spot_img
Thursday, June 26, 2025
spot_img

Awas! DBD Mengganas

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Di Kota Malang, Januari hingga Awal Mei Tercatat Tiga Kasus Kematian

MALANG POSCO MEDIA-Warga Kota Malang diimbau tingkatkan kewaspadaan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD). Bukan tanpa alasan, jumlah kasus kematian DBD selama empat bulan pertama 2025 ini sudah hampir menyamai jumlah kasus kematian akibat DBD pada sepanjang tahun 2024 lalu. (baca grafis)

Di tahun 2025 ini, mulai Januari hingga awal Mei kemarin, tercatat tiga kasus kematian dari 389 kasus DBD yang ditemukan. Sementara sepanjang tahun 2024 lalu, tercatat ada empat kematian dari 777 kasus yang ditemukan.

“Iya betul, kondisinya memang mengalami peningkatan. Sebelumnya ada dua kematian, lalu beberapa waktu kemarin bertambah satu lagi sehingga kasus kematian DBD ini menjadi tiga kasus per Mei sekarang ini,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Malang Meifta Eti Winindar, Senin (12/5) kemarin.

Untuk penyebab kasus kematian, Meifta belum bisa memastikan karena sedang dilakukan penelusuran. Sebab, biasanya ada yang murni karena serangan penyakit DBD yang terlambat ditangani, namun ada juga yang disebabkan karena adanya penyakit bawaan lainnya.

Yang pasti, lanjut Meifta, kasus DBD di Kota Malang harus menjadi perhatian masyarakat luas. Sebab mengalami lonjakan beberapa waktu ini. Ia meyakini, hal yang sama terjadi di daerah-daerah lain. Disamping itu, naiknya kasus DBD yang tercatat oleh Dinkes ini juga dipengaruhi karena sistem pelaporan yang saat ini lebih disiplin.

“Kasus menjadi tinggi karena selama ini laporan dari rumah sakit belum terlalu tertib. Saat ini, mulai 2025, tiap kali ada kasus DBD kami minta langsung ada laporan. Jadi jangan sampai Dinkes tidak tahu, lalu kok pas ada kasus banyak, baru melaporkan kepada kami,” beber Meifta.

Dengan meningkatnya jumlah kasus demam berdarah ini, Meifta mengaku pihaknya lebih gencar untuk mendorong tindakan pencegahan. Dari Dinkes telah mengeluarkan surat edaran dan imbauan kepada seluruh kelurahan dan kecamatan agar melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk 3M-Plus (PSN 3M Plus).

Yakni Menguras, Menutup tempat penampungan air, Mendaur ulang barang bekas dan Menghindari Gigitan Nyamuk dengan memakai lotion anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan lain sebagainya.

“Kami sudah memberikan imbauan agar melakukan PSN 3M Plus ini secara serentak di semua kelurahan. Lalu kader posyandu juga nanti akan segera survei jentik di lingkungan. Kemudian semua kader di wilayah, kami berharap untuk bisa mendorong kerja bakti di lingkungannya sendiri,” tegas Meifta.

Penyakit demam berdarah ini  disebabkan karena gigitan nyamuk Aedes Agypti yang biasanya aktif pada pagi hingga sore hari. Selain karena gigitan nyamuk, faktor lain seperti cuaca dan juga lingkungan tidak bersih menjadi penyebab berkembang biaknya nyamuk tersebut.

Seperti banyak genangan air hingga banyak menumpuk barang bekas. Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan itu perlu didorong supaya nyamuk Aedes Aegypti tidak berkembang biak.

“Kami rencananya juga mau memberikan surat edaran yang itu nanti langsung dari wali kota. Tujuannya agar masyarakat untuk lebih waspada, dan fasilitas kesehatan maupun rumah sakit bisa menyiagakan segala fasilitas terkait peningkatan demam berdarah ini,” sambung Meifta.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kota Malang Ginanjar Yoni Wardoyo belakangan ini juga telah mencermati secara khusus peningkatan kasus DBD yang terjadi di Kota Malang. Diakui Ginanjar, faktor cuaca yang tidak menentu   menjadi yang paling utama. Namun ia juga meminta kepada seluruh pengelola fasilitas kesehatan agar sigap saat mendapatkan laporan kasusnya.

“Layanan puskesmas agar di wilayah yang terjangkit demam berdarah, untuk langsung menangani. Untuk daerah yang belum terjangkit, edukasi kepada masyarakat harus tetap dilakukan karena masyarakat ini cepat lupa,” tutur Ginanjar.

Tidak hanya itu, politisi Gerindra itu juga mengharapkan agar faskes pertama atau puskesmas bisa tetap melakukan pemantauan terhadap pasien yang memiliki ciri-ciri DBD seperti ruam kulit, meski saat memeriksakan diri ke faskes tidak sedang dalam kondisi demam.

Begitu juga masyarakat, diimbau tidak perlu segan untuk memeriksakan diri ke faskes meski tidak sedang demam. “Karena kalau melihat siklus demam berdarah, itu memang seperti pelana. Kadang ketika warga kontrol dalam kondisi panasnya turun, tapi begitu pulang ternyata DBD. Ini perlu edukasi masif kepada masyarakat,” pungkasnya. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img