spot_img
Monday, December 23, 2024
spot_img

BANGGA MENJADI PERAWAT

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Perawat Indonesia, emban tugas mulia

mendampingi segenap insan, untuk meningkatkan kesehatan

Kembangkan t’rus profesi, tingkatkan t’rus potensi

profesional dan rendah hati, siap melayani dan berbakti

Membangun negeri tercinta, sehat sejahtera bangsaku

siang malam sepanjang waktu, langkahmu s’lalu ditunggu

Tak membedakan umat, semua dilayani

dengan cinta tulus dan dedikasi, kaubawa talenta suci

(Hymne Perawat Indonesia – Sutalyono)

Malang Posco Media – Syair Hymne Perawat Indonesia ini sangat menyentuh. Dalam baris komentar pada channel YouTube Guztiners.com yang mengunggah lagu ini muncul ungkapan-ungkapan kebanggaan dan keharuan para personal yang menjadi bagian dari perawat Indonesia, terlebih yang bekerja keras di puncak pandemi Covid-19 awal tahun 2020.

           17 Maret merupakan hari istimewa sebagai hari bersejarah berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Sebuah organisasi profesi perawat yang sangat berperan dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

           “Perawat Bersama Rakyat Menuju Bangsa Sehat Bebas dari Covid-19“ merupakan tema yang diusung dalam rangka hari ulang tahunnya ke-48 tahun ini. Seluruh pengurus PPNI dari tingkat Provinsi sampai dengan Komisariat berkoordinasi secara serentak mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat berupa Edukasi Vaksinasi Covid-19 dan Vaksinasi Booster kepada masyarakat dengan mengutamakan protokol kesehatan.(mediaperawat.id-4/2/2022).

           Menginjak usia ke-48, perawat Indonesia telah menunjukkan dedikasinya yang luar biasa dalam berbakti melayani masyarakat Indonesia terlebih di tengah terpaan badai pandemi Covid-19. Sebagai seorang profesional yang ada di garda terdepan, perawat Indonesia mengemban tugas mulia tanpa pembedaan dan tetap mengutamakan keselamatan masyarakat.

           Tak sedikit dari perawat yang gugur dalam tugas selama pandemi Covid-19. Data terbaru sejumlah 670 perawat gugur karena covid dari 2066 total jumlah tenaga medis hingga tanggal 7 Maret 2022. (nakes.laporcovid19.org, 7/3/2022).

Petikan Sejarah

           Pada mulanya seorang perawat disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Pada masa penjajahan Belanda inilah terbentuk dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan masyarakat.

           Abad ke-19 masuk model keperawatan Vokasional dengan mulai berkembangnya pendidikan keperawatan non formal. Pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan model vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja. Tahun 1920 berkembang model keperawatan Kuratif yang menggalakkan pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat. Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.

           Pada tahun 1937 didirikan sekolah mantri hygiene di Purwokerto yang terfokus pada pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan. Disebut model keperawatan Preventif karena pemerintahan Belanda pada waktu itu menganggap perlunya  hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah.

           Tahun 1945 merupakan era menuju keperawatan Profesional di mana perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dan Sekolah Bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hingga semakin nyata perkembangannya ketika resmi didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974, tepatnya pada tanggal 17 Maret.

Tantangan Masa Kini

           Kepala Departemen Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Yanny Trisyani, SKp., MN, PhD, dalam Webinar “Let’s Fight This Global Challenge: Emergency Management in Covid-19 Pandemic Situations” yang digelar Fakultas Keperawatan Unpad mengungkapkan; “Pandemi Covid-19 memberikan gambaran nyata tentang bagaimana kontribusi keperawatan dalam merespons terhadap pandemi,” (Unpad.ac.id, 7/1/2022).

           Tantangan pertama yang dihadapi adalah masih adanya gap pengetahuan di antara perawat. Pelayanan keperawatan pada pasien level moderat, akut, hingga kritis memerlukan kompetensi keperawatan yang lebih profesional. Apalagi, pandemi menuntut perawat untuk menguasai beragam kompetensi baru dalam melaksanakan prosedur perawatan Covid-19.

           Pemerintah didorong untuk membuka akses pendidikan dan pelatihan lebih luas bagi perawat sebagai garda terdepan terutama akses pendidikan profesional, seperti pendidikan spesialis kegawatdaruratan.

Melayani dengan Hati

           Modal dasar seorang perawat untuk melayani secara prima (Tauchid, 2001), antara lain adalah pertama, Profesional dalam tugasnya. Kedua, Mempunyai kemampuan berkomunikasi. Ketiga, Memegang teguh etika profesi. Keempat, Mempunyai emosi yang stabil. Kelima, Percaya diri. Keenam, Bersikap wajar dan Ketujuh Berpenampilan memadai.

           Dari ketujuh modal dasar di atas tampak bahwa seorang perawat diharapkan untuk dapat menjadi sosok sempurna di balik kemanusiawiannya. Pasien dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan semata karena obat, melainkan dari lebih dari itu oleh karena pelayanan dari para tenaga medis. Khususnya perawat yang berinteraksi langsung dengan penderita.

           Flyer Kemenkes 2018 “Hati Gembira adalah Obat” (prmkes.kemenkes.go.id) jelas digambarkan bahwa rasa gembira merupakan obat mujarab bagi setiap penderita sakit. Emosi positif dan kualitas kesehatan yang baik saling terkait karena tubuh dan pikiran saling terhubung.

           Seorang perawat juga menjadi penentu bagi upaya kesembuhan pasien. Ketika perawat memberikan energi positif dalam melayani pasien, secara tidak langsung emosi positif juga mengalir dalam diri pasien. Pasien merasa nyaman, tenang, bahkan menjadi gembira dan bersemangat untuk pulih kembali.

Bangga Menjadi Perawat

           Sebuah komunitas Perawat Peduli Indonesia yang didirikan oleh Martony Calvein Kakomole Kuada (Kompasiana.com, 3/4/2015) mempunyai motto “Bangga Menjadi Perawat”; P-eduli E-legan R-eligius A-ktif W-awasan luas A-hli T-erampil.

           Berbekal tujuh modal dasar dan motto “Bangga Menjadi Perawat”, besar harapan misi seorang perawat sebagai garda terdepan pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat akan terwujud.

           Sebagai sahabat para perawat, dr. Christine Indrawati, M.Kes yang baru dilantik sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar pada Rabu, 2 Maret 2022 turut berpesan bagi para perawat Indonesia: “Selamat memperingati Hari Perawat Nasional Indonesia. Semoga momen ini memberi semangat semua perawat Indonesia untuk tetap melayani sesama dengan hati ikhlas dan bahagia.” Majulah Perawat Indonesia! (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img