.
Thursday, December 12, 2024

Awas! Diabetes Serang Anak; Kasusnya Sudah Terjadi di Kota Malang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Penyakit Diabetes masih jadi perhatian serius. Harus peduli dan melakoni pola hidup sehat. Hari Diabetes Sedunia yang biasa diperingati setiap 14 November jadi momen meningkatkan kepedulian.

MALANG POSCO MEDIA-Ayo hidup sehat segera. Kasus penyakit Diabetes Melitus (DM) masih tinggi di Malang Raya. Di Kota Malang bahkan belakangan menyerang anak-anak.

Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang selama tiga tahun terakhir, jumlah kasus DM naik turun. Namun di tahun  2023 cenderung turun.

Tahun 2021, tercatat ada 21.013 kasus, di tahun 2022  meningkat, berada di angka 23.363 (pada rentang periode Januari- Oktober). Sedangkan Tahun 2023 ini, jumlah kasus DM dari Januari hingga September lalu tercatat sebanyak 17.950 kasus.

Dari data capaian SPM Diabetes Melitus Puskesmas yang dimiliki Dinkes Kota Malang, Puskesmas Kendalkerep  menerima pasien DM terbanyak. Yakni sebanyak  2.012 kasus sepanjang Januari sampai September 2023. Untuk diketahui, Puskesmas Kendalkerep melayani pasien di wilayah Blimbing.  Setelah itu disusul Puskesmas Gribig  di Kedungkandang. Jumlah kasusnya sebanyak 1.832.

Dari data ini pula, rata-rata penderita DM perempuan. Dari total kasus yang ada terdapat 11.807 penderita penyakit DM adalah perempuan sepanjang tahun ini. Jumlah penderita DM pria 6.143 orang.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Malang drg  Muhammad Zamroni menjelaskan rentang usia penderita DM di Kota Malang. Yakni rata-rata hampir sama polanya dari tahun ke tahun.

“Untuk rentang usia penderita, hampir sama dari tahun ke tahun. Paling banyak terjadi pada usia 60 sampai dengan 69 tahun. Berikutnya kedua terbanyak ada di rentang usia 55 sampai 59 tahun,” ungkap Zamroni saat dikonfirmasi Malang Posco Media kemarin.

Kepala Dinkes Kota Malang dr Husnul Muarif menambahkan kasus DM di Kota Malang  juga mulai menyerang kelompok usia anak-anak.

Di Kota Malang   pada Agustus lalu ditemukan ada dua  kasus DM menyerang anak-anak. Yakni anak pada usia 5 tahun dan 15 tahun. Sebelumnya di tahun 2022 kasus DM menyerang kelompok usia anak-anak ada sebanyak lima kasus temuan.

“Yang temuan kasus diabetes pada anak tahun ini ditangani di wilayah Puskesmas Arjowinangun,” jelas Husnul.

Lebih lanjut, Husnul menyampaikan jika penanganan DM di berbagai Puskesmas Kota Malang makin digencarkan. Juga dimasukan dalam program penanggulangan penyakit tidak menular. Skrining DM dan pemeriksaan awal disediakan layanannya di tiap Puskesmas Kota Malang.

“Jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala atau tanda-tanda maka segera datang ke dokter atau puskesmas terdekat, sehingga nantinya bisa diantisipasi dan ditangani dengan baik,” imbau  Husnul. 

Diketahui salah satu ciri-ciri orang yang mengidap DM adalah mudah lelah, berat badan turun tanpa alasan yang jelas dan sering merasa haus. Tanda-tanda seperti itu tak ada bedanya yang dialami anak-anak maupun orang dewasa.

Ia menambahkan tentang penyebab DM. Seperti faktor genetika dan terutama dikarenakan pola hidup yang kurang sehat. Selain itu dikarenakan tidak mengatur diet (pola makan).

Husnul mengatakan suka mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi, bisa menjadi penyebab utama seseorang terkena penyakit DM.

“Terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula, jarang olahraga dan sebagainya itu memicu,” tegas Husnul.

Kasus DM di  Kabupaten Malang hingga kini masih tinggi. Meski mengalami penurunan, jumlah penderita diabetes diperkirakan masih sekitar 1,9 persen dari total penduduk.

Dinkes mencatat, tahun ini berdasarkan estimasi hingga Oktober sekitar 39 ribu jiwa. Jumlah ini menurun dari tahun 2022 lalu dengan penderita sebanyak 40 ribu.

“Tahun lalu estimasi dua persen dengan jumlah 47.889 penderita. Dalam penelitian tahun 2020, diabetes menjadi peringkat tiga penyebab kematian penyakit tidak menular,” terang Sub Koordinator Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Paulus Gatot Kusharyanto, kemarin.

Ia menuturkan, secara keseluruhan penyebab kematian dari penyakit diabetes, hipertensi, jantung, dan beberapa penyakit tidak menular mendominasi dengan 46 persen.

Tahun 2020-2022 menjadi yang tertinggi juga salah satunya disebabkan aktivitas yang terbatas. Pria yang akrab disapa Gatot itu menjelaskan, beberapa faktor penyebab tingginya penderita diabetes antara lain karena pola hidup tidak sehat. Seperti kurangnya aktivitas sehingga energi tidak dibakar maksimal oleh sistem tubuh manusia.

“Terjadi penumpukan gula, kadar glukosa dalam darah. Dipicu Fast food, dan makanan tidak sehat lainnya. Lalu faktor pikiran dengan kurangnya kelola stres dan istirahat yang kurang,” kata dia.

Dinkes terus berupaya melakukan pengendalian dengan beberapa program. Di antaranya promosi kesehatan terkait budaya hidup sehat. Selain itu imbauan cek kesehatan berkala, menghindari asap rokok sebagai pemicu, serta berolahraga.

Untuk tindakan preventif, kata Gatot, dilakukan deteksi dini. Hal ini untuk lebih cepat ditemukannya penderita diabetes dan dilakukan perlindungan khusus. Salah satunya melalui screening Diabetes dan penyakit  tidak menular di setiap desa.  

Di Kota Batu, DM menjadi momok. Terlebih penyakit tersebut tidak memandang usia. Di Kota Batu per Oktober 2023, warga  yang menderita DM mencapai 3.657 orang. Mereka terbagi atas DM Tipe 1 sejumlah 323 dan DM Tipe 2 sebanyak 3.334. Sedangkan tahun 2022 mencapai 4.347 yang terdiri atas DM Tipe 1 : 3.26 dan DM Tipe 2 : 4.021.

DM tipe 1 atau sering dikenal juga dengan diabetes tipe 1 adalah kondisi di mana tubuh tidak bisa menghasilkan insulin dengan cukup karena adanya kerusakan pada sel pankreas. Jenis diabetes ini merupakan kelainan autoimun dan seringnya diderita oleh anak-anak dan remaja.

Sedangkan DM tipe 2 adalah penyakit yang membuat kadar gula darah meningkat akibat kelainan pada kemampuan tubuh untuk menggunakan hormon insulin. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi.

Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati mengatakan di bandingkan angka kasus 2022, jumlah penderita DM di Kota Batu masih termasuk stabil. Ada sedikit penurunan (karena data 2023 juga belum masuk semua.red) akan tetapi tidak signifikan.

“Usaha yang sudah dilakukan Dinkes Kota Batu selama ini meliputi mempromosikan gaya hidup sehat, menerapkan pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan rendah gula, rendah lemak jenuh, dan tinggi serat,” katanya.

Susan menambahkan, mengacu dari angka Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), penderita DM maupun penyakit hipertensi menunjukkan adanya peningkatan penderita pada masyarakat usia produktif, yaitu usia 15-59 tahun. Hal ini disebabkan selain oleh penurunan perilaku sehat, juga karena keterbatasan akses pelayanan kesehatan pada usia produktif.

“Untuk itu kami imbau kepada masyarakat cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok dan alkohol, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, kelola stres,” paparnya. (ica/tyo/eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img