Febriyanto Nauval Spesialis Restorasi Helm Klasik Bernilai Ekonomis
Selain sebagai pelengkap saat berkendara, bagi sebagian orang helm juga mampu menyesuaikan penggunanya agar percaya diri. Febriyanto Nauval merestorasi helm klasik hingga terjual di berbagai daerah di Indonesia dan dilirik mancanegara.
MALANG POSCO MEDIA – Berangkat dari hobinya terhadap barang antik, Febriyanto Nauval terampil pada bidang kreasi dengan merestorasi atau memperbaiki helm bekas klasik menjadi terlihat baru dan bernilai ekonomis.
Warga Jalan Terusan Ikan Nus Lowokwaru Kota Malang tersebut merestorasi helm klasik dengan tetap menjaga orisinil model ataupun bentuknya.
Febri, nama sapaannya merestorasi helm klasik rentang tahun 1960 hingga 1990. Jenis helm dan mereknya pun beragam. Bahkan Febri juga merestorasi helm klasik berasal dari Jepang.
Awal mula pemuda berusia 25 tahun tersebut tertarik merestorasi helm klasik ketika ia mendatangi lokasi barang loak atau barang bekas pada tahun 2016 lalu.
“Waktu sekolah saya suka motor antik. Pas main ke tempat barang loak, saya lihat ada helm yang membuat tertarik,” kata Febri saat ditemui Malang Posco Media di rumahnya, Selasa (8/4) kemarin.
Lebih lanjut, Febri menceritakan pada saat berada di tempat barang bekas, helm yang ditemukan tersebut yakni DMI produk lokal tahun 1980 sampai 1990.
“Dari situ kemudian saya suka mengumpulkan helm-helm yang ada di barang loak, dan menjadi banyak. Dari barang bekas lalu direstorasi menjadi barang bagus dan saya pajang,” lanjutnya.
Pada tahun 2020 pada saat Pandemi Covid-19, Febri kemudian berinisiatif mempublikasikan karyanya di media sosial jejaring Facebook. Ia tak menyangka ada yang tertarik membeli helm klasik yang direstorasi.
“Saya posting awal-awal melalui Facebook, helmnya kok laku. Kemudian saya posting lagi, helemnya laku hingga akhirnya habis terjual. Dan saya cari lagi sampai sekarang,” kata alumnus Universitas Negeri Malang jurusan Teknis Mesin, tersebut.
Kini Febri tidak lagi berkeliling ke tempat barang bekas. Ia sudah saling kenal dengan orang-orang penyimpan barang bekas. Karena itu, ketika ada helm klasik, orang akan menghubungi Febri. Bila Febri mencari helm klasik tertentu, ia akan menghubungi orang tersebut.
“Pembeli di luar Jawa ada dari daerah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan luar negeri orang Malaysia pernah WhatsApp, tapi untuk sementara masih sebatas menanyakan ongkir,” lanjut Febri.
Selain Facebook, Febri mempublikasikan melalui Instagram dan Tiktok. Helm klasik yang direstorasi alumnus SMAN 12 Malang itu harganya mulai dari Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah.
Kini stok yang tersedia sedikitnya berjumlah 50 unit. Selain itu sudah ada bahan-bahan digunankan untuk terus merestorasi helm klasik.
“Karena ini restorasi warnanya juga dibuat mirip seperti asli,” kata Febri sambil menunjukan helm produk Jepang yang paling tertua antara tahun 1960- 1970. Febri menambahkan dalam berkreasi, ia dibantu oleh tim seperti untuk mengecat dan menjahit busa-busa di dalam helm. Selain merestorasi helm bekas klasik lalu dijual, Febri juga membuka jasa restorasi untuk orang lain. (den/van)