Dua Pasien Meninggal Dunia, Anak-Anak Paling Rawan Terkena
MALANG POSCO MEDIA-Ayo waspada Demam Berdarah Dengue (DBD). Terutama bagi orang tua. Pasalnya penyakit ini sedang mengganas dalam tiga bulan terakhir. Banyak anak-anak yang terkena DBD. Bahkan tercatat dua kasus meninggal dunia, salah satunya anak.
Di RSSA, sejak Januari hingga Maret kasus DBD mengalami peningkatan signifikan. Ironisnya separuh dari jumlah kasus DBD itu diderita oleh anak anak.
Dokter Spesialis Anak RSSA, dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, Sp.A(K),M.Biomed menyebut rata-rata anak yang terkena DBD ini berusia sekitar enam tahun hingga delapan tahun. Sebagian besar diantara mereka kondisinya cukup berat.
“Kasus anak yang masuk pada Januari empat kasus, lalu Februari 10 kasus, sampai akhir Maret kemarin 30 kasus. Dengan rincian 44 kasus itu, yang masuk demam berdarah berat 23 kasus, dan 21 kasus demam berdarah yang sifatnya warning sense atau ada tanda yang perlu diobservasi,” ungkap Kadafi.
Sebagian besar didominasi oleh pasien yang mengalami shock atau pecah pembuluh darah. Rinciannya delapan kasus berat yang masuk PICU dan 15 kasus berpotensi mengalami perburukan yang masuk High Care Unit. Sedangkan 21 kasus ada di ruang rawat biasa.
Sebagian besar yang mengalami gejala klinis berat itu dikatakan Kadafi adalah pasien overwight atau kegemukan. Selama tiga bulan terakhir di RSSA, untuk kategori anak ini pihaknya mencatat ada satu kasus kematian akibat DBD.
“Sebagian besar demam berdarah pada anak itu lebih dominan diibaratkan mengalami kebocoran pembuluh darah. Sampai Maret kemarin ada satu pasien anak keadaan shock, kami sudah berusaha memberikan cairan adekuat dan obatan penguat jantung, tidak bisa kami tolong secara optimal (meninggal, red),” beber Kadafi.
Sementara itu, Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang dr. Irene Rartidewi, Sp. A(K), M. Kes merinci, penyakit DBD yang ditangani oleh RSSA secara umum atau berdasarkan dari seluruh rentang usia, juga mengalami peningkatan.
Pada Januari lalu tercatat ada sebanyak 24 kasus yang ditangani. Lalu pada Februari naik menjadi 42 kasus. Kondisi itu terus bertambah hingga pada Maret kemarin tercatat ada sebanyak 50 pasien. Total ada 118 kasus yang ditangani.
“Total, ada dua kasus meninggal. Keduanya berasal dari Malang Raya,” ungkapnya.
Irene mengamini, kasus DBD memang lebih reaktif kepada anak-anak. Sedangkan untuk dewasa spektrumnya lebih banyak tanpa gejala atau gejala ringan, meski ada sebagian yang gejala berat. Disamping itu, kasus DBD banyak ditemukan karena bagi orang tua lebih sering melakukan pengecekan kesehatan pada anaknya.
Ia pun menyebutkan ada sejumlah tanda atau gejala klinis yang biasa terlihat. Yakni demam tinggi mendadak terus menerus, lalu pasien lemas dengan gejala nyeri perut terutama daerah ulu hati. Kemudian, mengalami mual atau muntah terus menerus yang makin memburuk.
Lalu napsu makan menurun, gelisah, atau tidak tidur terus hingga produksi kencing menurun dan keringat dingin. Ia meminta masyarakat untuk mengenali tanda-tanda tersebut.
“Kalau sudah dingin, maka 100 persen yang datang ke Saiful Anwar, nadinya cepat dan tensinya tidak terukur kami langsung masukkan High Care Unit,” tegasnya.
Ia membeber sejumlah hal yang bisa dilakukan sebagai tindak pencegahan terkena penyakit DBD. Yakni yang paling utama adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Menutup dan menguras tempat genangan air serta mengubur dan membakar barang yang sudah tidak digunakan terutama yang bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk
“Termasuk menggunakan losion anti nyamuk itu juga boleh. Lalu ada fasilitas vaksinasi yang bisa didapatkan di rumah sakit terdekat. Ini upaya yang dilakukan dalam mencegah DBD agar tidak menjadi berat. Kalau fogging, yang mati hanya nyamuk dewasa. Sedangkan satu nyamuk dewasa bisa menghasilkan telur ribuan, artinya kalau hanya nyamuk dewasa dan sarangnya tidak maka tidak bisa,” tutupnya. (ian/van)