MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kepulan asap, suara tembakan, serta suara histeris para siswa terjadi di MTs Negeri 3 Malang pada Kamis (10/11) pagi kemarin. Kejadian tersebut disebabkan oleh penampilan pelajar Pancasila pejuang moderasi siswa-siswi MTs Negeri 3 Malang yang melakukan aksi drama kolosal sebagai bentuk rangkaian peringatan Hari Pahlawan yang dilaksanakan setiap 10 November.
Aksi drama semakin heroik karena para pemeran drama menggunakan empat bahasa (Indonesia, Belanda, Inggris dan Arab) dan dilengkapi dengan perlengkapan ala pahlawan. Seperti bambu runcing, rencong dan keris. Dalam aksinya para peserta ini memperagakan kembali pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya, yang mana pada pertempuran tersebut para pahlawan melawan penjajah dan merobek bendera biru dari Belanda.
“Aksi drama ini dilakukan oleh siswa-siswi lewat audisi secara tertutup. Dengan waktu latihan yang tidak lebih dari satu minggu, mereka mampu menampilkan aksi yang terbaik,” ucap Kepala MTs Negeri 3 Malang Drs. Hj. Warsih, M.Pd
Ia juga menambahkan, para siswa juga sangat totalitas dalam aksinya. Sehingga setelah acara selesai mereka memperoleh tepuk tangan dari seluruh peserta yang berjumlah lebih dari 1.200 siswa tersebut. Dengan tema “Pahlawanku Teladanku” seluruh siswa dan guru kompak menggunakan baju pahlawan maupun profesi sebagai bentuk pejuang pahlawan masa kini.
“Peringatan Hari Pahlawan adalah momen bagi kami untuk meneladani nilai-nilai para pahlawan. Selain untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan. Momen Hari Pahlawan juga bisa membangkitkan semangat Pahlawanku Teladanku kepada para siswa,” ucap Warsih.
Rangkaian acara dilanjut dengan berziarah dan tabur bunga ke makam pahlawan di Kecamatan Lawang yang diikuti oleh beberapa siswa dan guru. Ziarah tersebut dilaksanakan untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan dan sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan, sekaligus menjadi pembelajaran kepada para siswa untuk mengenal para pahlawan yang telah gugur.
Sebelumnya, seluruh siswa dan guru mengikuti upacara bendera peringatan hari pahlawan. Dalam sambutanya Warsih membakar semangat para siswa untuk menebar kebaikan dan kebermanfaatan “Kalian jangan ragu selama hidup berarti bagi sesamamu maka Allah yang akan memberesi nasibmu. Demikian pesan guru-guruku yang masih terpatri di hati kami para pejuang madrasah,” imbuh Warsih membakar semangat dengan berapi-api.
Selain itu, MTs Negeri 3 Malang juga mengukuhkan 30 siswa terpilih dalam Agen Perubahan Anti Perundungan pada Rabu (09/11) kemarin. Acara yang bertempat di MTs Negeri 3 Malang tersebut dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur H. Santoso, S.Ag, M. Pd beserta jajaranya.
Dalam sambutannya, Santoso menjelaskan, MTs Negeri 3 Malang menjadi satu-satunya perwakilan dari Jawa Timur dalam Piloting Root dan Dispo. Yang mana menjadi bagian dari kesuksesan Satuan Pendidikan Ramah Anak. Dan semoga mampu menebar kebermanfaatan yang lebih.
“30 siswa tersebut nantinya akan mengikuti pelatihan menjadi contoh anti perundungan. Dengan tujuan membentuk karakter agen agar sadar bisa menerima dirinya menjadi anak yang baik anti perundungan dan mampu mengajak mempengaruhi, mengimbau pada yang lain agar sama2 melakukan anti kekerasan dan perundingan” imbuhnya.
Perlu diketahui, sejak tahun 2019 MTs Negeri 3 Malang sudah ditunjuk sebagai koordinator MRA (Madrasah Ramah Anak) dan menjadi madrasah piloting tingkat Nasional dalam Anti Perundungan dan Disiplin Positif. Penunjukan tersebut dibuktikan dengan menggelar beberapa kali deklarasi SRA (Sekolah Ramah Anak) maupun workshop untuk seluruh Kepala Sekolah/Madrasah se- Jawa Timur.
Selain itu, pada tahun ini MTs Negeri 3 Malang ditetapkan sebagai koordinator MRA tingkat Kabupaten dan menjadi Satuan Pendidikan Ramah Anak oleh DP3A dan Kementerian Agama, sekaligus menjadi penguatan Bimtek standardisasi dan mengimbas pada MGBK MTs dan MA Kab Malang. Ditunjuk oleh LPA Klaten Solo bekerjasama dengan KSKK Kemenag Pusat dengan Unicef, LPA, LPQP Klaten Jawa Tengah.
“Alhamdulillah, prestasi-prestasi ini tidak lepas dari kerja keras bersama. Mulai dari para guru, murid dan wali murid. Semoga Madrasah memberi manfaat yang lebih untuk seluruh masyarakat,” tutup Warsih. (hud/sir/bua).