MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Curah hujan yang tinggi yang mengguyur wilayah Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji sepanjang musim hujan tahun 2022 menyebabkan tanah di bawah bangunan SD dan SMP Satu Atap (Satap) Dusun Brau jenuh air.
Akibatnya bangunan kehilangan daya penopang dan membuat gerakan tanah di bawah bangunan SD SMP Satu Atap Dusun Brau. Akibatnya seluruh penjuru bangunan sekolah mengalami kerusakan berat. Baik terjadi retakan pada lantai, dinding bangunan sekolah dan ambrolnya dinding ruang kamar mandi sekolah.
Kerusakan bangunan yang terjadi sejak Jumat lalu (2/12) tersebut sangat mengkhawatirkan. Sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut dari Pemerintah Kota Batu. Hal itu disampaikan oleh Kepala SD Satap Siti Roichatul Chasanah.
“Sudah ada pantauan dan peninjauan dari Pemkot Batu serta BPBD. Namun sampai saat ini masih dilakukan penanganan darurat. Ini membuat kami masih was-was. Sehingga untuk kami disarankan untuk mengosongkan ruang guru dan ruang Kepsek karena rawan terjadi bencana susulan dari dampak retakan ini,” ujar Siti kepada wartawan,Senin (5/12) kemarin.
Selain dikosongkan, pihak sekolah saat uni tengah melakukan pemindahan barang sedikit demi sedikit. Pasalnya saat ini tengah berlangsung ujian sekolah.
Ditambahkan Wakil Kepala SMP Satap Susi Dian Fitriana untuk bangunan SMP yang terdampak atau rusak adalah fasilitas bersama yaitu bagian perpustakaan. Meski begitu masih tetap difungsikan karena tidak ada tempat lain lagi untuk dijadikan perpustakaan.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochim menyampaikan bahwa dari kajian BPBD, amblesnya tanah mengakibatkan kerusakan bangunan seluas 500 meter persegi. Bagian lantai maupun dinding bangunan mengalami keretakan dan di bagian dinding kamar mandi turut ambrol.
“Yang mengakibatkan retak bangunan adalah gerakan tanah. Seperti diketahui bahwa topografi Dusun Brau sebdiru berada di wilayah berkontur perbukitan. Sehingga cukup riskan memicu tanah labil ketika curah hujan tinggi dan air yang terkonsentrasi menambah massa tanah dan mengakibatkan lambat laun pada titik tertentu mengakibatkan pergerakan tanah,” terangnya.
Curah hujan yang tinggi itulah akhirnya mengakibatkan tanah kehilangan daya penopang sehingga bangunan ambles. Apalagi Dusun Brau merupakan area di wilayah Kecamatan Bumiaji dengan tingkat kerawanan tinggi mengalami tanah labil.
“Kami mencatat pada 2021 ditemukan 13 titik rawan longsor atau rekahan tanah berpotensi bahaya di dusun sentra penghasil susu sapi perah itu. Titik longsor tersebut merupakan kajian geoseismik oleh BPBD Jatim menggunakan alat seismograf,” ungkapnya.
Bahkan tak jauh dari sekolah tersebut atau masih di Dusun Brau ada belasan KK yang harus diungsikan karena tanah gerah. Begitu juga dengan peristiwa amblesnya dan retaknya gedung sekolah satap hampir terjadi setiap tahun saat masuk musim penghujan. (eri/nug)