kawasan Speelmanstraat (Jl Majapahit), Klojen Lor, dan Temenggungan
- Terdapat sekolah bagi kaum Tionghoa bernama Tiong Hwa Hwee Kwan School
FASILITAS OLAHRAGA
- Malangsche Harddraverij and Renvereeniging (klub bapal kuda) di kawasan Rampal
- Klub Tenis di Alun-Alun bundar
- Tercatat Malangsche Voetbalbond (perkumpulan sepak bola masih dalam tahap embrio)
PERBANKAN
- Afdeelingsbank berdiri
HOTEL
- Jansen and Jensen Hotels (di sekitar kawasan alun-alun bundar)
RESTORAN
- Ada di dalam Gedung Socieleit Concordia (sekarang Sarinah)
PEMERINTAHAN di 1914
- Belum ada wali kota, masih dipimpin asisten keresidenan bernama FL Broekveldt
- Sudah ada dewan kota beranggotakan 11 orang (8 orang Eropa, 2 pribumi, dan 1 keturunan Asia Orientan/Asia Timur)
- Rapat pertama asisten keresidenan dan dewan kota dilakukan pada 6 April 1914
- Lokasi pemerintahan pertama menyewa sebuah gedung di kawasan Klojen Kidul (di sekitar kawasan antara Gereja Kayutangan dan Sarinah saat ini)
- Kebijakan anggaran pembangunan Gemeente Malang di pemerintahan awal:
- 6.000 gulden pemeliharaan jalan
- 125 gulden pemeliharaan taman dan alun-alun selama setahun
- 1.000 gulden pengairan /sistem drainase
- 225 gulden pemeliharaan gerobak dan peralatan umum
- 1.500 gulden layanan kebersihan
- 7.200 gulden penerangan jalan